Hidden Culture: Paguyuban Reog di Baturturu, Gunungkidul

Hidden Culture: Paguyuban Reog di Baturturu, Gunungkidul
info gambar utama

Perjalanan beberapa kerajaan mencalonkan putrinya untuk mengikuti sayembara dalam rangka perebutan cinta Sang Raja yang diselenggarakan oleh kerajaan Majapahit. Para putri yang mengikuti sayembara berjalan beriringan memasuki area sayembara mempersiapkan diri untuk bertarung.

Pertarungan sengit pun dimulai, para putri dan pengawalnya saling unjuk gigi menunjukkan siapa yang paling pantas untuk bersanding dengan Sang Raja. Pertarungan tersebut dimenangkan oleh salah satu kerajaan saja, kerajaan yang kalah menerima hal tersebut dengan lapang dada. Kemudian, sayembara tersebut diakhiri dengan jalan yang beriringan menandakan tidak terjadi perpecahan antara beberapa kerajaan. Hal ini, menjadi inspirasi cerita reog klasik di Dusun Baturturu.

Padusunan Baturturu merupakan daerah yang terletak di desa Mertelu, Gedangsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Mayoritas mata pencaharian masyarakat di Dusun Baturturu bekerja sebagai petani dan peternak. Baturturu melestarikan tradisi budaya yang dimilikinya seperti Sholawatan dan Reog Klasik.

Bangun Sekolah hingga Buka Rute Penerbangan, Inilah Sederet Kesepakatan RI-Papua Nugini

Meskipun budaya ini sempat vakum beberapa tahun lamanya, para tetua menginisiasi untuk kembali melestarikan budaya tersebut dengan dukungan dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta dan bantuan Dusun Krinjing. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini untuk melestarikan budaya setempat agar tidak hilang ditelan oleh zaman.

Latihan sholawatan digunakan untuk mempersiapkan Rasulan yang diadakan setiap hari jumat malam, latihan ini diadakan di rumah pak Sariyanto selaku dukuh Baturturu dan terbuka untuk masyarakat Baturturu. Kegiatan ini dipimpin oleh seorang imam dan para jamaah yang akan melantunkan sholawat bersama-sama. Lantunan sholawat ini menggunakan lirik bahasa arab dan jawa yang diiringi dengan alat musik seperti rebana dan angklung.

Reog klasik diambil dari sejarah yang telah dipaparkan sebelumnya. Reog merupakan folk dance atau tarian rakyat yang menjadi sarana pemersatu anggota masyarakat dari berbagai strata sosial, reog mampu menjadi media penembus kasta sesuai dengan kehidupan masyarakat desa yang terkenal dengan gotong royongnya, saling menghargai, dan menghormati perbedaan satu sama lain.

Pada awalnya, Dusun Baturturu budaya reognya lebih maju daripada Dusun Krinjing, kemudian Dusun Krinjing mulai belajar reog ke Dusun Baturturu, seiring berjalannya waktu di Dusun Baturturu reog mulai tidak berjalan sampai akhirnya Dusun Baturturu menjual perlengkapan reognya ke Dusun Krinjing. Reog di Dusun Baturturu baru mulai diadakan kembali tahun 2023, pelatih reog ini merupakan tetua dari Dusun Krinjing yaitu Bapak Sularjo.

Reog klasik ini diiringi dengan alunan musik ritmis sederhana yang terdiri dari kenong, dhodhog, bende, kempul, kendhang, dan angklung. Seni ini ditandai dengan gerakan ritmis sederhana. Gerakannya kasar, mudah diikuti, dan dapat dimainkan oleh siapa saja yang ingin menjadi penari reog.

Anggota reog terdiri dari 14 orang kemudian dibagi menjadi dua kubu yang diibaratkan sebagai dua kerajaan yang sedang bertarung. Paguyuban reog ini diikuti oleh anggota yang terdiri dari dewasa dan remaja yang saling berkesinambungan memberikan semangat satu sama lain.

9 Seni Mengelola Keuangan ala Mahasiswa

Meskipun orang dewasa mengalami kendala dalam waktu luang latihan, mereka tetap mengusahakan untuk mengikuti latihan reog. Pemain reog terdiri dari para tuan putri, pendekar, penasihat, dan pengawal. Tuan putri membawa pedang sebagai alat bertarung, pendekar membawa tombak, dan penasihat bertugas memberikan nasihat kepada tuan putri agar tidak pantang menyerah dalam mengikuti sayembara.

Pelestarian Reog di Dusun Baturturu memberikan inspirasi kepada kami terkait pentingnya melestarikan kebudayaan lokal agar tidak hilang ditelan oleh zaman yang modern.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

TG
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini