Dari Dapur Bangsa, Volunter Pekan Kebudayaan Nasional Belajar Ragam Pangan Nusantara

Dari Dapur Bangsa, Volunter Pekan Kebudayaan Nasional Belajar Ragam Pangan Nusantara
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Pekan Kebudayaan Nasional 2023 telah usai terlaksana di Jakarta dan kota sekitarnya, namun terdapat beberapa daerah di Indonesia yang masih melaksanakan kegiatan simultan kebudayaan tersebut. Pada tahun ini Pekan Kebudayaan Nasional mengusung tema “Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan”, yang mengajak kepada masyarakat bahwa setiap aksi kebudayaan harus tetap mengakar pada nilai-nilai dan kearifan lokal. Bentuk dari Pekan Kebudayaan Nasional merupakan wadah inklusif kepada para pelaku budaya serta masyarakat sehingga terbentuk jaringan kolaborasi dan aksi kolektif yang akan menghantarkan pemajuan kebudayaan.

Untuk menyukseskan rangkaian Pekan Kebudayaan Nasional 2023, terdapat volunter yang berjumlah 281 dari berbagai daerah dan disebar ke beberapa titik lokasi kegiatan di Jakarta. Terkhusus di lokasi PFN volunter berjumlah 114 yang siap untuk membantu kegiatan simultan kebudayaan, termasuk program Dapur Bangsa. Dari Dapur Bangsa merupakan wujud dari ekspresi kebudayaan yang mewakili ragam pangan Nusantara yang hadir meramaikan Pekan Kebudayaan Nasional 2023.

Ragam Pangan Nusantara

Pada program Dapur Bangsa yang dilaksanakan selama sembilan hari, tim Dapur Bangsa telah menyiapkan lebih dari sepuluh ragam pangan dari berbagai wilayah Nusantara dari barat sampai timur. Mulai dari sepuluh jenis sambal cocol setiap harinya, minuman berbahan dasar rempah serta makanan khas daerah Nusantara. Ekspresi kebudayaan Dapur Bangsa tersebut merupakan hasil dari representasi kekuatan pangan lokal yang hadir di tengah-tengah pameran galeri, performance art dan bincang budaya di Pekan Kebudayaan Nasional.

Konsep Dapur Bangsa di Pekan Kebudayaan Nasional terinspirasi dari buku Mustika Rasa yang digagas oleh Ir. Soekarno. Buku babon tersebut memberikan informasi yang lengkap mengenai khazanah kuliner Nusantara yang berisi resep, jenis pangan, bentuk sosiologis di dapur sampai identitas kebudayaan saat menyajikan makanan di hidangan meja. Ide tersebut kemudian bertransformasi menjadi program Dapur Bangsa di perhelatan Pekan Kebudayaan Nasional.

Berkat kehadiran Dapur Bangsa, para pengunjung sangat antusias untuk mengenali lebih jauh masakan Nusantara. Karena tidak hanya sekadar memenuhi perut kosong semata melainkan menumbuhkan rasa kepedulian tentang pangan lokal. Terutama pangan lokal yang kini telah memudar tergantikan beras.

“Aku jadi bisa kenal banyak suku dan budaya di Indonesia apalagi tentang makanannya. Dari Batak mempunyai Dali ni Horbo sejenis makanan tradisional berbahan susu kerbau berbentuk seperti tahu, terus dari timor di NTT terdapat makanan khas jagungnya. Aku dapat mengenali ragam pangan Nusantara dari Sabang sampai Merauke hanya di Dapur Bangsa”, kata Dian (24) volunter asal Jawa Timur.

Pangan selain sebagai bentuk ekspresi kebudayaan dapat hadir sebagai protes atas tercemarnya lingkungan. Wujud protes tersebut hadir di Dapur Bangsa dengan memasakan Nasi Kuning Samarinda bersama ikan air tawar dan ikan gabus. Sebab ikan-ikan tersebut telah tercemar limbah mikroplastik di Sungai Mahakam. Bagi masyarakat lokal Nasi Kuning Samarinda bersama ikan-ikan di Sungai Mahakam sudah menjadi konsumsi utama.

Melalui Dapur Bangsa kekayaan ragam pangan lokal Nusantara hadir menunjukan kehebatannya. Pangan lokal yang menjadi identitas budaya Indonesia tidak hanya sekedar urusan perut, melainkan terdapat pengetahuan budaya pengolahannya yang berfungsi untuk menjaga kekuatan sosial, adat istiadat hingga pemenuhan gizi.

Partisipasi Volunter Memasak Ragam Pangan

Konsep Dapur Bangsa dirancang terbuka untuk siapapun. Bagi mereka yang ingin berpartisipasi dapat berkontribusi untuk bermasak bersama. Hal itu pun tidak disia-siakan oleh volunter yang membantu menyiapkan bahan makanan serta mengulek sepuluh jenis sambal colek, karena hanya itu yang paling mudah bagi volunteer lakukan.

“Program Dapur Bangsa bagus sekali, dapat menghadirkan bermacam-macam kuliner khas daerah Nusantara. Kita sebagai volunter tidak hanya menikmati lezatnya makanan tersebut melainkan dapat langsung terlibat sejak mulai mempersiapkan bahan-bahan, mengulek sambal hingga menikmati makanan yang telah diolah bersama”, kata Tommy (28) volunter asal Bengkulu.

Hal paling mudah bagi volunter untuk dapat berpartisipasi memasak di Dapur Bangsa ialah membuat sambal colek. karena hanya butuh proses menyiapkan cobek, cabai dan resep tambahan sesuai jadwal menu.

“Aku bantu mengulek sambal khas lampung, namanya sambal seruit dan sambal temponya” kata Jaura (23) volunter asal Jakarta.

Dokumentasi Pribadi
info gambar

Berkat membantu menyiapkan makanan Dapur Bangsa, akhirnya volunter dapat mengetahui banyak bumbu-bumbu yang tidak biasa ditemukan sehari-hari di dapur rumah. Apalagi memproses dari awal sampai akhir. Seperti saat menyajikan sambal seruit yang terdiri dari cabai rawit, bawang merah, garam, tomat dan diberi campuran tempoyak (olahan durian fermentasi).

Menurut Dian yang bertugas sebagai LO (Liaison Officer) volunter Dapur Bangsa, masakan yang paling cepat habis itu seblak khas samosir, tetapi tercatat hampir semua sajian makanan Dapur Bangsa cepat habis. Kemudian, makanan yang paling enak dan berkesan menurutnya ialah Mie Gomak asal Samosir. Tekstur kenyal dan besar mie tersebut membuat setiap lidah yang menyantapnya ingin menagih setiap saat.

Pekan Kebudayaan Nasional selama dua pekan memberikan pelajaran berharaga bagi seluruh volunter yang terlibat dalam perhelatan kebudayaan tersebut. Pasalnya selain mendapatkan pengalaman, tentu mereka mendapat privilege berupa hak koneksi kepada para kurator, seniman dan pemangku kepentingan. Hal tersebut dirasakan oleh Aleandro, volunter yang berasal dari Jayapura. “Selama mengikuti kegiatan ini tentu saja mendapatkan pengalaman yang sangat berharga, menjadi Gallery Sitter atau penjaga pameran selama dua minggu. Bertemu dengan kurator dan seniman mendapatkan pengalaman yang berharga. Semoga suatu hari nanti saya akan menjadi penggerak seni di kota Jayapura”, kata Aleandro (23) volunter asal Papua.

Pengalaman bagi Aleandro tentu menjadi inspirasi kepada seluruh volunter atas antusias mengikuti kegiatan Pekan Kebudayaan Nasional 2023. Pasalnya volunteer asal Papua tersebut harus merogoh kantong pribadi untuk membeli tiket pesawat pulang-pergi yang harganya sebanding dengan pengalaman didapatkan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SU
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini