Bhrisco Jordy dan Papua Future Project: Nyalakan Asa Bagi Generasi Emas Papua

Bhrisco Jordy dan Papua Future Project: Nyalakan Asa Bagi Generasi Emas Papua
info gambar utama

Saya ingin pergi ke Papua untuk melihat matahari terbit dari timur.

Begitulah ucap salah satu tokoh bangsa sekaligus mendiang Presiden ke-4 Republik Indonesia, K.H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur tepat dua bulan sebelum dirinya dilantik menduduki kursi istana, pada 20 Oktober 1999 silam. Kelakar tersebut nyatanya bukan karena iseng belaka, Gus Dur menyimpan sebuah harapan bagi Bumi Cendrawasih yang salah satunya terwujud ketika berhasil mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua.

Terlepas akan hal tersebut, Papua sejatinya memiliki daya magis yang mampu memikat hati setiap insan untuk mengunjunginya. Panorama kenampakan alam dari segala sisi berpadu dengan nilai budaya serta adat istiadat yang melekat dalam satu corak keberagaman penuh makna. Salah satu diantaranya adalah Mansinam, pulau di pesisir timur Ibu Kota Papua Barat ini telah lama masyhur menjadi saksi besarnya peran misionaris membangun peradaban modern bagi warga sekitar.

Dilansir dari Beritasatu, Kawan GNFI dapat menikmati berbagai peninggalan bersejarah yang diwariskan oleh dua misionaris asal Jerman, Carl Wilhelm Ottouw dan Johann Gottlob Geissler saat datang pada 5 Februari 1855 silam. Mulai dari Prasasti Salib yang memperlihatkan kehangatan masyarakat Papua menyambut Ottow dan Geissler. Lalu, Gereja Tua Lahai Roi yang hingga kini masih berdiri kokoh, serta Patung Yesus setinggi 35 meter yang merupakan tempat Kitab Injil pertama kali dibabarkan sekaligus pengingat jika Tuhan selalu menyertai masyarakat Papua.

Ironi Pendidikan di Bumi Cendrawasih

Mirisnya, keindahan alam dan segala isinya yang Sang Pencipta persembahkan bagi Tanah Papua berbanding terbalik dengan kondisi pendidikan yang hingga kini masih jauh dari harapan. Pada tahun 2022 saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jika Papua dan Papua Barat menduduki dua peringkat terbawah dari 32 provinsi lainnya dalam Indeks Pembangunan Manusia dengan masing-masing provinsi memperoleh nilai 65,89 dan 61,39. Peneliti demografi dari Universitas Papua, Agus Sumule, seperti yang dilansir dari Kompas juga mengungkapkan hampir 69 ribu anak di wilayah Papua Barat belum pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah, dimana Kabupaten Manokwari menjadi daerah dengan jumlah anak tidak bersekolah tertinggi dari 13 kabupaten dan kota lainnya yakni sebesar 12.204 anak.

Sementara itu, persoalan buta huruf hingga kini juga masih menghantui keberlangsungan dunia pendidikan di Papua Barat, walaupun menurut data BPS hingga tahun 2022 kemarin masih tergolong rendah yakni 2,36 persen. Terlebih polemik pendidikan di salah satu wilayah paling timur dari Bumi Nusantara ini — juga terletak pada rendahnya jumlah tenaga pengajar, akses yang masih cukup sulit, hingga kondisi sosial-ekonomi masyarakat terbilang memprihatinkan. Padahal, sejatinya konstitusi melalui Pasal 31 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah menjamin kepada setiap warga negara agar dapat memperoleh pendidikan setinggi-tingginya demi memajukan peradaban bangsa.

Membangun Literasi Generasi Penerus Papua

Anak-Anak Tampak Antusias Mengikuti Kegiatan Mewarnai | Foto: Instagram Papua Future Project (https://www.instagram.com/papuafutureproject/)
info gambar

Hal itulah yang membulatkan tekad Bhrisco Jordy Dudi Padatu, seorang pemuda asal Manokwari, Papua Barat untuk menghapus kesenjangan dan aksesibilitas antara masyarakat di kota dan pedalaman Papua dalam memperoleh pendidikan. Lulusan dari Hubungan Internasional, President University ini mengaku heran sebab anak-anak usia SMP di Pulau Mansinam belum mampu untuk membaca dan menulis. Tak hanya itu, Jordy, begitulah Ia akrab disapa juga khawatir dengan kondisi anak-anak di wilayah Papua lainnya yang memiliki nasib serupa — khususnya di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).

Kayaknya kalau kita harus menunggu (bantuan) pemerintah (Kabupaten Manokwari), saya harus bilang bahwa (mereka juga) memiliki keterbatasan. Kita nggak bisa selalu berharap pemerintah. Jadi, kenapa kalau kita nggak memulai gerakan itu dari diri kita sendiri, apalagi kita masih muda?” ujar Jordy, panggilan akrabnya saat menjadi narasumber dalam kegiatan Talkshow Good Movement presented by GNFI Academy, pada Senin (21/08) lalu.

Lewat jargon Every Child Matters, Jordy membentuk suatu komunitas bernama Papua Future Project (PFP) dengan sebuah mimpi untuk mampu membangun pendidikan berkelanjutan dan mempermudah aksesibilitas di wilayah pedalaman Papua dari segala aspek, khususnya perihal kemampuan literasi anak. Dilansir dari akun Instagram resminya, terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan oleh PFP seperti Kelas Belajar, Donasi Buku dan Literasi Keliling, Sekolah Alam, pembekalan bagi tenaga pengajar lokal berbasis pendidikan holistik, serta berkolaborasi dengan UNICEF untuk mengedukasi tentang kesehatan reproduksi perempuan, imunisasi terhadap anak, serta kesetaraan dalam hal pendidikan.

Relawan Papua Future Project Sedang Mengajarkan Huruf Abjad kepada Anak-Anak | Foto: Instagram Papua Future Project (https://www.instagram.com/papuafutureproject/)
info gambar

Walau harus sedikit bersabar, namun bagi Jordy dan rekan-rekan Papua Future Project lainnya melihat sedikit kemajuan dari kemampuan membaca dan menulis anak didiknya adalah suatu kebanggaan tersendiri. Serta, kekuatan cinta dari anak-anak Pulau Mansinam menjadi salah satu penyemangat baginya dan rekan-rekan PFP setiap kali berkunjung, meski tidak dapat diungkapkan lewat kata.

“Bagi mereka (masyarakat Pulau Mansinam), kehadiran kita membangun mereka dalam hal pendidikan adalah suatu hal yang berarti walaupun tidak bisa ditunjukkan dengan kata-kata,” ujar Jordy.

Berawal dari Pulau Mansinam, usaha mereka nyatanya berhasil menjangkau lebih luas wilayah lainnya di Papua hingga sukses membawa namanya menjadi penerima apresiasi Satu Indonesia Awards 2022 dalam Kategori Pendidikan, pada 28 Oktober 2022 lalu. Menurut Jordy, gerakan Papua Future Project saat ini telah berhasil menjangkau 725 anak yang tersebar di 14 wilayah di Kabupaten Papua Barat dan Papua Barat Daya, serta mampu melibatkan 250 pemuda-pemudi Papua sebagai sukarelawan.

“Kami juga sedang berupaya (untuk) tidak hanya menjadi komunitas, namun dapat pula menjadi sebuah lembaga bernama Lembaga Masa Depan Papua. Sehingga, dampak yang kami berikan bisa jauh lebih luas ketika sudah berbadan hukum,” ujarnya.

Meski pencapaian yang diraih membuat banyak orang berdecak kagum, hal ini bukanlah menjadi titik akhir untuk Jordy dan kawan-kawan Papua Future Project membangun perubahan besar bagi pendidikan di Tanah Papua. Tidak hanya sekedar menjangkau lebih luas wilayah, Jordy berharap agar gerakan ini menjadi wadah sekaligus bukti nyata anak muda sebagai agent of change, serta menekankan bahwa pendidikan juga merupakan kunci dalam penyelesaian suatu masalah.

Kehangatan Begitu Terjalin antara Relawan Papua Future Project bersama Anak-Anak Papua | Foto: Instagram Papua Future Project (https://www.instagram.com/papuafutureproject/)
info gambar

“Sejauh apapun kamu pergi untuk menimba ilmu, jangan lupa kembali untuk berkontribusi,” pungkasnya.

#kabarbaiksatuindonesia

Referensi Tulisan:

Badan Pusat Statistik. (2022). Indeks Pembangunan Manusia. Badan Pusat Statistik, 178.

Costa, F. M. L. (2022). 68.988 Anak Papua Barat Tidak Bersekolah, Pelayanan Pendidikan Harus Ditingkatkan. Kompas.Id. https://www.kompas.id/baca/nusantara/2022/10/21/68988-anak-papua-barat-tidak-bersekolah-pelayanan-pendidikan-harus-ditingkatkan

Musahidin, E. (2022). Pulau Mansinam, Wisata Religi yang Jadi Ikon Pariwisata Papua Barat. Beritasatu.Com. https://www.beritasatu.com/news/992625/pulau-mansinam-wisata-religi-yang-jadi-ikon-pariwisata-papua-barat

Sadya, S. (2023). Provinsi dengan Tingkat Buta Huruf Tertinggi-Terendah per 2022. Dataindonesia.Id. https://dataindonesia.id/pendidikan/detail/provinsi-dengan-tingkat-buta-huruf-tertinggi-terendah-per-2022

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DI
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini