Mencicipi Soto Sampah, Kuliner Khas Yogyakarta yang Melegenda

Mencicipi Soto Sampah, Kuliner Khas Yogyakarta yang Melegenda
info gambar utama

Tidak banyak yang dapat ditemukan di sini pada siang hari. Jalannya pun lengang dan tidak banyak orang. Namun ada satu hal unik yang pasti mengundang rasa penasaran bagi siapa saja yang pertama kali berkunjung ke daerah ini. Sebuah warung sederhana dengan satu gerobak berukuran sedang yang bertuliskan “Soto Sampah Jogja”.

Di balik gerobak itu, seorang laki-laki paruh baya berdiri. Dengan setia beliau menunggu dagangannya dan siap menyambut pengunjung yang datang. Ialah Pak Supar, seseorang yang sudah bekerja puluhan tahun di warung Soto Sampah. Pria berusia 59 tahun itu masih sigap meracik soto yang dipesan pembeli.

Menurut penuturannya, warung yang sudah menghidupinya sejak dulu ini sudah berdiri tahun 1971 silam. Kendati demikian, kuliner Soto Sampah masih sangat eksis dan memiliki banyak pelanggan baik dari kalangan tua maupun muda, serta pelanggan asli Jogja maupun dari luar Jogja. Hanya dengan merogoh kocek sepuluh ribu rupiah, pembeli sudah bisa menikmati segarnya Soto Sampah.

Seporsi Soto Sampah pun tersaji. Soto ini memiliki isian daging ayam, bihun, dan kol. Tidak lupa dilengkapi dengan jeruk nipis dan sambal yang dapat menambah kenikmatan. Aroma rempah-rempah cenderung seperti jamu pun menguar. Sekali seruput, lidah akan dimanjakan oleh perpaduan pala, kayu manis, cengkeh, dan rempah-rempah pilihan lain. Selain itu, penggunaan jahe yang terasa juga dapat menghangatkan tenggorokan. Inilah ciri khas Soto Sampah yang tidak dapat ditemukan dalam soto lain.

Kalau di sini bukanya dari jam 7 pagi sampai jam 3 dini hari. Biasanya pembeli banyak datang justru saat malam, kalau siang paling hanya satu-dua,” jelas Pak Supar saat ditemui warung Soto Sampah, pada Sabtu, 3 Desember 2022.

Selagi menyajikan semangkuk Soto Sampah kepada pembeli, Pak Supar juga bercerita bahwa Beliau hanya bekerja dari pagi hingga sore. Sedangkan untuk malam hari, pembeli akan dilayani langsung oleh pemilik warung ini, yakni Pak Juniantoro. “Saya sudah tidak bisa kalau seharian berjaga di sini, soalnya sudah tua jadi sering capek,” keluhnya.

Soal rasa, Soto Sampah ini selalu konsisten menjaga keotentikannya meskipun sudah turun menurun hingga tiga generasi. Tidak heran jika saat ini Pak Juniantoro telah mengambangkan bisnis ini hingga memiliki 2 cabang. Warung di Pasar Kranggan ini merupakan cabang pertama dengan Pak Supar sebagai orang yang bertanggung jawab di balik dapurnya.

Biarpun terkesan jorok, pemilihan nama Soto Sampah sendiri juga berangkat dari sejarah yang ada. Serta tentu saja kata ‘sampah’ dalam soto ini bukan merujuk pada sampah yang sebenarnya. “Karena penggunaan rempah yang banyak itu tadi, penampilan dari soto ini juga acak-acakan, makanya disebut Soto Sampah,” ucap Pak Supar menjelaskan asal-usul nama Soto Sampah.

Selain itu, Pak Supar juga mengaku bahwa ia beserta seluruh pegawai yang bekerja dalam Soto Sampah tidak memiliki cara pemasaran khusus. Nama Soto Sampah yang sudah melegenda serta memiliki lokasi yang sangat strategis, tepatnya di daerah Tugu Yogyakarta. Hal ini membuat mereka sudah sangat dikenal dan memiliki tempat tersendiri di hati pelanggannya.

Tidak hanya dari Jogja, pembeli dari luar kota pun sudah ada yang kenal dan menjadi langganan. Dengan demikian, tidak heran penjualan soto ini dapat mencapai lebih dari seribu porsi dapat terjual setiap minggunya. “Yang penting ramah, pembeli jadi tidak segan untuk datang ke sini. Karena percuma kalau jualan kita enak, tapi (pelayanannya) tidak ramah,” tuturnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DK
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini