Serba-Serbi Menyambut Perayaan Pekan Kebudayaan Nasional 2023

Serba-Serbi Menyambut Perayaan Pekan Kebudayaan Nasional 2023
info gambar utama

Pernahkah Kawan GNFI mendengar atau sudah mengetahui tentang Pekan Kebudayaan Nasional (PKN)?

PKN merupakan rangkaian acara dwi tahunan yang diselenggarakan secara rutin oleh Kemendikbudristek sejak tahun 2019. Program ini merupakan bentuk implementasi dari strategi untuk memajukan kebudayaan yang telah disepakati dalam Kongres Kebudayaan Indonesia pada tahun 2018.

Menilik tujuannya, pelaksanaan PKN memiliki target mewujudkan serta menyediakan ruang untuk apresiasi, ekspresi, serta kreasi seni dan budaya yang beragam, dan turut mendukung terciptanya interaksi budaya yang inklusif di seluruh Indonesia.

Setelah sukses menggelar PKN 2021 dengan tema “Cerlang Nusantara Pandu Masa Depan, di tahun 2023 ini PKN kembali dengan mengusung tema “Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan”.

Menurut Direktur Jenderal Kebudayaan (Dirjenbud) Kemendikbudristek Hilmar Farid, tema yang diusung tahun ini bertujuan untuk memberikan makna dan relevansi dalam setiap aksi berkesenian dan berkebudayaan yang dilakukan, dan tetap berakar pada nilai-nilai budaya serta kearifan lokal.

"Tema ini merupakan sebuah refleksi dari visi kita tentang bagaimana budaya dan alam bisa dan harus berjalan beriringan. Ketika kita berbicara tentang merawat budaya, kita juga bicara tentang etos dan nilai yang mengajarkan kita untuk merawat bumi sebagai satu-satunya rumah kita,” paparnya saat memberikan keterangan di Jakarta, Selasa (5/9/2023).

Mengulik Pentingnya UU Pemajuan Kebudayaan, Hilmar Farid: Jadi Modern dengan Cara Sendiri

Mengusung Filosofi Lumbung

Di saat bersamaan, PKN 2023 juga akan mengangkat filosofi lumbung sebagai cara kerja, metode, dan protokol yang berdasar pada serangkaian nilai.

Ade Darmawan selaku Ketua Dewan Kurator PKN 2023 memaparkan, jika aspek lumbung yang dikenal dalam budaya dan keseharian masyarakat Indonesia akan menjadi dasar metode aksi PKN 2023, yang mengakar pada nilai lumbung sebagai ruang penyimpanan, domestik dan urun rembuk, serta elemen sosialnya.

“Perwujudan ‘lumbung’ yang digagas oleh para dewan kurator menggambarkan bahwa PKN akan menjadi suatu wadah kolektif dari rangkaian kegiatan yang dirancang, diselenggarakan, dan melibatkan para pelaku seni dan kebudayaan maupun masyarakat umum. Praktik baik lumbung dalam konteks ini adalah upaya dalam mendukung pemajuan budaya secara kolektif dan kolaboratif secara luas,” terangnya.

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa lumbung adalah wadah kolektif tempat di mana semua sumber daya yang dimiliki oleh berbagai pihak disimpan dan dikelola. Karena itu, lumbung menjadi kekuatan pendorong utama dan mendasari kerja kolaborasi untuk memaknai dan mengelola sumber daya, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.

“Dalam konteks PKN, lumbung bukan sekadar tema, tetapi sebuah cara kerja. Praktik ini mendorong pembagian sumber daya dan kuasa kepada banyak praktik di berbagai lokalitas lain di Indonesia untuk saling belajar, berjejaring dan saling memperkuat antarekosistem,” urai Ade Darmawan lagi.

Ada Gobak Sodor di Pekan Kebudayaan Nasional

Fase dan Titik Pelaksanaan PKN 2023

Press Conference Pekan Kebudayaan Nasional 2023 | Kemdikbud.go.id
info gambar

Bicara mengenai pelaksanaan, sebenarnya PKN 2023 sendiri dibagi ke dalam tiga fase yakni ‘Rawat’, ‘Panen’, dan ‘Bagi’. Fase ‘Rawat’ merupakan pra-acara berbentuk kegiatan residensi dan penelitian yang sudah berlangsung sejak bulan Juni 2023 lalu.

Setelahnya, fase ‘Panen’ langsung digelar di sepanjang Juli hingga Agustus dengan mengumpulkan, mendokumentasikan, dan mengarsipkan karya yang ada. Terakhir, fase ‘Bagi’ sebagai tahap puncak yang digelar pada September-Oktober, di mana seluruh karya akan dibagikan melalui pameran, tur, perjamuan, pagelaran, konferensi, lokakarya, hingga penerbitan agar dapat dikonsumsi publik.

Adapun puncak acara, pada fase Bagi akan diadakan pada 20-29 Oktober 2023 dengan serangkaian pameran dan acara publik seperti Pasar Ilmu, Bazaar Barter, dan Festival Layar Tancap.

Nantinya, pameran dan acara publik yang dimaksud akan digelar dengan konsep ‘Ruang Tamu’ yang menjadi tempat bertemunya seluruh audiens. Sebagai perumpamaan, PKN 2023 layaknya rumah yang siap menerima seluruh masyarakat di kehangatan ruang tamu. Nantinya di ruang tamu akan tercipta percakapan tidak hanya antarpelaku budaya, tapi juga antarmasyarakat atau pengunjung sehingga membuka peluang kolaborasi dan aksi kolektif.

“Ruang tamu sebagai tempat berkumpul, berdiskusi, bercengkerama menjadi sebuah titik awal kolaborasi yang mungkin terjadi di masa depan,” tambah Ade Darmawan.

Lebih detail, lokasi ‘Ruang Tamu’ sebagai kegiatan puncak acara PKN sendiri akan berada di 40 titik di Jakarta dan sekitarnya, yang terdiri dari ruang-ruang publik dan ruang komunitas. Lokasi yang dimaksud di antaranya Galeri Nasional Indonesia, Museum Kebangkitan Nasional, MBloc, Taman Suropati, Taman Menteng, Sungai BKT, Stasiun Bogor, MRT Lebak Bulus, MRT Bundaran HI, Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Sempur, RPTRA Kepulauan Pramuka, Cilandak Town Square, Fx Sudirman, Alun-Alun Kota Bogor, dan masih banyak lagi.

Dengan konsep kolektif yang dibawa PKN 2023 dan dipersiapkan secara istimewa, Ade Darmawan berharap jika momen ini dapat diterima dengan baik oleh seluruh lapisan masyarakat.

“Jiwa kolektif dan kolaboratif yang diusung tidak terbatas pada seni dan kebudayaan melalui semangat #IndonesiaMelumbunguntukMelambung, diharapkan bisa terus bergulir terlepas dari selesainya rangkaian PKN 2023. Guna menjadi energi yang terus menginspirasi pegiat, pelaku serta seluruh pemangku kepentingan seni dan budaya di seluruh Indonesia untuk terus berkolaborasi dan berkreasi,” pungkasnya.

Mengintip Pengolahan Dangke di Pekan Kebudayaan Nasional 2021

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

Terima kasih telah membaca sampai di sini