Semilir Ecoprint : Merajut Alam dan Budaya Untuk Inovasi Fashion Berkelanjutan

Semilir Ecoprint : Merajut Alam dan Budaya Untuk Inovasi Fashion Berkelanjutan
info gambar utama

#KabarBaikSatuIndonesia

Di era digital saat ini berjalan serba cepat, produk fesyen yang mengikuti minat pasar yang silih berganti di tiap bulan dan tahunnya. Hal ini membuat para produsen fesyen melakukan sistem fast fashion dimana dapat menghasilkan pakaian dan pemasaran yang cepat.

Fast fashion bukan lah istilah asing dari tren mode. Kultur ini merupakan bagian dari ketakutan masyarakat yang tidak ingin tertinggal dengan mode pakaian terkini.

Fast fashion menghadirkan berbagai macam bentuk pakaian dan memiliki warna-warni yang memikat. Ciri-ciri dari fast fashion diantaranya yakni memiliki model terbaru dan terkini, menggunakan bahan pakaian serat sintetis seperti polyester, serta menggunakan bahan pakaian yang kurang berkualitas sehingga pakaian cepat rusak.

Kecepatan penyebaran fast fashion juga menimbulkan efek samping bagi lingkungan. Menurut data International Union For Conversation of Nature (IUCN) tahun 2017, fast fashion menyumbang 35% mikroplastik untuk lautan.

Mikroplastik yang menyebar di lautan dan terkonsumsi oleh hewan-hewan disekitarnya dapat menimbulkan gangguan pada ekosistem lautan hingga rantai makanan

Alfira, Mompreneur yang Peduli Lingkungan

source : instagram (@alfiraoktaviani)
info gambar

Sehubungan dengan hal itu, Alfira seorang mompreneur memiliki inisiatif untuk membuat produk fesyen yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan bahan-bahan alam di sekitarnya.

Berbekal pengalaman mengamati kayu lantung disekitarnya yang hanya dijadikan tas untuk membawa barang-barang hasil kebun, Alfira melihat potensi lain dari kayu tersebut yang dapat diolah dan memiliki nilai yang lebih menjual untuk pasar.

Kemudian, disaat yang bersamaan pada tahun 2018 sedang tren mode ecoprint untuk produk fesyen pakaian yang dapat dihasilkan dari penggunaan bahan alam seperti berbagai jenis daun yang dapat menghasilkan warna yang berbeda-beda.

"Kenali budayamu Kenali Jati Dirimu"

source : instagram (@semilir_ecoprint)
info gambar

Ayah nya memberi saran untuk menginovasikan kayu lantung dengan ecoprint agar memiliki nilai jual. Proses pengembangan produk yang Alfira lakukan tidaklah mudah, ia melakukan eksperimen pada berbagai daun-daun yang dengan corak dan bentuk yang berbeda untuk menghasilkan warna yang bagus pada kain.

Sejarah Singkat Kain Kayu Lantung

source : instagram (@semilir_ecoprint)
info gambar

Kayu lantung merupakan kayu khas lokal yang sering dijumpai di daerah Bengkulu. Kayu ini dinamai “Lantung” karena pada saat proses pembuatan kain kayu lantung ini menggunakan pemukul “perikai” dan menghasilkan suara tung-tung.

Baca Juga: Menyemai Perubahan Melalui KREDIBALI: Pendidikan dan Literasi Lingkungan di Masa Pandemi

Kayu lantung memiliki nilai makna sejarah bagi provinsi Bengkulu, masyarakat di era penjajahan jepang menggunakan kain kayu lantung ini dijadikan bahan tas untuk membawa barang hasil kebun dan pakaian seperti sarung dan juga topi.

Kayu lantung dipilih karena mempunyai serat yang mirip seperti kain dan mudah dibentuk. Pada proses pembuatannya kayu lantung ini diambil kulit terluarnya, kemudian dipisahkan serat dengan ari-ari kayu tersebut.

Selanjutnya, dilakukan proses pengeringan hingga kain kering dan dilakukan pemukulan pada serat kayu agar melebar dan menjadi lentur. Alas kain menggunakan batang pohon dan alat pukul yang digunakan batang yang disebut dengan “perikai”.

Semilir Ecoprint, Angin Segar Untuk Fesyen Berkelanjutan

Alfira memberikan nama bagi brand nya yakni Semilir Ecoprint. Semilir sendiri memiliki makna angin yang berhembus. Hal ini dimaksudkan pada era fast fashion saat ini Semilir Ecoprint hadir dengan membawa tema produk fashion yang ramah bagi lingkungan.

Produk Semilir Ecoprint menghadirkan produk berupa berbagai jenis tas dan pakaian dan telah mencapai penjualan pasar luar negeri.

Selain dari produk dari Semilir Ecoprint yang ramah bagi lingkungan sekitarnya, Alfira memproduksi produk ini dengan anggota tim ibu-ibu yang ada di lingkungan sekitarnya di jogjakarta. Bahan kayu lantung dari bengkulu dikirim ke jogjakarta untuk diolah lanjut menjadi produk.

Kisah inspiratif Alfira menghantarkan beliau meraih penerima apresiasi SATU Indonesia Awards (Astra) 2022 karena perjuangannya untuk berkontribusi aktif dalam melestarikan budaya dan alam dalam satu inovasi bisnis fesyen berkelanjutan.

Sehubungan dengan hal itu fesyen dengan menerapkan sistem berkelanjutan dapat menjadi opsi pilihan yang harus sedini dari sekarang karena dampak yang ditimbulkan fast fashion berakibat fatal pada masalah lingkungan.

Menerapkan fesyen berkelanjutan merupakan cara untuk mencintai alam sekitar. Pengembangan fashion sustainability yang dilakukan oleh Alfira tidak terlepas dari aspek sustainabilty yang harus diperhatikan. Berikut ini penjelasan aspek sustainaibility menurut (Ganatra, 2021) dalam jurnal Sustainable Fashion yang harus diterapkan :

  1. Aspek lingkungan, segala bentuk proses pembuatan produk fashion harus diperhatikan agar hasilnya tidak mencemari lingkungan serta menggunakan bahan terjangkau dalam perolehannya sehingga tidak menimbulkan kelangkaan. Pada aspek lingkungan Alfira menggunakan bahan kain dan pewarna alam yang tidak menimbukan limbah buruk bagi lingkungan sekitar
  2. Aspek sosial, aspek ini merupakan pihak yang memiliki keterlibatan langsung terhadap proses pembuatan produk. Sustainable berbeda dengan fast fashion yang pada umumnya tidak memerhatikan kesejahteraan pekerjanya. Sementara Alfira bersama ibu-ibu disekitarnya secara tim seperti kekeluargaan mengembangkan usaha dan bisnisnya.
  3. Aspek ekonomi, aspek sosial dan ekonomi dalam sustainability diharapkan tidak menimbulkan kesenjangan bagi sosial dan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Produk karya Alfira bersama ibu-ibu di sekitarnya telah diekspor ke luar negeri dan mampu mensejahterakan lingkungan kaum lansia dilingkungannya.
Baca Juga: Justitia Avila Veda: Membangun Jembatan Keadilan untuk Korban Kekerasan Berbasis Gender

Tiga aspek pokok sustainability harus dipenuhi sehingga sesuai dengan arti namanya, kesetimbangan hidup dapat dicapai. Ketiga aspek tersebut dapat ditambah aspek yang dikemukakan oleh (Kozlowski dan Bardecki, 2019) yakni aspek estetika dan aspek kultural.

Aspek estetika, sesuai dengan namanya yakni memperhatikan desain yang sesuai dan cocok dipakai masa ke masa dan tahan lama dalam pemakaian. Sementara aspek kultural dalam fashion diharapkan dapat mencampurkan unsur budaya serta pemberdayaan pekerja yang selayaknya.

Pada kedua aspek ini Semilir Ecoprint telah mencapainya, desain produk yang ramah lingkungan serta unsur dan makna budaya bengkulu dirajut dalam karya produk bangsa yang membanggakan.

Sumber Referensi:

  • Ganatra, J., Patil, V., & Nayakawadi, A. (2021). Sustainable Fashion. Journal of Textile and Clothing Science, 15–2
  • Kozlowski, A., & Bardecki, M. (2019). Tools for Sustainable Fashion Design : An Analysis of Their Fitness for Purpose Tools for Sustainable Fashion Design : An Analysis of Their Fitness for Purpose. June. https://doi.org/10.3390/su11133581
  • The Growth of Fast Fashion and Why It Needs to Stop, https://richardsonbay.audubon.org/news/growth-fast-fashion-and-why-it-needs-stop

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini