Kisah Tim Wonder Reader, Anak Bangsa yang Menang Kompetisi Google untuk Bantu Tunanetra

Kisah Tim Wonder Reader, Anak Bangsa yang Menang Kompetisi Google untuk Bantu Tunanetra
info gambar utama

Empat mahasiswa Indonesia berhasil meraih prestasi membanggakan dengan memenangkan program Google Solution Challenge 2023 pada 3 Agustus 2023 kemarin dengan produk bernama Wonder Reader.

Tim ini terdiri atas Jason Christian Hailianto (Jesi) sebagai, dengan anggota Philipus Adriel Tandra, Jason Jeremy Wijadi (Jeje), dan Aric Hernando, mahasiswa Ilmu Komputer di Fakultas Teknik Informatika, Binus University International.

Wonder Reader sendiri adalah pembaca braille digital yang dicetak dalam bentuk 3D yang membantu siswa tunanetra dalam pembelajaran dengan menghubungkan secara nirkabel ke ponsel pintar.

Alat ini memungkinkan guru mengirimkan pertanyaan ke perangkat tersebut melalui Bluetooth, dan siswa dapat menjawabnya dengan menggunakan keyboard braille yang ada di perangkat tersebut. Wonder Reader dibangun menggunakan Google Cloud, Firebase, Flutter, dan Google Text to Speech API.

Prestasi yang mereka ciptakan ini sangat membanggakan. Sebagai anak muda yang mempunyai minat di bidang teknologi, mereka berhasil untuk membawa nama Indonesia di kancah internasional dalam perlombaan bergengsi.

Bahkan, ini adalah pertama kalinya nama Indonesia keluar sebagai 3 besar dalam kompetisi Google Solution Challenge.

Dobrak Stigma Difabel, Luthfi Azizatunnisa: Saya Tidak Menyerah dengan Kondisi Saya

Memanfaatkan teknologi agar bermanfaat jadi motivasi

Jesi sebagai ketua dari tim Wonder Reader mengatakan ia mereka tergerak untuk memberikan hal yang berguna bagi masyarakat, tetapi dengan memanfaatkan teknologi yang menjadi keahlian dari mereka.

Hingga akhirnya tercetuslah ide untuk membantu teman-teman tunanetra dengan produk pembaca braille digital.

“Saya percaya bahwa teknologi bisa membantu banyak orang, terutama mereka yang memiliki disabilitas. Itulah mengapa kami membuat Wonder Reader karena kami yakin teknologi dapat diakses oleh kaum disabilitas dan sangat membantu," ujar Jesi.

Sementara itu, terkait dengan motivasi masing-masing, Philipus dan Adriel selaku anggota beralasan kalau mereka hanya sekedar ingin mengikuti perlombaan saja.

Mereka pun tidak menyangka apa yang mereka ciptakan ini ternyata bisa maju ke ajang bergengsi dari Google ini dan mendapatkan perhatian dari Google dan media.

Berawal dari keinginan mereka berdua yang awalnya hanya sekedar ingin mengembangkan diri lewat kompetisi, mereka pun akhirnya semakin sadar bahwa teknologi bisa memberikan manfaat yang benar-benar bisa membantu bagi masyarakat.

“Kami semua merasa penasaran tentang teknologi Google, dan kami mendapatkan pengalaman baru yang membuat kami menyadari manfaat teknologi dalam kompetisi ini,” tambah Philipus.

Ciptakan Generasi Muda Yang Unggul Dengan Growth Mindset

Sempat ikut kompetisi, namun belum puas

Sebenarnya, 3 anggota dari Wonder Reader, yaitu Jesi, Jeje, dan Ariq sebelumnya sudah pernah mengikuti kompetisi Google Solutions Challenge pada 2021. Produknya pun berbeda, yaitu dengan menciptakan aplikasi untuk berolahraga yang mengkonversi setiap gerakan layaknya sebuah poin di game.

Tetapi, mereka hanya sampai pada posisi top 10 saat itu. Rasa kurang puas pun ada dari setiap mereka. Alasannya, mereka mau menunjukkan kalau produk teknologi Indonesia seharusnya masih bisa mendapatkan perhatian secara internasional sehingga bisa berdampak bagi orang banyak.

“Kenapa dari produk buatan kita sendiri kita kenapa ga bisa mencapai lebih. Jadi itu kenapa kita mengikuti lagi kompetisinya, mungkin kita bisa tembus kah, top 3 kah?,” ujar Jessi.

Ketika tim GNFI tanyakan apakah mereka mau mengikuti lagi program Google Solution Challenge, serempak mereka menjawab akan fokus dengan produk yang sudah mereka buat sekarang untuk senantiasa dikembangkan lagi.

“Karena kalau dari segi kompetisi, di GSC ini harus membuat inovasi yang baru untuk memecahkan masalah lain. Jadi kita tidak bisa maju lagi dengan Wonder Reader. Jadi, kita mau komitmen ke Wonder Reader,” kata Jeje.

Pelajar SMAN 1 Bengkulu Ciptakan Permen Antikanker, Bahannya dari Rumput Liar

Sempat mau menyerah hingga jadi rencana masa depan

Untuk mencapai prestasi yang membanggakan ini, mereka melewati berbagai hal dan rintangan, tak terkecuali dari proses untuk menyelaraskan anggota tim di tengah aktivitas masing-masing.

Apalagi setiap anggota tim berasal dari angkatan dengan semester yang berbeda-beda. Yang mana, Jesi sendiri sudah lulus, Ariq di semester 8, Jeje semester 8, dan Philipus semester 4.

“Pernah sekali saat ngerjain ini kita hampir berhenti karena memang masing-masing dari kita sibuk. Tapi itu meeting yang sangat penting sih karena kita dapet motivasi kembali dan mengerjakan produk dengan wajah yang baru dengan perspektif baru semangat baru,” cerita Jesi.

Terkait dengan tantangan mereka ketika lomba, mereka pun mengakui kalau lawan-lawan mereka tidak sedikit yang berasal dari kampus kelas dunia. Tetapi hal tersebut tidak membuat mereka patah semangat dan malah menjadikannya acuan agar bisa memberikan yang terbaik.

“Kita percaya dan fokus dengan produk kita. Kita tahu lawan kita dari kampus yang namanya menyeramkan tapi itu bukan intimidasi. Kita tonton video mereka jadikan acuan dan kita terapkan kepada produk kita untuk mengembangkannya,” kata Jesi.

Kedepannya, tim Wonder Reader akan fokus untuk mengembangkan produk nantinya bisa diproduksi secara konsisten sehingga bisa memudahkan teman-teman penyandang tunanetra. Soal rencana jauh ke depan, merek juga ada keinginan untuk membantu teman-teman difabel yang lain, tidak hanya tunanetra saja.

“Kita pun tidak menutup kemungkinan kalau ada kesempatan dari raksasa teknologi ataupun dari company lokal juga yang buat kolaborasi dengan kita atau kita bisa bantu mereka dari segi teknologi atau bantuan lain,” ujar Jeje.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini