Palembang Bagaikan Kota Di Atas Awan

Palembang Bagaikan Kota Di Atas Awan
info gambar utama

Belakangan ini Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Kawan GNFI pasti tahu intensitas hujan akan sangat rendah. Hal ini menimbulkan berbagai polemik terutama bagi petani seperti gagalnya panen sehingga banyak barang kebutuhan pokok mengalami kenaikan drastis. Namun, di samping sektor pertanian ada masalah lain yang ditimbulkan, yaitu kabut asap.

Awal Mula

Diakibatkan hujan yang jarang turun, Kota Palembang penuh dengan kabut asap. Kabut mulai menyelimuti kota Palembang sejak September 2023 ini. Alasannya adalah tingginya polusi udara dari kendaraan dan pabrik. Ditambah lagi peristiwa kebakaran lahan gambut yang membuat Palembang bagaikan kota di atas awan karena tertutup dengan kabut asap.

Setiap pagi bukannya menghirup udara sehat, justru menghirup udara kotor. Kabut asap menyambut saat membukakan pintu rumah. Bukan hanya di luar rumah, bahkan di dalam rumah penuh dengan asap. Abu hitam sisa pembakaran juga entah darimana asalnya datang memenuhi halaman rumah warga.

Ketika berkendara di jalan, jarak pandang kurang lebih hanya sejauh 500 meter. Hal ini sangat mengkhawatirkan para pengendara jalan karena sulitnya penglihatan saat berkendara. Apalagi saat melewati Jembatan Ampera, yang rasanya seperti di atas awan dengan samping kiri dan kanan dari jembatan sudah tertutup asap.

Lantas bagaimana solusinya untuk tetap menjaga kesehatan dengan kondisi seperti ini? Berikut beberapa tips yang dapat Kawan GNFI lakukan:

Keluar Rumah Jika Perlu

Usahakan tetap di rumah jika tidak ada kepentingan di luar. Bayangin kalau Kawan GNFI keluar dan menghirup banyak asap secara langsung, itu sangat membahayakan saluran pernafasan Kawan. Beberapa penyakit saluran pernafasan yang bisa timbul antara lain pilek, batuk, asma, bronkitis, dan lainnya.

Gunakan Masker

Jika memang terpaksa keluar rumah, gunakanlah masker. Ulangi kembali kebiasaan saat pandemi COVID-19, di mana penggunaan masker rajin dilakukan saat berada di luar ruangan. Penggunaan masker sangat penting di saat kondisi udara sedang tidak baik. Disarankan menggunakan masker kain dengan 3 lapisan, yaitu:

  • Lapisan terluar: mencegah droplet dari luar yang mau masuk ke dalam.
  • Lapisan kedua: untuk meningkatkan filtrasi dan mencegah droplet dari luar dan dalam.
  • Lapisan ketiga: untuk menyerap droplet dari dalam.

Tidak Membakar Sampah

Sampah sendiri ada dua jenis, yaitu sampah organik dan organik. Sampah organik berasal dari alam (mudah membusuk) sedangkan anorganik berasal dari buatan manusia (tidak mudah membusuk). Kebanyakan orang untuk menyelesaikan sampah dengan cara dibakar.

Cara ini justru salah karena dapat menambah polusi udara. Lebih baik sampah organik dikubur di dalam tanah karena lambat laun akan membusuk dan menyatu dengan tanah. Sedangkan untuk sampah anorganik dapat dilakukan daur ulang dengan diubah bentuknya menjadi benda lain yang lebih bermanfaat seperti botol minuman soda diubah menjadi wadah alat tulis.

Jangan Membuang Puntung Rokok Sembarangan

Salah satu pemicu kebakaran adalah puntung rokok. Benda ini, terutama yang masih memiliki api berisiko dapat membakar benda di sekitarnya saat dibuang. Jadi pastikan dahulu api dari batang rokok telah padam agar apinya tidak merambat ke sekitarnya.

Tidak Menggunakan Kendaraan Bermotor

Gunakan sepeda jika bepergian tidak terlalu jauh. Selain mengurangi polusi udara, aktivitas ini bisa meningkatkan kesehatan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, serta sirkulasi darah. Ditambah lagi, sepeda tidak memerlukan bahan bakar bensin, sehingga bisa menghemat pengeluaran.

Itulah tadi beberapa tips yang bisa dilakukan. Tetap jaga kesehatan di situasi kabut yang tidak sehat ini. Selalu ingat setiap perbuatan yang dilakukan akan memiliki dampak cepat ataupun lambat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KW
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini