Science Film Festival 2023, Mengenalkan Isu Lingkungan pada Pelajar di 70 Kota

Science Film Festival 2023, Mengenalkan Isu Lingkungan pada Pelajar di 70 Kota
info gambar utama

Science Film Festival kembali digelar di Indonesia untuk ke-14 kalinya, menyasar siswa dari SD sampai SMA di 70 kabupaten/kota dengan format hybrid mulai 21 Oktober hingga 30 November 2023.

Festival ini, yang diinisiasi oleh Goethe-Institut, mengusung tema "Agenda Dekade Restorasi Ekosistem dari PBB" untuk tahun ini.

Peserta siswa akan diajak untuk menjelajahi pentingnya perlindungan dan pemulihan ekosistem melalui pemutaran film-film internasional, disertai dengan berbagai eksperimen sains yang menyenangkan.

Tidak hanya itu, penyelenggaraan festival ini melibatkan lebih dari 300 mitra lokal, termasuk sekolah, institusi pendidikan, pusat sains, komunitas, dan mitra media.

Dongkrak Literasi Sains Demi Indonesia Maju

Pemutaran di 70 kota

Sejak diperkenalkan pertama kali di Thailand pada tahun 2005, Science Film Festival telah secara konsisten mempromosikan literasi sains di kalangan pemuda di wilayah Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah.

Festival ini menggunakan komunikasi berbasis pengetahuan yang menghibur untuk mencapai tujuan ini. Di Indonesia, Science Film Festival pertama kali diperkenalkan pada tahun 2010 sebagai bagian dari upaya ekspansi regional festival pada saat itu.

Science Film Festival merupakan sebuah perayaan komunikasi sains yang merangkul wilayah Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah. Dalam kerjasama dengan mitra lokal, festival ini mempromosikan literasi sains dan membangkitkan kesadaran akan isu-isu ilmiah, teknologi, dan lingkungan melalui film-film internasional, yang disertai dengan kegiatan pendidikan yang mendampinginya.

Dengan menyajikan isu-isu ilmiah yang mudah dipahami dan menghibur bagi berbagai kalangan, membuktikan bahwa sains bisa menjadi hal yang menyenangkan. Sejak edisi perdana di Thailand pada tahun 2005, festival ini telah mengalami pertumbuhan yang pesat dan saat ini merupakan acara terbesar jenisnya di dunia.

Pada tahun 2023, Science Film Festival akan menampilkan 18 film dari 12 negara, termasuk Afrika Selatan, Amerika Serikat, Argentina, Brasil, Chile, Indonesia, Inggris, Jerman, Kazakhstan, Kolombia, Tanzania, dan Thailand.

Film-film yang telah dipilih untuk Science Film Festival akan diputar secara bergantian di sekolah-sekolah di wilayah Jabodetabek, Blitar, Surabaya, Belitung Timur, dan Medan, disertai dengan eksperimen sains. Beberapa pusat sains di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Pontianak juga turut serta dengan mengadakan pemutaran film dan eksperimen sains secara langsung.

Sementara itu, pemutaran film dan demonstrasi eksperimen sains akan diadakan secara daring melalui platform Zoom untuk siswa-siswi di berbagai kota lainnya, termasuk di Aceh, Arguni, Bintuni, Dolok Sanggul, Flores Timur, Jayapura, Kefamenanu, Pematang Siantar, Sidikalang, Sumbawa, Tobelo, Waikabubak, dan daerah lainnya.

Pusing Belajar? Kanal YouTube Berikut Bisa Bangkitkan Semangat Belajar

Mengedukasi para pelajar akan lingkungan dan sains

Tatang Muttaqin selaku Staf Ahli Bidang Manajemen Talenta Kemdikbud mengatakan tema festival Science Film Festival kali ini bukan hanya mencerminkan ajakan untuk bertindak, tetapi juga mencerminkan tekad bersama dalam membangun masa depan yang berkelanjutan dan lestari bagi generasi mendatang.

“Saya harap acara ini tidak hanya menyuguhkan film yang berkualitas dan menginspirasi imajinasi tentang sains namun juga bisa membuka pemikiran adik-adik bahwa sains itu menyenangkan,” ucapnya sebagaimana dikutip dari keterangan resmi.

Direktur Goethe-Institut Wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru, Dr. Stefan Dreyer, menekankan bahwa Science Film Festival berkomitmen untuk menyuarakan pentingnya mempertimbangkan ekosistem dalam pengelolaan lahan, air, dan sumber daya hayati secara menyeluruh.

Komitmen ini tidak hanya menyoroti urgensi untuk mengatasi masalah seperti penggurunan, degradasi lahan, erosi, kekeringan, hilangnya keanekaragaman hayati, dan kelangkaan air, tetapi juga menegaskan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan tindakan dalam hal ini.

“Hal-hal ini dipandang sebagai tantangan lingkungan, ekonomi, dan sosial dalam pembangunan berkelanjutan global. Dengan menghadirkan film dari berbagai belahan dunia dengan topik-topik ilmiah untuk penonton muda, kami berharap dapat menumbuhkan kreativitas serta semangat pemuda bereksplorasi dan mencintai sains,“ katanya.

Kisah Tim Wonder Reader, Anak Bangsa yang Menang Kompetisi Google untuk Bantu Tunanetra

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini