Ritual Laut Iraw Tengkayu Tarakan, Kalimantan Utara

Ritual Laut Iraw Tengkayu Tarakan, Kalimantan Utara
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung

Seperti masyarakat Jawa yang memiliki tradisi Sedekah Bumi sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki dari hasil bumi, masyarakat Tidung juga memiliki tradisi berterima kasih atas laut. Masyarakat tidung merupakan masyarakat maritim yang mengandalkan laut sebagai mata pencaharian utama. Maka dari itu, dilakukan sebuah ritual untuk mengucap syukur atas laut yang telah memberikan rezeki.

Nama dari tradisi ini adalah Iraw Tengkyu. Arti dari kata Iraw adalah perayaan, sedangkan Tengkayu adalah pulau kecil yang dikelilingi laut. Iraw Tengkayu merupakan ritual (adat isitiadat) yang dilakukan oleh masyarakat suku Tidung di kota Tarakan, Kalimantan Utara, sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta karena sudah memberikan rezeki melalui laut. Ritual Iraw Tengkayu ini sudah diwariskan dari nenek moyang sampai saat ini.

Padaw Tuju Dulung
info gambar

Iraw Tengkayu adalah sebuah ritual pelepasan perahu ke laut. Perahu bernama Padaw Tuju Dulung yang bermakna perahu dengan tujuh haluan. Tujuh haluan yang dimaksud mewakili tujuh hari dalam seminggu yang mana merupakan durasi seorang nelayan Tidung melaut mencari rezeki. Terdapat tiga warna mencolok dari Padaw Tuju Dulung, yaitu warna kuning, hijau, dan merah. Warna kuning memiliki arti hormat dan mulia, warna hijau memiliki arti kepercayaan, dan merah sebagai perlambangan ketegasan dan keberanian.

Dalam pelaksanaannya, selain melepas Padaw Tuju Dulung juga menampilkan penari-penari yang menarikan tarian dari suku Tidung. Menariknya, penari pada ritual Iraw Tengkayu paling banyak pernah mencapai 200 orang. Penari dari Iraw Tengkayu akan mengiringi Padaw Tuju Dulung dilepaskan ke laut. Tarian yang ditampilkan juga bervariasi dan melambangkan berbagai cerita adat dari Suku Tidung. Seperti Padaw Tuju Dulung yang memiliki tiga warna, pakaian penari juga dibedakan menjadi tiga dengan masing-masing menarikan tarian yang berbeda. Pada tahun ini penari berbaju merah menarikan Tari Joget berjudul Betetuyang, penari berbaju hijau menarikan Tari Jepin berjudul pempulu, dan penari berbaju kuning menarikan Tari Kelintangan berjudul Kadandiyu.

Iraw Tengakyu baru saja dilaksanakan kembali di Kota Tarakan pada tanggal 8 Oktober 2023. Ritual laut ini selalu dilaksanakan setiap tahunnya oleh masyarakat Kota Tarakan. Selain itu, Iraw Tengkayu juga sudah masuk dalam Karisma Event Nusantara Kemenparekraf di tahun 2023.

Iraw Tengkayu menjadi sebuah hiburan tahunan bagi masyarakat Kota Tarakan. Penikmat dari Iraw Tengkayu bukan hanya masyarakat suku Tidung, tetapi juga semua masyarakat dari suku lain di Kota Tarakan. Contohnya, saya sendiri berasal dari suku Batak, tetapi ikut excited dan menikmati tradisi ini. Selain menjadi hiburan, Iraw Tengkayu juga menjadi media pengenalan terhadap kebudayaan Suku Tidung dan melanjutkan pewarisannya ke setiap generasi. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Iraw Tengkayu memerlukan ratusan penari dan puluhan pemusik dan biasanya selalu diisi oleh anak-anak muda, baik SMP, SMA, dan kuliah. Keterlibatan dari anak muda sebagai bagian pertunjukkan Iraw Tengkayu membuat kebudayaan suku Tidung dikenal dan terus dilanjutkan dari generasi ke generasi.

Keberhasilan dari Iraw Tengkayu tidak lepas dari peran masing-masing pihak yang membantu di baliknya, seperti pengajar Tari Tidung, pengajar musik, setiap pemeran dalam pertunjukkan Iraw Tengkayu, masyarakat Kota Tarakan yang menyambut dan turut memeriahkan, serta pemerintah Kota Tarakan. Tentu dukungan dari pemerintah memberikan dampak besar atas keberlanjutan tradisi dari Suku Tidung ini. Maka benar, untuk bisa terus melanggengkan umur dari kebudayaan membutuhkan banyak sekali peran dan saya juga Kawan GNFI pun bisa tergabung di dalamnya. Sesederhana mendokumentasikan dan menyebarkan di media sosial juga sudah termasuk dalam usaha memperkenalkan kebudayaan nusantara. Kita bisa memamerkan keindahan nusantara yang merupakan milik kita lewat akun media sosial yang kita punya.

Menurut saya, Indonesia tidak hanya membutuhkan kecanggihan dan kecerdasan, tetapi juga keindahan yang ditemukan dalam nusantara. Dalam setiap kebudayaan nusantara mempunyai keajaiban, sukacita, dan rasa cinta yang harus terus diabadikan di nusantara. Saya percaya setiap kebudayaan nusantara memiliki harapan, pegetahuan, nasihat, cita-cita bahkan sejarah dari orang-orang zaman dulu yang sangat berharga dan bisa menjadi pedoman bagi nusantara untuk terus berjalan maju. Salah satu contohnya, dari Iraw Tengkayu saya dan Kawan GNFI bisa mendapat pelajaran bahwa mengucap syukur bisa dimulai dari hal-hal paling sederhana yang kadang kala terlupa, seperti bersyukur atas laut yang memberikan ikan untuk saya dan Kawan GNFI makan.

Mengenal kebudayaan nusantara seperti mengenal diri sendiri karena nusantara adalah rumah tempat kita berasal. Seperti pentingnya kecerdasan dan kecanggihan bagi kemajuan bangsa, keindahan dari kebudayaan suku bangsa juga memiliki peran penting untuk menjadi kekuatan bagi nusantara agar tetap berdiri tegak walaupun terus bertubrukan dengan perubahan dunia. Semoga saya dan Kawan GNFI juga bisa terus menjadi bagian dalam menjaga dan melanjutkan kebudayaan sampai seterusnya, sampai seluruh dunia mengenal kebudayaan kita.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

JN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini