Samenan Sukabumi: Tradisi Kenaikan Kelas Yang Masih Bertahan Ditengah Modernisasi

Samenan Sukabumi: Tradisi Kenaikan Kelas Yang Masih Bertahan Ditengah Modernisasi
info gambar utama

#LombaArtikelKebudayaan2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan tradisi sebagai (1) "adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan di masyarakat" dan (2) "penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar".

Indonesia sebagai bangsa yang terdiri dari beragam suku, ras dan etnis. Dimana setiap suku memiliki tradisi dan budaya yang berbeda. Seperti di Sukabumi Jawa Barat, Sukabumi memiliki beragam budaya dan tradisi yang hingga kini masih terus dilestarikan. Misalnya tradisi samenan , tradisi yang sudah puluhan tahun ini hingga kini masih terus dilestarikan

Apa Itu Samenan?

Samenan identik dengan tradisi kenaikan kelas sebagai bentuk rasa syukur telah melaksanakan ujian akhir sekolah. Tradisi samenan sendiri sudah ada sejak tahun 1930, tepatnya pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

Menurut pemerhati sejarah Sukabumi, Irman Firmansyah atau yang biasa disapa kang Irman dalam salah satu kanal youtube menjelaskan bahwa, samenan berasal dari bahasa Belanda yaitu samen yang artinya bersama, kang Irman juga menambahkan ada kata lain selain kata samen yaitu examen yang juga berasal dari bahasa Belanda yang berarti ujian akhir.

Kedua kata ini (examen dan samen) memiliki keterkaitan yang erat pada istilah samenan, dimana tradisi samenan identik dengan kenaikan kelas siswa yang melibatkan guru, siswa, orang tua siswa dan masyarakat setempat. Adapun istilah samenan yang berkembang sekarang ini, karena pada waktu itu masyarakat Sukabumi kesulitan untuk mengucapkan kata examen, yang merupakan istilah dari Belanda.

Dari kedua kata inilah asal-usul istilah samenan berasal, untuk memudahkan masyarakat dalam mengucapkan istilah tersebut maka istilah samenan lah yang dipakai hingga sekarang.

Siapa Saja Yang Terlibat Dalam Tradisi Samenan?

Tradisi samenan umumnya dilakukan di lembaga pendidikan, Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Diniyah (MD). Namun pada pelaksanaannya, Sekolah Dasar dan Madrasah Diniyah lah yang sering mengadakan tradisi samenan.

Samenan tidak hanya melibatkan guru dan siswa, tetapi juga orang tua siswa dan masyarakat setempat ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang sudah berlangsung selama puluhan tahun itu.

Kegiatan Apa Saja Yang Ada Dalam Tradisi Samenan?

Siswa SD N 10 Pamuruyan Memainkan Alat Tradisional Gamelan/Waryono (Dokumentasi Pribadi)
info gambar

Tradisi samenan umumnya berlangsung selama tiga hari. Berbagai atraksi ditampilkan oleh para siswa, seperti tari tradisonal khas sunda, bodoran (teater), lesengan atau pidato pendek yang sebelumnya sudah dihafal oleh para siswa dan arak-arakan.

Arak-arakan pada mulanya menggunakan gamelan, seiring berkembangnya zaman, arak-arakan menggunakan drum band.

Upaya Mengenalkan Budaya dan Tradisi Leluhur Sejak Dini

Meski tradisi samenan diadakan oleh lembaga pendidikan, seperti SMA, SMP, SD dan Madrasah Diniyah. Pada prakteknya Sekolah Dasar dan Madrasah Diniyah yang lebih sering mengadakan acara samenan, karena bagian dari upaya untuk memperkenalkan tradisi leluhur sejak dini, terlebih diera modern seperti sekarang.

Mendatangkan Manfaat Ekonomi

Tradisi samenan yang diadakan setahun sekali ini dapat mendatangkan keberkahan bagi para pedagang, teruatama bagi warga setempat. Pedagang dari luar pun akan berdatangan mengingat acara berlangsung selama tiga hari, ini sering disebut pasar kaget.

Sebagai pengingat untuk kawan GNFI khususnya warga Sukabumi untuk terus melestarikan dan merawat budaya Nusantara agar tidak kehilangan jati diri, sebagai bangsa yang memiliki beragam budaya dan tradisi yang memiliki nilai-nilai luhur, dan kelak generasi berikutnya dapat mengenal budaya dan tradisi bangsanya sendiri.

Referensi:

  • Al Qurtuby, Sumanto. 2019. Tradisi dan Kebudayaan Nusantara. Semarang. Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Press.
  • https://www.youtube.com/live/lBr9gXvUe2U?si=LLjA1oR94uExvh3n

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

W
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini