Sanggar Seni Serambi Sukowati: Arena Ekspresi Kesenian para Seniman Sragen

Sanggar Seni Serambi Sukowati: Arena Ekspresi Kesenian para Seniman Sragen
info gambar utama

Rasanya senang sekali bisa berbincang dengan salah satu tokoh seniman di Sragen satu ini. Beliau rupanya memang sudah punya banyak pengalaman di bidang kesenian ini. Sebut saja beliau Pak Ari Purwanto atau lebih dikenal dengan nama Arie Ndayak. Pak Arie Ndayak merupakan ketua sekaligus pengurus komunitas teater di Sanggar Seni Serambi Sukowati saat ini. Sanggar Seni Serambi Sukowati ini terletak di Dusun Kebayanan Sragen Manggis, Sragen Wetan, Kec. Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Saat pertama kali memasuki sanggar aku sempat terheran, karena tempat ini sangat luas dan tampak seperti rumah dengan pohon mangga besar yang tumbuh di tengah pekarangan. Namun ini bukanlah rumah, akan tetapi sanggar kesenian. Pekarangan sanggar yang luas itu seringkali digunakan para pemain teater untuk berlatih untuk pementasan. Disamping pekarangan nampak rumah pendopo dengan konsep terbuka berisi gamelan, gong, dan lain sebagainya yang biasanya digunakan sebagai tempat latihan karawitan.

Sanggar ini didirikan oleh mantan bupati Sragen yaitu Bapak Agus Faturahman. Sanggar ini telah berdiri sejak tahun 2002 dan hingga sekarang masih tetap dikelola dengan baik. Ketika mengamati keadaan sekitar, tempat ini memang sudah dibangun sejak lama. Tempat ini telah menjadi saksi lahirnya seniman-seniman di Sragen yang memiliki kecintaan besar terhadap kesenian. Tak hanya itu para seniman nasional seperti Sapardi Djoko Damono juga pernah berkunjung di sanggar ini.

Adanya kegelisahan masyarakat pada waktu itu dengan hanya ada satu macam kesenian yaitu pedalangan, menjadikan sanggar ini jawaban dari permasalahan tersebut. Sanggar ini tidak hanya menampilkan seni teater saja, namun juga seni tari dan karawitan. Sanggar ini didukung besar oleh masyarakat sekitar. Mereka sangat antusias dan mendukung komunitas ini.

Untuk menyiapkan satu pementasan naskah, biasanya teater ini membutuhkan waktu minimal tiga bulan, bahkan ada juga yang sampai setengah tahun. Pementasan teater biasanya digunakan untuk menyampaikan pesan sosial atau politik kepada khalayak umum. Dalam teater masyarakat, para pemainnya biasanya adalah anggota masyarakat setempat yang ingin menyampaikan pesan atau isu yang dianggap penting dalam kehidupan mereka, tetapi tidak menutup kemungkinan masyarakat dari luar juga bisa ikut bergabung. Sanggar Seni Serambi Sukowati ini terbuka untuk umum, tempat ini juga kerap kali menjadi tempat lomba anak-anak TK ataupunacara lainnya di sekitar sanggar.

Kembali lagi pada pementasan teater, jadi sanggar ini telah menampilkan banyak pementasan. Kebanyakan naskah yang diangkat tidak persis dengan naskah atau adaptasi. Contoh dulu pernah ada naskah berjudul Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi itu kemudian dibuat adaptasi dengan tafsir yang berbeda. Bentuk atau dialognya tidak persis dengan naskah asli dan konsumsinya adalah anak-anak, jadi diadaptasikan dengan kehidupan anak sekarang. Drama Mega-Mega juga tidak persis dengan naskah asli, kita adaptasi lagi, kita olah sesuai dengan keadaan sekarang seperti isu-isu politik, atau apa pun. Kalau memilih naskah kita juga menawarkan kepada anggota yang lain mana yang akan kita garap kemudian kita diskusikan lalu dibuat adaptasi.

Bagi seorang pemain, pendalaman tokoh bisa tergantung dari dirinya sendiri, bagaimana dia bisa mengolah karakter peran yang dimainkan. Sehingga nantinya menjadi salah satu kesuksesan pementasan yaitu ketika pemain dapat memerankan perannya dengan baik. Namun, bagi sutradara dalam setiap pertunjukkan pasti ada yang masih kurang. Untuk itu perbaikan kedepannya, setelah pergelaran selesai, pihaknya melakukan evaluasi setelah pementasan dan melakukan perbaikan agar kesalahan yang terjadi tidak terulang kembali.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

E
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini