Upaya Meneruskan Keluhuran dan Kearifan Budaya

Upaya Meneruskan Keluhuran dan Kearifan Budaya
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Zaman terus bergerak dan demikian juga dengan budaya, seiring dengan perkembangannya. Namun kearifan budaya yang ada selalu terdapat nilai positif. Sangatlah berguna, sehingga harus dijunjung dan diteruskan manfaatnya agar menjadi generasi yang tidak melupakan asalnya. Kearifan budaya inilah yang diperlukan untuk ditransformasikan dalam kehidupan yang dinamis serta berkelanjutan.

Saya pun demikian. Sebagai masyarakat umum dan selalu bergerak mengikuti kedinamisan zaman, saya juga menjunjung tinggi kearifan budaya yang diwariskan lintas generasi. Saya menghormati betul itu. Maka hal itupun saya buktikan dalam gelar acara “Ngundhuh Mantu“ yang saya selenggarakan. Acara ngundhuh mantu yang saya gelar untuk anak saya tetap mengikuti pakem yang ada. Namun saya mengambil nilai-nilai yang terkandung didalamnya dan melanjutkannya sesuai dengan kemajuan yang ada.

Membuat Trend “Kacar Kucur“

Ngundhuh mantu adalah prosesi upacara pernikahan dari keluarga pihak laki- laki yang dilakukan setelah upacara pernikahan oleh pihak perempuan selesai. Acara itu disebut “Ngundhuh Mantu“. Dilaksanakan beberapa waktu setelah upacara pernikahan yang diadakan oleh keluarga perempuan. Hal itu menggambarkan kegembiraan keluarga laki-laki yang juga mengalami kesamaan kegembiraan dan kebahagiaan mendapatkan mantu perempuan, dikarenakan suka citanya keluarga laki-laki mendapatkan keluarga baru yaitu pasangan dari anak laki-lakinya itu. Disebut dengan kata “ ngundhuh” yang berarti mengambil buah dari pohon. Namun disini yang diundhuh bukan buah tapi keluarga baru yaitu anak mantu.

Dalam urutannya, upacara digambarkan sepasang pengantin dan keluarga besan yaitu keluarga mempelai wanita, datang diundang ke tempat pihak laki-laki, kemudian diterima oleh keluarga mempelai laki-laki dan duduk di pelaminan bersama. Kemudian di dalam prosesi itu ada upacara yang menjadi “icon” yaitu acara yang disebut “Kacar-kucur“. Tentang suatu simbol yang melambangkan pengantin berdua mengatur pendapatan atau nafkah. Di dalam prosesi asli, digambarkan dengan pengantin laki-laki memberikan beras dan uang kepada pengantin perempuan sebagai pertanda bahwa, laki-laki memberikan nafkah pada perempuan.

Di sinilah saya memberikan penggalian nilai luhur budaya yang ada dalam peristiwa prosesi ini. Saya menggantikan pemberian simbol beras dan uang ini. Saya ganti dengan pesan puisi yang berisi nasehat hidup dari saya sebagai ibu dari anak-anak saya ini. Latar belakang saya sebagai seorang penulis menjadikan puisi ini suatu hadiah yang luar kebiasa pada anak saya.

Puisi Untuk Anak dan Mantuku

Oleh : Novi Saptina

Ketika itu, aku katakan :” Hari ini syukurilah anakku… Tuhan Allah telah mempertemukan kita pada hari dimulainya ibadah yang hakiki”

“Iya ibuu ….”

Aah…. ada dua anakku yag menjawab yang terdengar di telingaku. Dia itu anakku dan anak mantuku

Mereka tersenyum padaku dengan mata yang berbinar penuh cinta. Mantuku cantik, manis dan pintar, serasi dengan anakku.

“Jangan lupakan shalat wajib dan sunahnya anakku“ . “Iya ibuu …”

Mereka menjawab berdua lagi, hatiku makin berbunga-bunga.

Ooh.. Ya Allah, lindungilah mereka dalam menapaki perjalanannya….

Anakku……

“ Nanti ada beberapa jalan yang akan kau tapaki dalam kehidupanmu anakku . “Tetaplah pilih jalan yang lurus yang Allah menyukainya. Meskipun beberapa jalan lain itu, menggiurkan dan menggoda hati.

Semua itu hanya tipuan mata, dan senda gurau belaka….. hanya sementara sifatnya.

Yakinlah, jalan lurus itu kekal dan akan mengantarkamu ke tempat yang indah kelak, indah dari yang terindah di dunia, penuh dengan emas permata, serta bunga indah

Tapi tempat itu butuh keteguhan hatimu, menghadapi cobaan di dunia…..

Yaa…. Tempat itu adalah Surga yang dijanjikan Allah, Tuhan kita. Maka ajak seluruh keluarga menapaki jalan lurus itu. Meskipun,….. nanti akan kau temui beberapa duri….

Janganlah takut….. Tetaplah tersenyum…… dan sabar, menyingkirkan satu demi satu

Bila kalian tersenyum dan sabar, Allah akan mengirimkan bantuan untukmu yang tak kau sangka.

Dan jalan akan terbentang luas lagi. Dan kau akan tersenyum dan tertawa ceria dengan sempurna.

Selamat menempuh perjalanan, tetap kuat dan membanggakan hati, serta menyejukkan mata, siapapun yang melihat…..

Ibu membacakan puisi untuk putra dan mantunya
info gambar

Begitulah puisi kehidupan yang saya ciptakan khusus untuk anak- saya yang saya cintai itu. Pembacaan puisi kehidupan ciptaan ibu tersebut menggantikan prosesi acara kacar-kucur. Puisi itu memberikan makna bagaimana mengelola kehidupan ini sehingga bisa berbahagia sampai di surga.

Jadi, urut-urutan upacara ngunduh mantu saya yaitu pertama keluarga pengantin pria menerima tamu di depan, sementara pengantin laki-laki dan perempuan dirias di ruangan lain. Setelah tamu-tamu datang, acara dimulai dengan prosesi menurunkan pengantin dari kamar tempat dirias di lantai atas untuk masuk menuju ke pelaminan. Paling depan barisan adalah ”cucuk lampah“ sebagai pemimpin langkah barisan belakangnya yaitu bride maid, diikuti pengantin, serta ayah ibu dari dua pengantin. Kemudian menuju ke pelaminan. Sementara kemudian menyusul rombongan keluarga dari besan untuk dipersilahkan duduk.

Sesudah itu acara pembacaan puisi dari ibu pengantin pria untuk kedua mempelai, sebagai pengganti upacara kacar-kucur yang diyakini sebagai bekal untuk kehidupan. Dilanjutkan dengan “ular-ular pengantin “ yang disampaikan oleh ustaz sebagai nasehat oleh ustaz untuk pengantin. Acara selanjutnya adalah “atur pambagya” yaitu keluarga mengucapkan terima kasih kepada para tamu dan memohon maaf bila ada kekurangan dalam segala penyambutan. Sesudah itu hiburan dan diakhiri dengan “bedhol pengantin” yaitu pengantin beserta ayah ibunya dibawa ke depan gedung untuk mempersilahkan tamu, pertanda upacara selesai. Dalam acara ini ayah ibu dan pengantin dipandu oleh petugas keluarga yang ditunjuk bersama untuk keluar bersalaman dengan para tamu. Para keluarga mengikuti bersama kepulangan para tamu.

Bahagia

Bahagialah sudah saya yang menyelenggarakan hajatan, bisa tetap menyelenggarakan prosesi upacara “ Ngundhuh Mantu “ dengan nilai luhur yang tetap dilestarikan dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman. Para tamu yang terdiri dari teman-teman juga mengungkapkan kebahagiaannya dengan kata-katanya, “Selamat ya, acaramu keren habis“. Terima kasih Tuhan Yang telah mengiringi langkah saya. Terima kasih nilai luhur kearifan budaya bangsa. Semua itu adalah panutan dan penuntun untuk membuat kita semua berbahagia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini