Terowongan Niyama, Bangunan Jepang untuk Tanggulangi Banjir di Tulungagung

Terowongan Niyama, Bangunan Jepang untuk Tanggulangi Banjir di Tulungagung
info gambar utama

Terowongan Niyama, Tulungagung menjadi fenomena yang dibicarakan masyarakat pada tahun 2022 silam. Warganet menyebut terowongan Niyama sebagai pengendali banjir wilayah tersebut.

Dimuat dari Kompas, ternyata terowongan Niyama dibuat pada zaman penjajahan Jepang. Terowongan ini dikerjakan oleh ribuan romusha atau kerja paksa. Penggagas pembangunan ini adalah Residen Enji Kihara yang merupakan lulusan akademi militer Jepang.

Latar belakang pembangunan terowongan Niyama karena meluapnya Sungai Brantas yang merendam 150 desa dan 9.000 rumah di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Banjir yang terjadi pada 17 November 1942 juga mengakibatkan hancurnya areal pertanian.

Terowongan ini kemudian dibanbun oleh Karisidenan Kediri, di mana terowongan ini dibuat dengan melewati wilayah perbukitan. Tujuannya untuk menguras air yang masih menggenang di rawa-rawa dan membuangnya ke Samudra Hindia.

“Terowongan juga diharapkan bisa menjaga kesuburan tanaman padi yang sedang diintensifkan Jepang untuk menyuplai makanan tentara,” jelas Nur Rohmi Aida dalam Banyak Disebut Saat Banjir Tulungagung, Ini Sejarah Terowongan Niyama.

Pengerjaan terowongan

Terowongan Niyama dibuat dengan total membutuhkan 20.000 romusha. Pada awalnya pengerjaan dikerjakan dengan lebih dari 10.000 romusha dengan membuat saluran terbuka di tempat tersebut.

Para romusha ini meratakan punggungan bukit, yang berupa bebatuan kapur. Salah satu kendala yang dialami dalam pembangunan ini adalah minimnya bahan peledak sehingga sebagian besar hanya mengendalikan tenaga para romusha.

Pembuatan terowongan ini sempat terbantu dengan adanya temuan 23 bom yang ditanam pada masa penjajahan Belanda di rawa-rawa. Ketika itu, karesidenan juga membantu meminjam mesin pengebor dan kompresor dan Ishihara Sangyo Co Ltd.

IKN Bakal Punya Tol Bawah Laut, Begini Progres Pembangunannya

Adapun Departemen Administrator Militer di Jakarta mengirim Kapten Angkatan Darat, dan seorang Insinyur Sipil yang berpengalaman membangun terowongan. Kendala lain yang dialami dalam proses pembangunan adalah mobilisasi romusha.

“Penyebabnya di antaranya adalah lokasi yang tertutup rawa, banyak binatang buas, dan penyakit malaria yang merebak yang mengakibatkan romusha sakit hingga meninggal,” jelasnya.

Arti Niyama

Terowongan Niyama dalam bahasa Jawa disebut dengan Tumpak Oyot (akar gunung) yang diterjemahkan oleh para pekerja Karisidenan Kediri menjadi Neyama. Ne memiliki arti akar sedangkan Yama adalah gunung.

Karena terowongan ini membuat para petani terbebas banjir. Bahkan hingga saat ini, terowongan Niyama masih bekerja sangat baik. Walau pada 1955, terowongan sempat mengalami kerusakan karena banjir bandang.

Empat tahun kemudian terowongan dibangun kembali sebagai bagian dari Proyek Pembangunan Umum Sungai Brantas dengan biaya sebesar 1.927.000 dollar Amerika. Ketika itu proyek dilakukan dua perusahaan Jepang.

Mengenal 8 Terowongan Kereta Api Terpanjang di Indonesia

Pada masa Pemerintahan Orde Baru, Pembangunan Niyama II kembali dilakukan karena saat itu terowongan Niyama disebut belum cukup menangani banjir Tulungagung. Adapun Niyama II kemudian diresmikan pada 1986.

“Kini Niyama menjadi objek wisata karena pemandangan dan terowongan drainase besar yang melintasi gedung,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini