Tradisi Religi "BABURDAHAN" yang jarang terdengar

Tradisi Religi "BABURDAHAN" yang jarang terdengar
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung Untuk Melambung

Karakter religius Islam banyak mempengaruhi kebudayaan Banjar sehingga cukup melekat hingga sekarang yakni BABURDAHAN. Di Pesantren-pesantren khususnya Kalimantan Selatan Burdah dibaca rutin setiap malam jum’at atau malam senin. Masyarakat setempat khususnya Kota Banjarbaru dan Kabupaten Banjar melakukan pembacaan Burdah pada awal Tahun Baru Islam 1 Muharram dan pada hari rabu di akhir bulan Shafar karena menurut sebagian ulama pada saat itu ke bumi 360.000 bala. Tidak hanya itu, di kala sedang mengadakan hajatan seperti hajatan membangun rumah atau sedang menghadapi situasi kritis seperti serangan wabah penyakit, musim kemarau panjang, musibah kebakaran dan lain sebagainya. Burdah biasanya dibaca dengan harapan bisa mencegah malapetaka, marabahaya dan sebagainya. Baburdahan adalah salah satu wirid yang dikarang oleh Syekh Bushiri sehingga menjadi kegiatan religi yang didawamkan oleh masyarakat Banjar khususnya mayoritas Ibu-ibu yang tergabung dalam majelis ta'lim ataupun grup maulid. Bahkan saat ini di setiap daerah Kalimantan Selatan ini pasti banyak masyarakat yang melestarikan Baburdahan ini.

Dikutip dari buku Rahasia Sehat Berkah Shalawat oleh M. Syukron Maksum, burdah artinya mantel dan berarti shifa (kesembuhan). Syair qasidah burdah ditulis oleh Imam Muhammad bin Sa‘id Al Busyiri. Imam Busyiri adalah seorang penyair Mesir di tahun 658 - 666 H/1260-1268 M. Imam Busyiri menulis syair budrah atas perintah Rasulullah yang datang ke mimpinya. Saat itu ia tengah menderita penyakit faalij atau setengah lumpuh. Beliau mengarang syair burdah 160 bait dan dibagi menjadi 10 pasal. Empat bait pertama dan satu tambahan syair lainnya sering diamalkan dan disyairkan oleh para pecinta sholawat.

Di daerah Amuntai dan Martapura yang dikenal kota santri dan agamis, sangat mudah menemukan tradisi Baburdahan ini dimana mayoritas masyarakat setempat beragama Islam dan memiliki pengetahuan agama yang cukup. Bahkan tidak hanya masyarakat, pemerintah Kabupaten Banjar pun kerap kali melaksanakan pembacaan Burdah ini. Baburdahan yang dilakukan disana tidak hanya pada kegiatan keagamaan tetapi juga banyak juga dilakukan pada kegiatan lain seperti zaman dulu membaca Burdah keliling di kampung dipimpin oleh tuan guru atau tokoh agama setempat tanpa menggunakan alat pengeras suara sambil diterangi dengan obor namun saat ini pembacaan burdah menggunakan alat pengeras suara dan diterangi senter dan lampu emergency. Dimana mereka mempunyai kepercayaan yang kuat dengan perantara membaca puji-pujian kepada Nabi Muhammad melalui Qashidah Burdah ini dapat mendatangkan kesembuhan, terhindar dari bala, marabahaya dan malapetaka. Masyarakat juga meyakini bahwa terdapat nilai-nilai religius Islam dalam Tradisi Baburdahan ini yaitu nilai aqidah, ibadah, akhlak dan tentunya nilai sosial karena untuk menjalin silaturahmi antarsesama warga.

Di daerah saya sendiri, Burdah menjadi wirid/amaliah rutinan yang sudah tidak asing lagi dibaca rutin seminggu sekali oleh masyarakat sekitar. Ketika dibacakan Burdah biasanya diawali dengan Surah Yaasin kemudian tawassul fatihah kepada pengarang dilanjutkan dengan syair-syair pujian kepada Baginda Nabi. Masyarakat yang mendengarkan dan mengikuti pembacaan Burdah biasanya membawa botol air mineral kemudian dibuka tutupnya dengan harapan air tersebut bisa menjadi obat bagi yang meminum berkat pembacaan Burdah tersebut.

Baburdahan ini sejatinya merupakan memanjatkan doa disertai syair pujian dan pengagungan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini dilestarikan oleh masyarakat nahdliyyin atau nahdlatul ulama, karena menurut Ahlussunah wal jamaah Burdah ini adalah pendingin, sehingga dengan melaksanakan Baburdahan ini situasi menjadi dingin dan tentram dan tentunya Allah menurunkan rahmat-Nya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini