Ecobrick, Membangun Dunia Hijau dengan Mengurangi Limbah Plastik!

Ecobrick, Membangun Dunia Hijau dengan Mengurangi Limbah Plastik!
info gambar utama

Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia, setelah negara Republik Rakyat Tiongkok. Berdasarkan data dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia dan Badan Pusat Statistik, sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahunnya, dengan lebih dari setengah sampah di lautan Indonesia atau sekitar 57% merupakan sampah plastik.

Di negara kita, kantong plastik masih menjadi barang konsumsi sehari-hari. Sampah plastik membutuhkan waktu sekitar 20-50 tahun agar dapat terurai serta membutuhkan 400 tahun untuk sampah plastik dapat hancur di dalam air. Dilansir dari data Making Oceans Plastic Free,menyatakan bahwa terdapat sekitar 182,7 miliar kantong plastik digunakan di Indonesia setiap tahunnya.

Proses produksi plastik menghasilkan emisi karbon yang signifikan dan ketika plastik terdegradasi menjadi mikroplastik, emisi berbahaya pun dilepaskan ke atmosfer. Dampak dari banyaknya sampah plastik dapat merugikan bagi lingkungan serta seluruh makhluk hidup yang ada di dalamnya.

Sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Seperti misalnya pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai, laut, ataupun aliran air lainnya dapat menimbulkan kerusakan pada ekosistem air serta kehidupan makhluk hidup yang ada di dalam air.

Mengenal Kereta Joglosemarkerto, Rute hingga Harga Tiket
Poster pelatihan pembuatan ecobrick mahasiswa KKN-PPM UGM | Sumber: dokumentasi pribadi
info gambar

Oleh karena itu, aktivitas pengurangan sampah plastik menjadi hal penting yang perlu diperhatikan. Sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa KKN-PPM UGM mengusulkan program kerja KKN dengan mensosialisasikan pembuatan ecobrick sebagai upaya untuk mengolah sampah plastik.

Sosialisasi tersebut ditujukan kepada anak-anak yang bertempat tinggal di RW 02 Kampung Sangkan, Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Partisipasi aktif dalam program ecobrick menjadi langkah positif dalam melawan masalah ini.

Dengan langkah konkrit ini, masyarakat dapat berperan aktif dalam mengatasi dampak negatif sampah plastik, mendorong kesadaran lingkungan yang lebih baik, dan meninggalkan warisan bumi yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Pentingnya pemanfaatan ecobrick dapat membantu mengurangi limbah plastik, mencegah pencemaran lingkungan, serta dapat menginspirasi kesadaran masyarakat terhadap lingkungan akan pentingnya pengurangan sampah plastik.

Pasalnya, hampir seluruh masyarakat desa Laksana dalam mengelola sampahnya dengan cara dibakar di samping rumah, tanah kosong atau pekarangan rumah. Maka dari itu, kami sebagai mahasiswa KKN-PPM UGM akan mendemonstrasikan cara mengelola sampah menjadi ecobrick.

RI Ekspor Permen hingga Keripik ke Kanada, Transaksi Capai Rp1,5 Miliar
Keceriaan anak-anak peserta pelatihan membuat ecobrick | Sumber
info gambar

Ecobrick merupakan botol plastik yang terisi dengan plastik nonbiodegradable yang dikompresi menjadi bahan bangunan yang kuat dan ramah lingkungan. Sebuah ecobrick berukuran 500 ml dapat menghimpun 200-300 gram sampah plastik.

Untuk membuat ecobrick, langkah pertama adalah mengumpulkan dan membersihkan plastik nonbiodegradable. Selanjutnya, plastik tersebut dimasukkan ke dalam botol air mineral besar dengan rapat hingga tanpa ruang udara. Setelah itu, botol diukur beratnya dan diberi label sebagai bagian dari pelacakan.

Ecobrick yang terbentuk dapat digunakan dalam berbagai proyek konstruksi yang kreatif, sekaligus membantu mengurangi dampak negatif sampah plastik pada lingkungan. Dengan penerapan teknik ini, diharapkan kesadaran akan pengelolaan sampah plastik dapat meningkat, serta memberikan kontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Selama kegiatan berlangsung anak-anak sangat antusias terhadap edukasi serta teknis dalam memanfaatkan limbah plastik. Acara diakhiri dengan membagikan konsumsi dan dilanjut foto bersama. Dengan adanya program ecobrick sebagai upaya mengolah sampah plastik diharapkan anak-anak di lingkungan Kampung Sangkan Desa Laksana agar lebih memperdulikan lingkungan sekitar demi menciptakan lingkungan bersih dan bebas dari sampah plastik.

Indonesia Mau Dagang Karbon Mulai September 2023, Pakai Skema Mirip Pasar Saham

Diharapkan dengan adanya program ini, anak-anak dan masyarakat dapat bersama-sama menerapkan kegiatan ecobrick berkelanjutan, sebagai langkah awal untuk mengubah mindset serta kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Laksana.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini