PKN 2023: Ketika Pendidikan dan Kebudayaan Melebur dalam Satu Ruang di Muskitnas

PKN 2023: Ketika Pendidikan dan Kebudayaan Melebur dalam Satu Ruang di Muskitnas
info gambar utama

Pekan Kebudayaan Nasional 2023 mulai dilaksanakan per tanggal 20 Oktober ini. Berbagai “Ruang Tamu” atau lokasi yang jadi tempat bertemunya para pegiat seni budaya dan masyarakat ini pun mulai menampilkan berbagai pameran seni, instalasi, pertunjukan, serta berbagai produk budaya yang terbuka untuk masyarakat luas.

Seperti halnya di salah satu Ruang Tamu utama pada PKN 2023 ini, yaitu Museum Kebangkitan Nasional (Muskitnasi), terlihat pengunjung sudah mulai mendatangi berbagai area pada hari pertama pelaksanaan acara.

Dok: Muhammad Fazer Mileneo/GNFI
info gambar

Di tahun 2023, Pekan Kebudayaan Nasional mengusung tema “Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan”. Tema ini merupakan sebuah refleksi mengenai bagaimana budaya dan alam sudah semestinya untuk berjalan beriringan.

Pemilihan Muskitnas sebagai Ruang Tamu pun bukan tanpa alasan. Mengacu dari sejarahnya, gedung yang satu ini memiliki riwayat yang panjang. Melintasi zaman dengan berbagai peristiwa dari awalnya sekolah dokter, menjadi saksi bisu pergerakan nasional, hingga menjadi gedung eks tentara KNIL.

“Gerakan adalah hal yang menjadi landasan mengapa kami memilih Muskitnas. Karena kami sadar budaya adalah gerakan untuk indonesia bangkit dan melambung untuk indonesia emas. Harapannya adanya muskitnas ini rasa cinta kita pada budaya indonesia kita semakin besar lagi,” ujar Lintang Banun Nastiti yang menjadi tour guide pada PKN 2023 di Museum Kebangkitam Nasional.

Terkhusus di Museum Kebangkitan Nasional sebagai “Ruang Tamu”, di sini juga terbagi atas 7 ruang yang memberikan tema serta keunikannya masing-masing. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Ibe Karyanto selaku Dewan Kurator Pendidikan yang Berkebudayaan.

Dok: Muhammad Fazer Mileneo/GNFI
info gambar

“Ada banyak ruang yang mengacu dengan kuratorial dari pendidikan berbudaya, yaitu jaringan pendidikan alternatif, forum taman baca masyarakat, masyarakat adat, ada literasi melalui dolanan, ada PM Toh, lalu ada juga Selarasa yang merupakan kuratorial literasi lingkungan dan budaya,” ujar sosok yang akrab disapa Wak Ibe ini kepada GNFI.

Secara keseluruhan pun, karya-karya di sini merupakan hasil 80% suguhan dari Kuratorial Wak Ibe soal berpendidikan dan berkebudayaan. Selain itu, ada Josh Marcy soal seni tari dan olah tubuh dan Heni Wiradimaja yang membahas literasi soal hubungan alam dan kebudayaan Indonesia yang kaitannya sangat erat.

Serba-Serbi Menyambut Perayaan Pekan Kebudayaan Nasional 2023

Pendidikan dan budaya: dua yang saling melengkapi

Dok: Muhammad Fazer Mileneo/GNFI
info gambar

Tiba di museum, pengunjung akan dipersilahkan untuk mengisi registrasi terlebih dahulu sebelum bisa melihat apa yang dipamerkan di sini. Memasuki koridor bangunan, pengunjung dapat menemukan berbagai ruang yang menunjukkan instalasi, produk budaya, serta karya-karya lainnya, termasuk juga deskripsi akan apa yang ditampilkan.

Ke koridor sebelah kiri, terdapat berbagai pameran dari siswa yang lolos dalam program Penguatan Karakter Siswa Mandiri Melalui Kreasi Seni (PRESISI) yaitu Angker (Air Keran Kreatif), Lembaga Keuangan Syariah, Mage Weran Glue, Drama dan Tari Tandur, Togo Apur, Proyek Tomat, serta Garam.

GNFI juga sempat berbincang dengan para siswa yang hadir di ruang PRESISI mereka masing-masing, salah satunya dengan Alvin yang menjadi perwakilan dari SMAN 1 Muntilan dengan proyek Tomat mereka.

Dok: Muhammad Fazer Mileneo/GNFI
info gambar

“Jadi kami berawal dari keresahan para petani tomat di daerah kami ketika panen raya tetapi mengalami penurunan, bahkan hasil panennya sampai dibuang. Kami pun merasa prihatin dan kami usul untuk meningkatkan harga jualnya dengan mengolah ke produk seperti cuka, selai, permen dan sebagainya,” ujar Alvin

Kemudian, Lawrens selaku perwakilan PRESISI dari SMPN 2 Jayapura dengan produk garam menjabarkan alasan mereka mengapa mencoba untuk memproduksi garam di daerah mereka.

“Kita berpikir untuk ambil potensi dari laut, kemudian terpikirkan bagaimana kalau soal garam? Alasan pilih garam adalah karena kami bingung dengan Papua, khususnya di Jayapura belum ada produksi garam, padahal lautnya sangat kaya,” ujarnya

Tak hanya ruangan yang berada di koridor, ruang yang berada di bagian tengah museum juga turut difungsikan sebagai ruang pameran.

Seperti halnya ruang PM Toh, maestro dongeng dari Aceh yang turut mengenalkan dongeng sebagai metode belajar, serta ruang soal masyarakat adat, yang mana kita dapat mengetahui bagaimana sekolah adat memberikan dampak kepada mereka. Di lapangan tengah, terlihat panggung sudah berdiri untuk menyemarakkan acara.

Dok: Muhammad Fazer Mileneo/GNFI
info gambar

Di setiap ruangan ini, pengunjung pun bisa bercengkrama dengan seniman-seniman, peserta PKN, maupun dengan volunteer yang berada di salah satu ruang, sesuai dengan konsep “Ruang Tamu” yang digagas PKN 2023 ini.

Selain itu, masih banyak hal yang dapat kamu temui di PKN 2023 ini. Sampai dengan selesainya PKN pada 29 Oktober 2023, secara keseluruhan ada lebih dari 200 karya seni dalam berbagai bentuk seperti pameran seni rupa, seni media, arsip, pertunjukan, permainan, kelas, lokakarya, dan acara makan malam di Ruang Tamu Muskitnas.

Segala produk budaya yang ditampilkan tersebut merupakan kolaborasi dengan berbagai komunitas seni, mulai dari siswa SD-SMA, guru, kelompok masyarakat adat, peneliti pangan, penggiat permainan tradisional, maestro seni pertunjukan, anak-anak, penyandang disabilitas, pendongeng, hingga pendidik alternatif.

Jadi, untuk para Kawan GNFI, ayo bertamu ke Pekan Kebudayaan Nasional 2023 ini dengan Ruang Tamu yang tersebar di 40 titik di Jakarta, Bekasi, Tangerang, Tangerang Selatan, serta Bogor.

Kilas Balik PKN: Bermula dari Kongres Kebudayaan Nasional, Berlanjut Hingga Kini

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini