Bangganya Indonesia sebagai Negara yang Luncurkan Roket Kedua di Asia

Bangganya Indonesia sebagai Negara yang Luncurkan Roket Kedua di Asia
info gambar utama

Pasca berakhirnya Perang Dunia ke-2, dunia sedang memasuki era baru di mana terjadi perlombaan antara blok barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan blok timur yang dikomandoi oleh Uni Soviet.

Perlombaan itu tidaknya menyangkut ideologi hingga ekonomi, tetapi juga teknologi penjelajahan antariksa. Ketika itu, Amerika Serikat dan Uni Soviet gencar melakukan pengembangan teknologi roket.

Ada Fakta Menarik di Balik Jurusan Ilmu Astronomi

Demam roket juga terjadi di Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno sejak dekade 1950-an. Hal tersebut mendapatkan dukungan dari pemerintah sehingga membentuk sebuah program pengembangan teknologi roket.

Dinukil dari Avia Historia, keinginan Presiden Soekarno agar Indonesia dapat menguasai teknologi antariksa dirintis melalui Proyek S. Dengan usaha awal ini berhasil meluncurkan roket ilmiah/roket sonda (sounding rocket) buatan dalam negeri, Kartika-1.

Kartika 1

Proyek ini bermula dari sumbangan data ilmiah Indonesia kepada Internasional Geophysical Year) 1957-1958. Berikutnya didorong lagi pertemuan Soekarno dengan kosmonot-kosmonot dari Uni Soviet.

Proyek S ketika itu sangat ambisius padahal Indonesia sangat minim pengalaman di bidang peroketan. Walau sebelumnya telah berhasil membangun dan meluncurkan roket yang dibuat oleh perguruan tinggi.

“Namun roket ilmiah yang membawa peralatan telemetri dan sanggup terbang tinggi sampai ionosfir, 50-400 km dari permukaan laut jatuh kembali ke bumi dengan bantuan parasut, jelas membutuhkan teknologi yang lebih rumit,” tulis Sudiro Sumbodo.

Potret Indonesia Dari Antariksa

Pada bulan September 1963 Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dan ITB (Institut Teknologi Bandung) membentuk tim bernama Pengembangan Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA) dengan pimpinan dari militer Komodor Muda Udara Budiardjo.

Soekarno kemudian memberikan tantangan kepada PRIMA agar roket yang dinamakan Kartika 1 ini harus berhasil diluncurkan tiga hari sebelum perayaan HUT Republik Indonesia yang ke-19.

“Pembuatannya serba tergesa-gesa namun roket berbahan bakar padat ini berhasil melaksanakan uji coba seminggu sebelum hari H dengan perakitan dan penyeimbangan (balancing) selesai dalam waktu 48 jam,” ucapnya.

Terbang lalu redup

Keberhasilan Kartika 1 yang meluncur pada siang hari tanggal 14 Agustus 1964 di Pantai Selatan Jawa Barat ini tentunya membuat bangga. Pasalnya Indonesia jadi negara kedua di Asia setelah Jepang yang berhasil meluncurkan roket ilmiah buatan sendiri.

Sebagai ucapan terimakasih, Soekarno mengundang tim PRIMA ke Istana Negara saat perayaan HUT Republik Indonesia. Pada kesempatan itu Soekarno mengungkapkan keinginan ke depan agar Indonesia punya pusat peluncuran roket.

Tetapi proyek roket masih terhenti setelah 1965. Gerakan 30 September (G30S) 1965 tersebut mengakibatkan pengembangan teknologi roket maupun nuklir yang sedang dirintis berhenti total.

Taman Nasional Langit Gelap Pertama yang Dimiliki Indonesia

Pengembangan teknologi roket saat itu karakternya masih militeristik dan membutuhkan dana besar. di Era Orde Baru yang mengutamakan stabilitas ekonomi, kedua hal itu tidak lagi jadi prioritas.

“Presiden Soeharto lebih memilih untuk mengembangkan teknologi pesawat terbang IPTN untuk tujuan komersial dan sipil,” kata peneliti sejarah Universitas Melbourne, Rahadian yang dimuat Historia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini