KKN UGM Berkunjung ke Kebun Asuhan Mandiri

KKN UGM Berkunjung ke Kebun Asuhan Mandiri
info gambar utama

Pada tanggal 26 Juni 2023, saya mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Kecamatan Umbulharjo. Saya ditugaskan dalam salah satu kelompok subunit dari keseluruhan tim KKN yang meluncur di wilayah tersebut. Kelompok kami beranggotakan 5 orang. Selama hampir satu minggu bermalaman di desa ini, terdapat satu momen berharga yang tak akan pernah kami lupakan. Kegiatan tersebut ialah mempelajari cara membuat media tanam ketika mengunjungi Kebun Asuhan Mandiri.

Kisah dari momen berharga tersebut dimulai ketika kami bangun pada Rabu pagi untuk bersiap-siap mengikuti kegiatan masyarakat. Kami memulai hari dengan sarapan Soto Pak Bagiu yang lokasinya kebetulan dekat dengan rumah pak RW tempat kami menginap. Hari itu merupakan hari pertama kami mencicipi Soto Pak Bagiu. kuah soto yang rasanya gurih memicu semangat kami untuk memulai hari dengan penuh energi.

Setelah sarapan, kami bergegas kembali ke rumah pak RW. Di pagi yang terik, tiba-tiba Ibu RW datang mengetuk pintu kamar kami lalu bertanya, “Hari ini kegiatannya apa? Ayo bantu ibu lihat-lihat kebun”, ujarnya. Sontak kami langsung mengiyakan ajakan Ibu RW dan bergegas mengenakan sepatu tanpa berlama-lama menuju kebun bersama Ibu RW. Sepanjang jalan, aku bergumam-gumam apa nama dari kebun yang sedang kami tuju itu. Ajaibnya, Ibu RW seperti bisa membaca pikiran ku, sebab, ia langsung berkata pada kami, “Nama kebun RT 55 ini adalah Kebun Asuhan Mandiri”.

UI, ITB, dan UGM Kembangkan Ventilator untuk Pasien Covid-19

Setelah menempuh hampir dari 200 meter perjalanan, akhirnya kami sampai di Kebun Asuhan Mandiri. Di Kebun Asuhan Mandiri kami diajak Ibu RW melihat-lihat berbagai macam tanaman yang tumbuh di kebun. Melihat-lihat tanaman di kebun terasa seperti mengunjungi pasar pagi sebab tanaman di kebun sangat lengkap. Kami melihat banyak tanaman sayur seperti terong, tomat, bayam, pakcoy, dan sebagainya.

Kegiatan mengobservasi tanaman sayur kami terhenti ketika Ibu RW mengajak kami untuk melihat bank sampah. Sebelumnya, bu RW menjelaskan kepada kami bahwa bank sampah merupakan program kolektif warga RT 55 untuk melakukan penghijauan lingkungan sekitar dengan memproduksi pupuk secara manual dan mendaur ulang sampah.

Bank Sampah
info gambar

Area Bank Sampah terletak tepat di penghujung Kebun Asuhan Mandiri. Di bank sampah terlihat ibu-ibu yang sedang menggarap sesuatu menggunakan pasir kering. Aku pun bertanya kepada bu RW apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan. Bu RW menjelaskan bahwa mereka sedang membuat media tanam. Media tanam merupakan produk kolektif warga yang difungsikan masyarakat sekitar untuk menanam tanaman khususnya tanaman sayur yang dikomposisikan seratus persen dari bahan organik.

Media tanam berasal dari olahan pasir kering, pupuk kandang, dan sekam padi. Kami tentu tidak hanya diam melihat ibu-ibu yang sedang sibuk membuat media tanam. Kami diajak bu RW untuk ikut membantu dalam proses pembuatan media tanam tersebut. Tahapan pertama yang kami eksekusikan cukup sederhana, yakni menumpuk sekarung pasir kering yang telah lama disimpan dalam campuran pasir kering lain yang juga telah lama disimpan.

Pengolahan pasir kering tersebut diiringi dengan proses menghaluskan masing-masing campuran, yang kemudian diaduk menjadi satu. Setelah hasil campuran diaduk secara merata, kami memasukkan olahan tersebut ke dalam karung yang baru. Kami beserta ibu-ibu tersebut menggotong karung hasil olahan ke atas gerobak lalu mendorongnya kembali menuju kebun.

Dosen UGM Buat Wastafel Portabel untuk Cegah Covid-19 di Pasar Tradisional

Proses pengolahan media tanam membuat kami semua lelah. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi ketika kami sampai di kebun. Meskipun lelah, kami merasa seluruh rangkaian kegiatan pada pagi itu sungguhlah menyenangkan. Apalagi, setelah kami sampai kembali di kebun, kami mengobrol tipis-tipis dengan ibu-ibu RT 55 yang menyatakan bahwa kebanyakan dari mereka mengisi waktu luang untuk merawat Kebun Asuhan Mandiri milik bersama di area RT tersebut. Satu hal yang memotivasi mereka mengolah media tanam independen ialah untuk mendukung keberlangsungan kebun yang mereka rawat di bank sampah.

Mendengar pernyataan ibu-ibu tersebut, rasa lelah kami terbayar oleh motivasi dan harapan setara yang dimiliki ibu-ibu dan seluruh warga RT 55. Keinginan untuk memiliki kebun independen secara kolektif dengan masyarakat semakin terpatri kuat di hati saya sepulangnya saya dari Umbulharjo.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KU
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini