Tari Lawet, Kesenian Khas Kebumen yang Kembali Menunjukan Eksistensinya

Tari Lawet, Kesenian Khas Kebumen yang Kembali Menunjukan Eksistensinya
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untukMelambung

Kebumen merupakan salah satu daerah yang kaya akan keberagaman seni dan budayanya. Tari Lawet merupakan salah satu contohnya.

Tari Lawet adalah kesenian asli Kebumen yang menggambarkan kehidupan burung walet dalam kehidupan sehari-harinya.

Kata lawet sendiri merupakan bahasa daerah yang biasa digunakan masyarakat setempat untuk penyebutkan burung walet. Tarian ini diciptakan pada bulan Februari tahun 1989 oleh Sardjoko, beliau lahir di Klaten tanggal 4 Agustus 1949.

Awal mula terciptanya tarian ini adalah adanya permintaan bupati untuk menampilkan tarian khas kebumen secara massal pada pembukaan Jambore Daerah Jawa Tengah yang dilaksanakan di Bumi Perkemahan Widoro.

Sebelum membuat tari lawet, Sardjoko melakukan survei dan refleksi budaya terlebih dahulu di pantai Karangbolong. Tempat tersebut dipilih karena terdapat gua-gua yang menjadi sarang burung walet. Selain itu, kondisi alam sekitar seperti perilaku hewan dan manusia menjadikan inspirasi yang dituangkan dalam bentuk gerakan tari lawet.

Baca Juga: Pesona Kuliner Banjarnegara

Gerakan Tari Lawet sangat lincah dan ceria sesuai dengan gerak burung walet. Gerakan tersebut terdiri dari ngulet, loncat egot, angklingan, didis, lenggut, nyucuk, ukel, lincah nyucuk, dan kepetan.

Iringan yang digunakan dalam tari lawet juga diciptakan oleh Sardjoko. Iringan ini terinspirasi dari suasana didalam gua serta suara deburan ombak pantai Karangbolong. Setelah iringan terususun penata tari melakukan penyesuaian terhadap gerak tari.

Iringan tari ini menggunakan laras pelog pathet barang yang diberi nama "Lancaran Lawet Aneba". Adapun syairnya sebagai berikut:

Bangbang wetan pratandhawus gagat enjang. Sesamberan arebut marga mbarubut. Saking gua karangbolong peksi lawet ireng menges wulune, cukat trengginas, katon gembira, aneng luhuring samudra gung. Ngupo boga tumekaning surup surya, handalidir pra lawet bali ing gua”.

Syair tersebut mempunyai arti “Langit di ufuk timur sudah terlihat memerah tandanya mulai pagi. Saling terbang berebut jalan keluar.

Dari gua karangbolong burung lawet yang hitam pekat bulunya, cekatan dan trengginas, terlihat gembira, berada di atas samudra luas. Mencari makan sampai matahari tenggelam, bersamaan / beriringan burung lawet pulang ke gua.” (Wawancara Subagyo, September 2914)

Pada awal pementasan tari lawet menggunakan kostum warna dasar seperti burung walet dan belum menggunakan kelengkapan kostum lainnya. Seiring perkembangan zaman penata tari merancang kostum yang lebih lengkap dibantu oleh penjahit atau persewaan pakaian tari Karya Busana Kebumen.

Berikut kostum lengkap yang digunakan:

  1. Jamang dan Gruda Mungkur, berbentuk burung walet berwarna kuning emas
  2. Baju atau Kaos warna hitam, bagian depan berserat putih
  3. Celana, warna hitam
  4. Sayap, warna hitam bergambar bulu
  5. Kalung kace, warna dasar merah dihiasi warna kuning emas
  6. Stagen / Benting / Sabuk, warna merah
  7. Slepe, warna dasar merah dihiasi warna kuning emas
  8. Uncal, warna dasar merah dihiasi warna kuning emas
  9. Rampek, warna biru menggambarkan pancaran air laut
  10. Sonder, warna putih dengan garis tepi warna biru, yang diwiru menyerupai gelombang laut
  11. Binggel, gelang kaki berwarna emas

Tari Lawet pertama kali dipentaskan pada tanggal 31 Agustus 1989 yang dibawakan kurang lebih 200 penari.

Sejak saat itu, tarian ini semakin berkembang dan sering ditampilkan di acara-acara besar. Seperti, Perayaan HUT RI ke-46, Pembukaan Porseni SD Kabupaten Kebumen yang dipentaskan massal oleh 300 penari, Peresmian Stadion Candradimuka tahun 1994, Festival Ngunduh Sarang Burung Lawet di TMII tahun 1995.

Baca Juga: Tari Kethek Ogleng, Ikon Budaya dan Wisata Kabupaten Wonogiri

Tari Lawet mengalami masa kejayaan pada saat Bupati Amin Sudibyo dimana tari lawet dimasukan kedalam kukurikulum wajib sebagai Muatan Lokal Sekolah Dasar. Namun, pada 2005 muatan tersebut dihapus.

Setelah dihapusnya muatan tersebut tari lawet sempat meredup. Sekarang tari lawet kembali sering ditampilkan di acara-acara besar seperti perayaan HUT Kebumen ke-394.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini