Dua Tradisi Yang Kini Hidup Kembali Di Kampung Menggala Tulang Bawang

Dua Tradisi Yang Kini Hidup Kembali Di Kampung Menggala Tulang Bawang
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Menggala merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang, yang dulu memiliki beragam tradisi dan Kebudayaan yang kental dengan kearifan lokal diantaranya adalah tradisi Nyubuk Majew dan Miyah Damau, namun di tengah perkembangan zaman menjadi faktor terhalang aktivitas Kebudayaan tersebut diselenggarakan. Selain itu kurang nya kepedulian masyarakat didaerah sekitar untuk melestarikan sehingga terhenti di kalangan orang tua saja namun kini daerah menggala sekarang menjadi sorotan di berbagai macam media sosial karena Tradisi Nyubuk Majew dan Miyah Damau mulai dikenal dan diselenggarakan kembali oleh masyarakat Menggala baik dikalangan orang tua dan muda. Hal ini juga di naungi oleh Komunitas Seni Budaya Menggala (KSBM) yang baru didirikan pada tanggal 27 Mei 2023 dibentuk oleh Zulkarnain, S.E., M. Rendra Saputra, S.E., M.M., Habibie Warga Negara, S.I.P., Suhendri Wijaya, S.Sn., Edo Edwin, Dhoni Irawan, S.H., Sahrudi, S.T., Anggi Devita Lani, Aris Wanto Abdullah, S.Pd., dr. Jefri Sandika, S.Ked., Endiko Agung Hardekha, SKM., Media Sanjaya, S.Si., Suhirmansyah, S.Kom., M. Ilhamsyah Setiawan, Juzaid Hudans Alhafizy, S.Ap. yang mana para beliau merupakan Aktivis Seni & Budaya yang dipimpin oleh bapak Habibie Warga Negara, S.IP. Tradisi Nyubuk Majew dan Miyah Damau dapat diselenggarakan kembali yang dikordinir bersama KSBM tentunya, kini kedua tradisi tersebut sudah mulai diselenggarakan kembali semenjak KSBM dibentuk hingga sekarang. Semenjak Tradisi tersebut di selenggarakan kembali masyarakat Menggala memiliki harapan tradisi tersebut dapat terus dilestarikan yang mana masyarakat ikut memeriahkan dan mendukung tradisi tersebut agar terus dilestarikan yang kini telah dikordinir oleh KSBM. Mari teman-teman gnfi kita mengenal apa itu tradisi Nyubuk Majew dan Miyah Damau.

Nyubuk Majew yang artinya adalah Nyubuk yaitu Melihat, dan Majew adalah Pengantin, yang dapat disimpulkan bahwa Nyubuk Majew adalah Melihat Pengantin. Tradisi ini biasanya dilakukan pada saat malam hari, yang mana ibu-ibu ataupun para gadis-gadis menutupi badan mereka menggunakan kain atau sarung yang hanya memperlihatkan matanya saja berjalan dari rumah dan bergerombolan bersama masyarakat lainya untuk mendatangi rumah yang sedang memiliki seorang pengantin. Mengobrol dan melihat pengantin wanita dengan tetap menggunakan sarung, dengan tujuan agar tidak diketahui oleh pengantin tersebut. Kata-kata yang sering dikeluarkan pada saat Nyubuk Majew oleh ibu-ibu dan gadis-gadis tersebut adalah “mohou pay majew” yang artinya “tertawa dulu pengantin” dan “sorak eyy” yang bermaksud bersorak kebahagiaan. Biasanya pengantin wanita sudah bersiap untuk di datangi pada prosesi Nyubuk dengan berdandan dan duduk di tempat yang sudah disiapkan khusus untuk pengantin yaitu di kasur lamat, atau kasur berwarna putih dengan dihiasi oleh motif-motif ciri khas Lampung.

Miyah Damau atau Jaga Damar sendiri merupakan tradisi yang di selenggarakan khusus untuk para muli & mekhanai (gadis & bujang). Kegiatan ini sendiri dilaksanakan pada saat malam sebelum hari acara resepsi pernikahan dilangsungkan, sebelum acara Miyah Damau dilangsungkan biasanya terdapat pengumuman akan di selenggarakan nya acara tersebut menggunakan canang dengan cara di pukul dan berbunyi keras, meskipun begitu informasi juga didapatkan melalui sosial media tentunya. Miyah Damau biasanya bertujuan untuk berkenalan, pendekatan dan mencari jodoh antara muli dan mekhanai, selain itu dalam kegiatan ini terdapat permainan yang sering dilakukan oleh muli mekhanai pada saat Miyah Damau yaitu Puter Selendang yang mana para muli dan mekhanai duduk berhadap-hadapan sambil memberikan sebuah Selendang ke muli atau mekhanai lainnya sampai musik yang diputar berhenti. Selendang yang berhenti di tempat muli dan mekhanai ketika musik berhenti akan dipertemukan bersama lalu menari sambil mengobrol dan pendekatan. Salah satu pendiri KSBM M.Rendra berharap komunitas ini dapat terus aktif dan dapat menkordinir Kebudayaan di daerah Menggala dan tentunya berisikan orang-orang yang berakhlak dan berbudaya sesuai dengan semboyan KSBM yaitu “Mengalou Berakhlak Berbudayou”.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini