Romansa Tan Malaka dalam Empat Babak

Romansa Tan Malaka dalam Empat Babak
info gambar utama

Tan Malaka punya satu kesibukan, yani berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Di sela-sela perannya, ada empat babak kisah cinta Tan yang sayang tak pernah sampai pelaminan. Pria yang dijuluki sebagai "Bapak Republik" ini membujang sampai hayatnya berakhir di ujung bedil tentara Republik Indonesia pada 21 Februari 1949.

Syahdan, bagaimana berjalannya empat babak kisah romansa Tan Malaka itu?

Romansa dengan Teman Satu Sekolah

Kisah cinta pertama Tan Malaka yang populer adalah kisahnya dengan Syarifah Nawawi, perempuan satu angkatannya di Kweekschool Bukittinggi. Tapi kisah cinta pria bernama asli Ibrahim itu tidaklah mudah.

Tan Malaka harus berhadapan dengan dua pilihan yang sulit: menerima gelar datuk atau menikahi perempuan pilihan orang tuanya. Karena cintanya yang besar pada Syarifah, Tan Malaka memilih menerima gelar datuk yang sejak awal ia tolak dengan ketus itu.

Pria yang kini bergelar lengkap Datuk Ibrahim Tan Malaka itu masih tetap bisa berharap merajut cintanya dengan Syarifah. Tapi cobaan datang lagi. Kini ia harus melanjutkan studi ke Belanda.

Berpisahlah Tan Malaka 11 ribu kilometer jauhnya dari Syarifah. Dari negeri kincir angin itu, Tan Malaka masih bertukar surat dengan Syarifah.

Kisah "LDR" mereka memasuki klimaks ketika Tan Malaka mengirim surat pernyataan cintanya kepada Syarifah. Sayang sekali, Syarifah menolak cinta Tan Malaka yang bersemi dari Eropa itu.

Syarifah justru menikah dengan Bupati Cianjur RAA Wiranatakoesoema. Pria priyayi itu sudah memiliki lima anak dan dua selir ketika menikahi Syarifah.

Pernikahan Syarifah pun tidak berjalan mulus. Ia diceraikan oleh suaminya setelah delapan tahun menikah pada tahun 1924. Perceraian ini menjadi kesedihan bagi Syarifah, tapi kesempatan kedua bagi Tan Malaka.

Seorang revolusioner itu kembali datang untuk meminang Syarifah. Namun, sayangnya untuk kedua kalinya Tan Malaka ditolak Syarifah. Kegagalan kedua Tan Malaka mendapatkan cinta dari Syarifah ini mengakhiri babak pertama romansa sang revolusioner yang kesepian itu.

Baca juga:Tan Malaka, Sang Bapak Republik Yang Peduli Pendidikan

Membangun Cinta di Belanda

Tan Malaka tidak meratapi cintanya yang kandas. Sebagaimana hidup itu sendiri, ia harus berjalan dari satu fase ke fase lainnya. Karena itu, Tan Malaka memilih move on.

Di Belanda, Tan Malaka menumbuhkan kembali cintanya dengan gadis Belanda bernama Fenny Struyvenberg yang waktu itu menjadi mahasiswi kedokteran.

Fenny dikenal suka bersua ke kos Tan Malaka. Bahkan, kabarnya mereka berdua menjalin hubungan ini dengan serius. Tetapi sayang, hubungan mereka berakhir kandas. Bahkan dalam memoarnya, Tan Malaka tidak pernah menyebut nama Fenny. Di Belanda babak kedua telah berakhir, babak ketiga lantas berlatar belasan ribu kilometer jauhnya di Filipina.

Baca juga: Tan Malaka, Tokoh Besar Indonesia yang Disanjung Manila

Jatuh Cinta dengan Anak Rektor

Tan Malaka melanjutkan perjalanannya ke Manila, Filipina pada 1927. Di negeri kepulauan itu Tan Malaka sudah melakukan petualangan politiknya. Namanya sudah terkenal di telinga intelejen negara-negara imperialis.

Syahdan, Tan Malaka harus hidup sembunyi-sembunyi dari satu negara ke negara lainnya. Di bawah nama samaran Elias Fuentes, Tan Malaka terus bermain kucing-kucingan dengan intelejen.

Di negeri itu pula Tan Malaka menemukan kisah cinta ketiganya. Ia kembali jatuh cinta, kali ini dengan perempuan bernama Carmen, anak rektor Universitas Manila dan mantan pemberontak. Bersama Carmen, Tan Malaka belajar bahasa Tagalog dan cara menjalani hidup di Filipina. Namun, kisah cintanya dengan Carmen tidak berjalan lama karena Tan Malaka keburu ditangkap intelejen Amerika Serikat.

Penangkapan itu berujung hukuman deportasi dari Filipina. Tan Malaka pergi ke Tiongkok untuk melanjutkan perjalanan politiknya. Ia pun harus mengucap salam perpisahan dengan Carmen. Perginya Tan Malaka menandakan berakhirnya babak ketiga.

Baca juga: Kisah Perjuangan Tan Malaka dan Karya-Karya Terbaiknya

Cinta di Ujung Kemerdekaan Indonesia

Tan Malaka kembali ke Indonesia pada tahun 1942 dengan sembunyi-sembunyi. Di negara yang diduduki Jepang sampai 1945 itu Tan Malaka menjalani hidup yang sunyi sekaligus misterius. Bahkan, kedatangan Tan Malaka sempat menjadi kabar burung hangat di Indonesia.

Pada masa ini pula Tan Malaka kembali jatuh cinta. Kali ini ia menjalin kasih dengan Paramitha Abdurrachman, keponakan dari Ahmad Soebardjo.

Tan Malaka terpesona dengan Paramitha karena keahliannya dalam bermain piano. Mereka dikabarkan dekat, bahkan sebagian orang mengira mereka sudah tunangan.

Akan tetapi, kisah cinta mereka kandas seperti tiga babak sebelumnya. Tan Malaka lebih memprioritaskan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia daripada urusan asmaranya.

Berakhirlah babak keempat kisah cinta Tan Malaka. Babak penghabisan yang menandakan kisah cinta terakhirnya sebelum maut menjemputnya di Kediri, Jawa Timur.

Referensi:

  • https://historia.id/kultur/articles/kisah-asmara-tan-malaka-antara-petualangan-dan-revolusi-PzMGO/page/2
  • https://mojok.co/terminal/kisah-cinta-tragis-ala-tan-malaka-empat-kali-mencinta-lima-kali-ditolak/
  • https://www.idntimes.com/life/relationship/vita/kisah-tan-malaka-sibuk-mengejar-kemerdekaan-ri-ketimbang-galau-pacar?page=allhttps://www.idntimes.com/life/relationship/vita/kisah-tan-malaka-sibuk-mengejar-kemerdekaan-ri-ketimbang-galau-pacar?page=allhttps://www.idntimes.com/life/relationship/vita/kisah-tan-malaka-sibuk-mengejar-kemerdekaan-ri-ketimbang-galau-pacar?page=all

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LG
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini