Menjelajahi Kampung Naga, Perkampungan Adat yang Masih Terjaga di Jawa Barat

Menjelajahi Kampung Naga, Perkampungan Adat yang Masih Terjaga di Jawa Barat
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Dalam perjalanan budaya yang menarik di Jawa Barat, tersembunyi dari soroton dunia modern sebuah permukiman kuno yang dijaga oleh waktu dan sejarah. Kampung Naga, sebuah warisan budaya yang terletak di Kabupaten Tasikmalaya, bukan sekedar kampung biasa, melainkan sebuah perwujudan budaya hidup yang memelihara tradisi khas Jawa Barat. Keunikan Kampung Naga tidak hanya terletak pada ciri arsitektur rumahnya yang memukau, melainkan juga pada cara penduduknya menjalani kehidupan mereka sehari-hari dengan begitu melekat pada warisan leluhur mereka.

Kampung Naga berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Lokasinya tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kota Garut dengan Kota Tasikmalaya. Dari Kota Garut berjarak sekitar 26 kilometer, sedangkan dari Kota Tasikmalaya berjarak sekitar 30 kilometer. Untuk mencapai kampung ini, Kawan GNFI harus menempuh jarak sekitar 500 meter dan munuruni lebih dari 360 anak tangga yang sudah ditembok dan dibuat berkelok hingga ke tepi sungai Ciwulan.

Kampung ini berada di lembah yang subur dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Para petani membuat area sekitar perkampungan bagaikan hamparan permadani hijau sejauh mata memandang. Sungai Ciwulan yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikurai menjadikan sungai ini sebagai oase bagi penduduk di kampung ini.

Kawan GNFI, sejarah Kampung Naga juga menarik untuk diketahui. Menurut cerita masyarakatnya, Kampung Naga bermula dari masa kewalian Syekh Syarif Hidayatullah atau dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Seorang abdi dari Syekh Syarif Hidayatullah yang bernama Singaparana diberi tugas untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah barat. Akhirnya, ia sampai ke daerah Neglasari. Di tempat tersebut, ia mendapatkan sambutan yang hangat dari penduduk setempat sampai ia disebut Sembah Dalem Singaparana.

Dahulu Singaparana mendapatkan petunjuk untuk bersemedi. Dalam persemedian itu, Singaparana mendapatkan petunjuk, bahwa ia harus mendiami salah satu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga. Singaparana menjadi nenek moyang Kampung Naga yang memiliki pengaruh besar bagi masyarakat Kampung Naga.

Penduduk Kampung Naga juga menyebut Singaparana dengan nama Eyang Galunggung. Makamnya juga terletak di sebelah barat Kampung Naga. Penduduk Kampung Naga menganggap makam Eyang Galunggung sebagai makam keramat yang diziarahi pada saat diadakan upacara adat bagi semua keturunannya. Menurut kepercayaan yang mereka warisi secara turun-temurun, nenek moyang penduduk Kampung Naga tidak meninggal dunia melainkan raib tanpa meninggalkan jasad.

Kawan GNFI, sebagian besar penduduk Kampung Naga memeluk agama Islam, namun mereka masih sangat memelihara adat istiadat leluhurnya secara turun-temurun. Penduduknya bisa menciptakan kehidupan yang bertumpu pada suatu tatanan yang memiliki suasana kesahajaan dan keharmonisan antara adat istiadat tradisional dengan kekentalan agama Islam.

Sungai Ciwulan di Kampung Naga | Foto: Kemdikbud/kebudayaan.kemdikbud.go.id
info gambar

Salah satu upacara yang dilakukan adalah upacara bulan Mulud atau Alif yang diadakan dengan melaksanakan Pedaran (pembacaan sejarah nenek moyang). Proses upacara ini dimulai dengan mandi di Sungai Ciwulan. Wisatawan juga diperbolehkan mengikuti upacara ini dengan syarat mereka harus patuh pada aturan yang ada di Kampung Naga.

Aktivitas kehidupan penduduk Kampung Naga sangat patuh dalam melaksanakan ketentuan hukum yang tidak tertulis, seperti pantangan atau pamali. Misalnya dalam hal membangun bentuk rumah, arah rumah, pakaian, upacara adat, dan kesenian. Pelanggaran akan pamali akan ditimpali dengan sanksi adat dengan kadar hukuman tertentu. Pelanggaran pamali terberat akan dihukum dengan diusir dari Kampung Naga.

Inilah Kampung Naga yang sangat kental dengan warisan budayanya. Kawan GNFI, di kampung ini bentuk rumah penduduknya berbentuk panggung yang terdiri dari bahan bambu dan kayu. Sedangkan atap rumahnya harus dari ijuk, daun nipah, atau alang-alang. Lantai rumah juga terbuat dari bambu atau papan kayu. Uniknya semua rumah di kampung ini menghadap ke Utara atau ke Selatan.

Rumah Penduduk Kampung Naga | Foto: Kemdikbud/kebudayaan.kemdikbud.go.id
info gambar

Perabotan rumah, seperti kursi, meja, atau tempat tidur dilarang penggunaanya di dalam rumah. Rumah di kampung ini juga tidak boleh memiliki daun pintu pada dua arah berlawanan. Hal ini karena menurut kepercayaan penduduk Kampung Naga, rezeki yang masuk ke dalam rumah melalui pintu depan tidak akan keluar melalui pintu belakang. Penduduk Kampung Naga selalu menghindari memasang daun pintu yang sejajar dalam satu garis.

Bahkan penduduk Kampung Naga juga menolak menggunakan listrik di setiap rumah, karena kekhawatiran penduduk akan terjadinya kebakaran.

Keunikan ini membuat Kampung Naga menjadi salah satu objek wisata budaya di Tasikmalaya. Dalam program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga sudah menetapkan kampung Naga sebagai Desa wisata karena dinilai mampu menggerakkan ekonomi masyarakat dan pelestarian lingkungan.

Kampung Naga adalah cerminan akan kekayaan budaya Jawa Barat. Kampung Naga merupakan jendela yang membawa kita kepada masa lalu, warisan budaya, dan kekayaan tradisi yang telah bertahan selama bertahun-tahun. Kampung Naga adalah bukti hidup bahwa kearifan lokal dan sejarah tak akan pernah hilang selama kita menjaga dan melestarikannya.

Kawan GNFI bagaimana cerita kubudayaan dari daerahmu?

Referensi:

Astuti, Dewi dan Risma Rismawati. 2018. Adat Istiadat Masyarakat Jawa Barat. Bandung: PT. Sarana Pancakarya Nusa.

Dewi, Erna. 2018. Pesona Wisata Jawa Barat. Klaten: PT. Intan Pariwara.

Kemdikbud. 2021. Mematuhi Pamali: Menjaga Kestabilan Alam. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditkma/mematuhi-pamali-menjaga-kestabilan-alam/ . Diakses pada: 29 Maret 2021.

Kemenparekraf. 2022. Siaran Pers: Kemenparekraf Gelar Edutrip Ajak Mahasiswa Promosikan Potensi Desa Wisata. https://kemenparekraf.go.id/berita/siaran-pers-kemenparekraf-gelar-edutrip-ajak-mahasiswa-promosikan-potensi-desa-wisata. Diakses pada: 20 Juni 2022.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini