Mengenal Kebenaran Mitos Kerja Modern

Mengenal Kebenaran Mitos Kerja Modern
info gambar utama

Kerja dalam dunia modern telah mengalami berbagai perubahan dan perkembangan sebagai respons terhadap kemajuan teknologi, globalisasi, dan perubahan sosial. Adapun, tren kerja dalam dunia modern juga identik dengan beberapa ciri, seperti fleksibilitas, keterampilan digital, fokusnya pada inklusi dan keberagaman, inovasi terus-menerus, dan lain sebagainya.

Alhasil, dalam dunia kerja yang modern, penting untuk terus mengikuti perkembangan dan mengembangkan keterampilan yang sesuai agar dapat bersaing dan berhasil dalam lingkungan kerja yang terus berubah. Namun, dalam dunia modern, ada beberapa mitos yang berkaitan dengan dunia kerja. Berikut adalah beberapa contoh mitos yang sering ditemui!

Baca juga:7 Rekomendasi Website Freelance dan Kerja Remote

Kesuksesan Diukur Oleh Gaji Tinggi

Banyak orang percaya bahwa tinggi rendahnya gaji seseorang merupakan ukuran keberhasilannya dalam karier. Namun, kesuksesan sebenarnya lebih kompleks daripada sekadar gaji. Faktor-faktor seperti kepuasan kerja, keseimbangan hidup, pengakuan, dan pertumbuhan pribadi juga penting dalam menentukan kesuksesan seseorang.

Produktif | Foto: Topcareer.id
info gambar

Semakin Banyak Jam Kerja, Semakin Baik

Mitos ini berpendapat bahwa jumlah jam kerja yang lebih banyak akan menghasilkan lebih banyak produktivitas. Namun, penelitian menunjukkan bahwa bekerja terlalu lama dapat mengurangi produktivitas, menyebabkan kelelahan, dan meningkatkan risiko kesalahan. Penting untuk mencari keseimbangan yang tepat antara kerja dan waktu istirahat.

Pekerjaan Ideal Tidak Akan Pernah Merasa Seperti Pekerjaan

Beberapa orang percaya bahwa jika pekerja menemukan pekerjaan yang ia cintai, maka pekerjaan itu tidak akan pernah terasa seperti pekerjaan. Dilansir dari tirto.id, cara pikir yang salah dari mitos “Love what you do” ini membuat pekerja dibujuk oleh perusahaan untuk percaya harus menyukai pekerjaannya, bukan berpikir tentang gaji yang dibayarkan, benefit apa saja yang didapatkan, atau keleluasaan untuk tinggal di rumah lebih lama.

Di sisi lain, berharap selalu merasa bahagia dalam bekerja, baik dengan mencintai pekerjaan atau tidak, ternyata juga tidak melulu berdampak positif. Terus merasa bahagia dalam bekerja itu melelahkan dan membuat kita bereaksi berlebihan yang tidak perlu.

Pada dasarnya, tidak peduli seberapa besar pekerja mencintai pekerjaannya, pasti akan ada tantangan, kelelahan, dan momen-momen sulit. Penting untuk mengelola harapan dan menyadari bahwa tidak ada pekerjaan yang sempurna sepenuhnya.

Baca juga: Mengenal Quiet Quitting di Dunia Kerja

Peningkatan Pangkat Adalah Satu-Satunya Jalan untuk Kemajuan

Banyak orang percaya bahwa satu-satunya cara untuk mencapai kemajuan dalam karir adalah dengan memperoleh kenaikan pangkat atau promosi. Namun, dalam dunia modern, ada banyak cara lain untuk berkembang, seperti mengembangkan keterampilan baru, memperluas jaringan profesional, atau memulai usaha sendiri. Karir tidak selalu tentang naik pangkat, tetapi juga tentang pertumbuhan pribadi dan profesional secara keseluruhan.

Keberhasilan Diukur Oleh Seberapa Sibuknya Pekerja

Setiap hari kita dibanjiri iklan untuk meningkatkan produktivitas. Perusahaan perangkat lunak mengiklankan alat yang akan membantu pelanggan bekerja lebih cepat. Begitu pula seminar kerja yang bicara mengenai cara meningkatkan efisiensi. Banyak orang menganggap sibuk yang produktif sebagai tanda keberhasilan. Namun, sibuk tidak selalu berarti produktif atau sukses.

Dituliskan dari sciencefocus.com, pekerja saat ini selalu sibuk dan multitasking. Kedua hal ini justru akan mengikis produktivitas. Secara alamiah, otak manusia memiliki sumber daya terbatas berkaitan dengan perhatian dan memori (fokus untuk berpikir). Padahal, keduanya merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung kerja yang produktif.

Selalu sibuk bekerja dan multitasking pasti mengarah pada produktivitas adalah mitos yang salah dan perlu diluruskan. Cara kerja otak kita bekerja adalah fokus pada satu hal, beristirahat, dan mulai fokus ke hal lain lagi. Produktivitas yang ideal pada akhirnya lebih menekankan pada kualitas, bukan kuantitas.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SC
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini