Seren Taun: Upacara Adat Sunda Wiwitan yang Berumur 655 Tahun

Seren Taun: Upacara Adat Sunda Wiwitan yang Berumur 655 Tahun
info gambar utama

Seren Taun: Upacara Adat Sunda Wiwitan yang Berumur 655 Tahun

Oleh Fabian Satya Rabani

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Kawan GNFI, tahukah jika ada tradisi budaya daerah di Provinsi Jawa Barat yang sudah eksis sejak tahun 1368 dan sampai saat ini masih tetap rutin digelar? Tradisi itu bernama Seren Taun. Dilihat dari umurnya yang sudah sekitar 655 tahun, tradisi ini pasti membuat banyak orang penasaran sehingga menarik untuk dibahas di ruang publik.

Seperti dijelaskan dalam repositori.unsil.ac.id, seren taun merupakan kegiatan upacara adat penghayat kepercayaan Sunda atau yang biasa disebut sebagai Sunda Wiwitan. Istilah seren taun diambil dari bahasa Sunda: seren berarti menyerahkan, Taun berarti tahun yang terdiri dari 12 bulan. Seren Taun, Hajat Bumi atau Babarit Desa merupakan kegiatan upacara adat atau ritual yang dilakukan oleh kelompok kepercayaan Sunda Wiwitan.

Menurut catatan sejarah dan tradisi lokal, perayaan seren taun ini sudah dilakukan turun-temurun sejak zaman kerajaan Sunda purba sekitar tahun 1368. Tradisi ini bermula dari pemuliaan kepada Nyi Pohaci Sanghyang Asri, yang merupakan Dewi padi dalam kepercayan Sunda kuno. Sistem kepercayaan Sunda kuno ini dipengaruhi animisme-dinamisme. Masyarakat petani Sunda kuno menghargai kekuatan alam yang memberikan kesuburan tanaman dan ternak.

Kegiatan upacara tradisional adat seren taun selain memberikan persembahan dan rasa syukur atas hasil panen, juga memohon karunia Tuhan di musim tanam yang akan datang. Upacara adat seren taun ini terdiri dari upacara dan tradisi kuno yang penuh arti dan pesan simbolis.

Beberapa desa di Jawa Barat yang masih melakukan upacara seren taun ini adalah Desa Cigugur di Kabupaten Kuningan, Desa Ciptagelar di Kabupaten Sukabumi, Desa Pasir Eurih di Kabupaten Bogor, dan Kampung Naga di Tasikmalaya. Setiap Desa memiliki cara upacara yang beragam.

Tulisan ini lebih berfokus pada upacara seren tahun di kelurahan Cigugur, Kabupaten Kuningan seperti juga dijelaskan pada repositori.unsil.ac.id. Dalam pelaksanaan upacara adat seren taun di kelurahan Cigugur, Kabupaten Kuningan, masyarakat lebih memiliki fleksibilitas. Runtutan acara dan materi acara sesuai dengan situasi dan kondisi. Namun, upacara yang pertama yang biasa dilakukan yaitu prosesi menyalakan damar sewu di seluruh wilayah kelurahan Cigugur. Damar sewu itu dihidupkan oleh pasukan berkuda yang terdiri dari empat orang untuk membawa inti api dari pusatnya di Paseban Tri Panca Tunggal. Ini merupakan lambang bahwa masyarakat Sunda jangan sampai lupa arah tujuan kehidupan, adanya manusia saat ini tidak lepas dari keberadan manusia masa lalu. Hidup bukan untuk menikmati zaman tapi memberikan kebermanfaatan untuk dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Selanjutnya diadakan upacara dadung tarian. Upacara ini memakai tali tambang yang bermakna ritual penyeimbangan alam agar hama dan unsur tidak baik tidak mengganggu kehidupan masyarakat. Upacara tradisi ini walau diperuntukkan sebagai hiburan bagi para penggembala tapi menjadi upacara sakral yang penuh dengan muatan religiusitas.

Setetelah itu para pemangku adat dan ketua adat berdoa di hadapan sebuah benda kecil yang dibungkus kain putih yang merupakan simbol dari hama. Setelah prosesi pembuangan hama rampung, ketua adat bersama tamu undangan dan juga masyarakat melaksanakan penanaman pohon di daerah Situ Hyang, yaitu daerah yang gersang dan tandus. Kemudian, menabuh seribu kentongan menutup upacara dadung.

Tradisi acara adat seren taun tidak hanya mempertunjukkan aktivitas lama sesuai pakem yang dilakukan oleh masyarakat adat Sunda Wiwitan. Seiring majunya zaman dan globalisasi, menuntut masyarakat adat untuk beradaptasi juga. Pada upacara hari ke-2 diisi kegiatan lomba-lomba tradisional. Selain itu, diadakan juga dialog dan diskusi kebangsaan dan kebudayaan. Tujuannya adalah agar masyarakat selalu menjaga nilai-nilai warisan leluhur dan lebih mementingkan nasionalisme serta menghargai perbedaan ras, suku, dan agama.

Rangkaian upacara adat seren taun selanjutnya yaitu tarian Tarawangsa. Tarian ini merupakan tarian klasik orang Sunda, berasal dari Sumedang. Tarawang yang berarti menerawang dan Esa berarti Tuhan Yang Maha Esa. Tarian ini diikuti oleh sekelompok penari. Penonton pun bisa ikut serta menari juga. Ada seorang dukun yang siap menyembuhkan yang kesurupan. Tarian Tarawangsa ini bertujuan untuk meningkatkan penghayatan tentang ketuhanan.

Setelah upacara dadung kelar, rangkaian upacara berikutnya adalah ngareremokeun. Acara ini mempertemukan benih berjenis kelamin jantan dan benih berjenis kelamin betina dari tumbuhan dan mendoakan benih-benih itu. Acara ini dilakukan pada malam hari tanggal 21-22 Rayagung. Tanggal ini dipilih untuk menggenapi angka 20 sesuai dengan sifat dan wujud manusia yang ada dua puluh.

Pada rangkaian upacara adat malam itu ada acara doa bersama diikuti berbagai agama dan kepercayaan untuk mendoakan kesejahteraan dan kejayaan Indonesia. Berikutnya adalah Tari Buyung, tari khas bagi Penghayat Kepercayaan. Tarian ini melukiskan pentingnya sumber mata air seperti yang tergambar pada gerak tari. Kegiatan berikutnya yaitu tarian Ronggeng Gunung. Tarian khas ini sampai saat ini masih eksis di Kabupaten Ciamis

Puncak seren taun dilakukan setelah semua rangkaian upacara adat selesai dilaksanakan. Upacara siang dilakukan setelah semua kalangan masyarakat adat dan pemangku adat siap melakukan upacara puncak. Semua hasil pertanian dan perkebunan warga dibawa ke pelataran Paseban Tri Panca Tunggal. Kemudian, diarak oleh masyarakat keliling kampung sebagai rasa syukur dan terima kasih kepada Hyang Maha Kuasa.

Ditinjau dari sisi budaya, upacara tradisional adat seren taun yang sudah dilakukan dari masa ke masa di Kabupaten Kuningan, ini merupakan tanda bahwa seren taun adalah hal yang dibanggakan oleh warga. Upacara adat seren taun penuh akan rasa syukur kepada bumi yang dipijak yang telah memberi kesuburan serta kesejahteraan untuk seluruh warga yang pada umumnya petani. Oleh karena itu, pelestariannya perlu terus dijaga. Dalam KBBI, pelestarian adalah proses, cara, perbuatan melestarikan, perlindungan dari kemusnahan atau kerusakan. Pelestarian budaya perlu dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah. Pemerintah melakukan pelestarian budaya melalui peraturan dan undang-undang. Sedangkan masyarakat terus mengangkat kebudayaan dalam sepanjang hidupnya.

Nah, luar biasa kan upacara adat seren taun? Meskipun bukan warga setempat, kehadiran Kawan GNFI sangat diharapkan dan dinantikan oleh masyarakat lokal. Jadi, ayo sempatkan untuk datang dan melihat langsung fakta unik terkait gelaran ini! Kawan tidak usah khawatir, mereka sudah menyiapkan banyak hal untuk menyambut kehadiran Kawan pada even seren taun ini!

Penulis adalah seorang pelajar tinggal di Jawa Barat

Referensi:

https://repositori.unsil.ac.id/521/5/BAB%20I.pdf

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini