Dulohupa: Rumah Adat Dari Gorontola yang Estetik

Dulohupa: Rumah Adat Dari Gorontola yang Estetik
info gambar utama

Apakah Kawan mengenal tentang Dulohupa? Yap, rumah adat ini memang menjadi ikonik bagi daerah Gorontalo. Tentunya, rumah adat Dulohupa menjadi lokasi wisatawan bagi masyarakat Sulawesi. Lalu, seperti apa rumah adat Dulohupa?

Sekilas Tentang Dulohupa

Dulohupa merupakan rumah adat tradisional yang berasal dari Gorontalo. Biasanya, warga Gorontalo menyebut Dulohupa sebagai Yiladia Dulohupa Lo Ulipu Hulondhalo. Konsep yang dibawa pada rumah adat ini adalah rumah panggung yang terbuat dari papan dan struktur atapnya khas Gorontalo.

Selain itu, penggunaan kayu sangat terlihat pada rumah adat ini. Kawan akan melihat beberapa hiasan yang terbuat dari kayu. Selain itu, terdapat dua buah tangga yang berada di sebelah kanan dan kiri. Tambahan lain, Dulohupa memiliki taman bunga, tempat transaksi cenderamata, dan bangunan untuk menyimpan kereta kerajaan yang disebut Talanggeda.

Bentuk Desain dan Makna Dulohupa

Dulohupa
info gambar

Diketahui, pembangunan Dulohupa memiliki landasan kepercayaan dan prinsip tertentu. Dilansir darisuperlive.id,pemilihan bahan kayu dan bentuknya didasarkan pada tubuh manusia dan prinsip kepercayaan. Hal ini dilihat dari tiang penyangga yang dianggap sebagai kaki manusia.

Lalu, bagian atapnya terbuat dari jerami yang memang berbentuk seperti pelana. Dalam hal ini, pembentukan atap segitiga yang bersusun dua digambarkan sebagai syariat atau aturan. Dengan kata lain, atap Dulohupa menggambarkan kepercayaan pada Tuhan yang Maha Esa.

Baca juga: Kain Karawo, Wastra Sulam Warisan Perempuan Gorontalo yang Bernilai Seni Tinggi

Selain itu, pada puncak atap, dipasang dua batang kayu bersilang yang dikenal Talapua. Istilah itu dipercaya oleh warga Gorontalo sebagai penangkal roh-roh jahat. Namun, seiring perkembangan Islam di Gorontalo, Talapua tidak dipasang lagi.

Dalam ruang, terdapat Tange lo bu'ulu yang digantung di sisi pintu masuk rumah. Hal ini menggambarkan kesejahteraan penduduk Gorontalo. Diketahui, dalam rumah adat Gorontalo tidak banyak sekat sehingga konsep interior terbuka menghiasi rumah adat ini.

Selain itu, anjungan selalu ada pada rumah adat tradisional di Indonesia. Yap, Dulohupa memiliki anjungan yang digunakan sebagai tempat peristirahatan raja dan keluarga kerajaan.

Di sisi lain, terdapat pilar yang dominan pada rumah adat Gorontalo ini. Pilar-pilar itu bermakna sebagai representasi dari masyarakat Gorontalo. Diketahui, ada tiga jenis pilar, yakni pilar utama yang berjumlah 2 buah, pilar depan yang berjumlah 6 buah, dan pilar dasar yang berjumlah 32 buah.

  • Pilar utama (wolihi) berdiri pada bagian atap secara langsung dan memanjang dari tanah sampai rangka atap. Pilar ini bermakna sebagai simbol persatuan dan kesatuan abadi bagi dua bersaudara Gorontalo dan Limboto pada 1664. Selain itu, alasan 2 jumlah pilar utama adalah adat dan syariat sebagai prinsip hidup warga Gorontalo.
  • Pilar depan menempel di atas tanah langsung ke rangka atap. Pilar depan digambarkan sebagai 6 sifat utama atau ciri penduduk lou dulowo limo lopahalaa yaitu sifat tinepo atau tenggang rasa, sifat hormat (tombulao), sifat bakti kepada penguasa (tombulu), sifat kewajaran (wuudu), sifat patuh (adati), dan sifat taat (butoo).
  • Pilar dasar yang berjumlah 32 buah menggambarkan 32 penjuru mata angin. Pada masanya, pilar ini memang digunakan sebagai penggolongan raja dan bangsawan.
Baca juga: Polopalo, Alat Musik Tradisional Khas Gorontalo

Fungsi Rumah Adat Dulohupa

Banyak fungsi yang dapat digunakan di rumah adat Dulohupa. Diketahui, anak tangga pada Dulohupa juga memiliki makna tersendiri. Jumlah anak tangga Dulohupa terdiri dari 5 sampai 7 buah. Jumlah 5 sebenarnya menggambarkan rukun Islam dan 5 filosofi hidup penduduk Gorontalo. Filosofi itu terdiri dari bangusa talalo atau menjaga keturunan, lipu poduluwalo atau membela negeri, batanga pomaya, upango potombulu, dan nyawa podungalo yang berarti rela mengorbankan nyawa dan harga.

Sementara itu, jumlah 7 menggambarkan sebagai tingkatan nafsu, seperti amarah, lauwamah, mulhimah, muthaminnah, rathiah, mardhiah, dan kamilan. Selain memiliki banyak makna, Dulohupa memiliki fungsi.

Dahulu, Dulohupa digunakan sebagai tempat berdiskusi keluarga kerajaan. Diketahui, Dulohupa memang berasal dari bahasa daerah Gurontalo yang berarti kesepakatan. Selain itu, Dulohupa juga berfungsi sebagai tempat pengadilan perkara bagi pengkhianat negara.

Sekarang, Dulohupa digunakan sebagai upacara adat, pernikahan, dan pagelaran budaya di Gorontalo. Selain itu, Dulohupa juga digunakan sebagai pameran budaya dan tempat deklarasi dewan adat Gorontalo.

Dengan pengembangan itu, Dulohupa bisa menjadi wisata budaya bagi wisatawan yang ingin mengenal tentang budaya Gorontalo. Apakah Kawan tertarik untuk mengunjungi rumah wisata ini?

Referensi: id.wikipedia.org | budaya-indonesia.org | superlive.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

AR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini