Asal-usul Sate Kere, Kuliner yang Dulunya Memang untuk Orang Kere Betulan

Asal-usul Sate Kere, Kuliner yang Dulunya Memang untuk Orang Kere Betulan
info gambar utama

Masyarakat Jawa mengenal kuliner bernama sate kere. Sesuai namanya, sate ini dulunya memang diperuntukkan bagi orang miskin alias kere.

Sate kere bisa ditemui jika Kawan GNFI sedang berkunjung ke Yogyakarta atau Solo. Di sana, sate kere memang cukup populer.

Sate kere adalah sate yang berbeda dengan sate pada umumnya. Jika biasanya sate dibuat dari daging, maka sate kere dibuat dari tempe gembus atau lemak dan jeroan hewan.

Saat ini, sate kere adalah kuliner yang diburu para wisatawan untuk dinikmati. Ini sangat berbeda dengan kondisi pada masa lalu saat awal mula sate kere hadir di tengah masyarakat Jawa.

Menyantap Kelezatan Sate Balibul Legendaris Kota Tegal

Asal-usul Sate Kere

Dalam Bahasa Jawa, kere berarti miskin. Awal mula kemunculan sate kere memang tak bisa dilepaskan dari lika-liku kehidupan masyarakat miskin.

Pada masa lalu, daging adalah bahan makanan yang harganya sangat mahal. Oleh karena itu, hanya kalangan atas yang bisa merasakan makan daging. Sementara itu bagi kalangan bawah, makan santapan berbahan dasar daging seperti sate bisa dibilang adalah hal yang sangat jarang dirasakan.

Meski menghadapi Keterbatasan ekonomi, masyarakat miskin ternyata tidak menyerah dalam mencari cara agar tetap bisa menikmati sate. Caranya yakni dengan menciptakan resep sate baru. Akhirnya, digunakanlah jeroan dan tempe gembus.

Sejatinya, jeroan adalah sisa-sisa dari penyembelihan hewan. Tempe gembus pun juga merupakan olahan ampas kedelai yang berasal dari sisa produksi tahu. Tak heran apabila harganya murah dan bisa dijangkau oleh masyarakat miskin.

Tanpa daging, cita rasa sate kere tetap punya kemiripan dengan sate asli. Kemiripan itu terletak pada bumbunya di mana sate kere diberi siraman bumbu kacang yang menjadikannya semakin sedap.

Sebagai makanan masyarakat miskin, ada simbol budaya tanding terhadap kaum penjajah yang lazim menjadi bagian dari golongan elite pada masa lampau. Laman resmi Pemkot Surakarta mencatat bahwa sate kere adalah budaya tanding yang dibuat orang yang terjajah terhadap sang penjajah. Saat penjajah mampu menikmati sate daging karena kaya dan berkuasa, maka kaum miskin atau pribumi yang terjajah hanya bisa menikmati sisa-sisanya.

Seiring berjalannya waktu, selain wisatawan, ternyata orang dari golongan elite masa kini pun suka sate kere. Buktinya, Presiden Joko Widodo alias Jokowi punya warung sate favorit di Solo yang bernama sate kere Yu Rebi. Tampaknya, citra sate kere sebagai makanan orang miskin telah hilang dan berganti menjadi makanan bagi semua kalangan.

Menikmati Gurihnya Kuah Putih Sate Mega di Padang

Referensi:

  • https://surakarta.go.id/?p=28155

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini