Kisah Tutus Setiawan, Pembangun Masa Depan bagi Kawan Tunanetra

Kisah Tutus Setiawan, Pembangun Masa Depan bagi Kawan Tunanetra
info gambar utama

Tunanetra adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi seseorang yang mengalami kebutaan sehingga merasa kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kawan tunanetra merupakan bagian dari difabel atau penyandang disabilitas. Dilansir dari Republika, terdapat 3 masalah terbesar yang dihadapi oleh kawan difabel saat ini, yaitu pendataan yang kurang merata, stigma dan diskriminasi dari masyarakat umum, serta kurangnya akses pendidikan dan pekerjaan. Menurut Undang-Undang Dasar 1945, setiap orang berhak memperoleh pendidikan yang layak tanpa terkecuali. Akan tetapi, faktanya, masih sangat banyak kawan difabel yang tidak mendapat akses pendidikan atau malah menemui diskriminasi selama masa pembelajarannya.

Seorang pria yang membawa tongkat tunanetra sedang berjalan di atas guiding block
Kehidupan Tunanetra| Foto: Freepik/freepik.com

Kenyataan inilah yang memotivasi Tutus Setiawan untuk menyediakan wadah bagi kawan difabel, khususnya kawan tunanetra, untuk terus belajar dan mengasah kemampuan demi masa depan mereka di dunia kerja nantinya. Tutus Setiawan dilahirkan di Surabaya pada tanggal 6 September 1980. Pada usia 8 tahun, ia kehilangan penglihatannya karena terbentur tembok sekolah. Meski sempat menjalani masa sulit dan berhenti sekolah, Tutus akhirnya bangkit kembali dengan tekad baru untuk membantu mereka yang senasib dengannya. Ia bahkan berhasil menyelesaikan S2 di Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Surabaya. Sejak menghadapi kecelakaan tragis sewaktu ia kelas 2 SD, Tutus merasakan sendiri segala hambatan dalam kesehariannya dan diskriminasi yang disebabkan oleh kondisi fisiknya. Dari tantangan-tantangan yang dialaminya, Tutus menumbuhkan pandangan hidup optimis dan sikap pantang menyerah. Ia membaktikan hidupnya bagi kawan-kawan tunanetra—meyakinkan bahwa mereka mempunyai potensi dan hak yang sama untuk berkontribusi dalam masyarakat dan menjalani kehidupan seperti orang lain.

20 Pelukis Ternama RI-Thailand Beradu Karya di Pameran "Blossom Curiosity"

Tekad baik Tutus dirintis pada tahun 2003 saat ia mendirikan Lembaga Pemberdayaan Tunanetra (LPT) di Surabaya, Jawa Timur, untuk mewadahi kawan tunanetra yang ingin belajar dan mengasah kemampuan agar mampu eksis dalam masyarakat. Tujuan utama LPT adalah menghapus asumsi sosial bahwa profesi kawan tunanetra hanya terbatas pada sektor informal sekaligus membentangkan perspektif bahwa kawan tunanetra juga mampu bekerja di sektor lain yang lebih luas. Melalui LPT, Tutus dan timnya menggelar pelatihan yang relevan pada era modern saat ini, seperti pelatihan Master of Ceremony, pengenalan IPTEK, pembinaan mental, pemberdayaan literasi dan kewirausahaan, pembangunan rasa percaya diri, serta pelayanan aksesibilitas. Dengan dibangunnya LPT dan diadakannya pelatihan futuristik tersebut, Tutus berharap agar para kawan tunanetra dapat hidup selayaknya manusia pada umumnya tanpa merasa tersingkirkan atau rendah diri.

LPT yang dipimpin oleh Tutus dan timnya terus bertumbuh dan membantu kawan tunanetra mengembangkan bakat dan kemampuan mereka. Tidak sedikit pula kawan tunanetra yang mencetak prestasi luar biasa berkat bimbingan dari LPT, seperti Alfian, siswa kelas 3 SMAN 8 Surabaya yang berhasil meraih Juara II di Global IT Challenge, Jakarta. Pencapaian Alfian menjadi bukti bahwa kawan tunanetra memiliki daya saing dan mampu berprestasi dengan segala keterbatasan yang mereka miliki. Selain itu, segala apresiasi dan penghargaan yang diperoleh kawan tunanetra dari LPT berperan penting dalam mengurangi stigma dan diskriminasi dengan membuka mata masyarakat terhadap kompetensi dan kemampuan kawan difabel.

Tutus dan rekan-rekannya di LPT juga memberikan pendampingan bagi kawan tunanetra agar mereka dapat belajar di sekolah reguler. Dalam sebuah wawancara dengan Viva Jatim pada Rabu, 13 September 2023, Tutus mengungkapkan bahwa LPT sebenarnya didirikan untuk meningkatkan daya saing kawan tuna netra.

“Sejak tahun 2003 saya mendirikan LPT. Saya sangat prihatin banyak teman-teman tunanetra yang mengalami kesulitan ketika mau masuk ke sekolah reguler. Dari situ muncul keinginan dalam hati saya untuk menjadi guru pendidik mereka sehingga mereka berpeluang besar untuk bisa sekolah layaknya orang-orang normal pada umumnya,” jelas Tutus, “banyak diskriminasi yang dialami penyandang disabilitas tunanetra ini. Contohnya, pihak sekolah seringkali menolak mereka masuk dengan alasan tidak adanya alat-alat yang memadai dan sebagainya. Padahal mereka punya hak untuk menganyam pendidikan setinggi-tingginya.”

Kesuksesan dan prestasi Tutus dan kawan tunanetra di LPT tidak diperoleh dengan mudah. Diskriminasi yang masih mendarah daging di masyarakat telah menjadi penghalang bagi kawan tunanetra yang berniat melanjutkan pendidikan mereka di luar lingkup SLB, sehingga Tutus berusaha sekuat tenaga untuk mendobrak asumsi negatif tersebut melalui program dan bimbingannya di LPT. Solusi yang ia terapkan adalah penyelenggaraan talkshow, seminar, dan diskusi bersama para pemangku kebijakan serta stakeholder untuk meningkatkan partisipasi mereka dalam usaha-usaha penghapusan diskriminasi dan peningkatan kontribusi kawan tunanetra dalam memajukan bangsa Indonesia.

Fenomena Centang Biru di X: Bukti Verifikasi atau Prestise?

Upaya Tutus untuk memperjuangkan hak kawan tunanetra berbuah manis. Pada tahun 2015, ia memperoleh SATU Indonesia Award 2015 dari Astra dalam bidang Pendidikan. “Saya tidak mendaftarkan tidak mengajukan. Tiba-tiba ada yang menghubungi saya, mewawancarai saya layaknya wartawan. Kemudian beberapa lama setelah itu saya dihubungi kembali untuk menerima anugerah SATU Indonesia Award 2015 lalu,” ungkap Tutus. Apresiasi tersebut menjadi katalis yang mempercepat perubahan perspektif negatif masyarakat. Tak hanya itu, penghargaan tersebut juga memperluas kesempatan bagi kawan tunanetra untuk memperkuat signifikansi dan kontribusi mereka dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sumber:

https://www.viva.co.id/gaya-hidup/inspirasi-unik/1640466-sosok-inspiratif-ini-hapus-stigma-yang-jadi-belenggu-penyandang-tunanetra

https://news.republika.co.id/berita/qlr9tt349/pemerintah-diingatkan-soal-tiga-isu-utama-disabilitas

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

JM
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini