Upaya Ekstra Saya Dalam Melestarikan Kebudayaan Daerah Ketika Sedang Merantau Ke Ibukota

Upaya Ekstra Saya Dalam Melestarikan Kebudayaan Daerah Ketika Sedang Merantau Ke Ibukota
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Berdasarkan KBBI VI Daring Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, dikatakan bahwa kebudayaan merupakan hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat.

Mengenal kebudayaan merupakan hal yang sangat penting karena bisa menambah wawasan. Tapi yang jauh lebih penting adalah melestarikannya. Karena kebudayaan memiliki nilai - nilai luhur yang sudah dijaga dengan baik oleh nenek moyang kita.

Tanggal 20 - 29 Oktober 2023 yang lalu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menyelenggarakan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) yang ke - 3 sejak tahun 2019 dan 2021, sebagai salah satu upaya untuk melestarikan kebudayaan.

Dengan tema "Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan," PKN 2023 menyuguhkan serangkaian pameran dan acara publik seperti lokakarya, diskusi seniman, pasar ilmu, bazaar barter, dan festival layar tancap.

Sayangnya karena banyak pekerjaan, Saya tidak bisa hadir ke acara PKN 2023.

Tapi meskipun demikian, Saya memiliki semangat dan tujuan yang sama dengan Kemendikbud Ristek, yakni ingin melestarikan kebudayaan, khususnya kebudayaan daerah Saya.

Ini 3 Cara Yang Saya Lakukan Untuk Melestarikan Kebudayaan Daerah Saya

1. Memakai Baju Batik Setiap Hari Senin Atau Jumat

Ayah dan Kakek Saya berasal dari Jepara, Jawa Tengah. Sebagai orang Jawa, sudah sepantasnya kalau Saya ikut melestarikan peninggalan - peninggalan nenek moyang. Salah satu caranya adalah memakai baju batik secara rutin.

Saya hampir selalu memakai baju batik setiap hari Senin atau Jumat. Teman - teman satu kantor Saya sudah sangat paham dengan kebiasaan Saya ini.

2. Menggunakan Bahasa Minang di Waktu Yang Tepat

Saya menyelesaikan pendidikan sarjana Saya di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.

Di sana Saya mempelajari bahasa Minang dan menggunakannya di kehidupan sehari - hari. Di sana juga Saya bertemu dengan istri Saya, yang juga merupakan wanita asli Padang.

Pengalaman kuliah di Padang dan menikah dengan wanita asli Padang membuat Saya cukup fasih menggunakan bahasa Minang.

Ketika bertemu dengan orang Minang, baik itu di sekitar rumah atau di kantor, Saya selalu menggunakan bahasa Minang di waktu yang tepat.

Misalnya ketika berjalan ke Masjid bersama tetangga, atau mengobrol di waktu istirahat dan di luar kantor bersama rekan kerja.

3. Meminta Istri Memasak Gulai Daun Ubi, Daun Ubi Tumbuk, atau Ikan Asam Padeh Minimal 1 Kali Dalam 1 Bulan

Bagi yang belum tahu, gulai daun ubi, daun ubi tumbuk, dan ikan asam padeh merupakan makanan khas Mandailing, daerah asal Ibu (Mamak) Saya yang bermarga Lubis.

Beliau sering memasak semua makanan di atas untuk Saya, Abang, dan Adik Saya ketika kami berkumpul di Medan, Sumatera Utara.

Untuk mengobati rasa rindu sekaligus ingin melestarikan kebudayaan Mandailing, Saya sering meminta istri untuk memasak gulai daun ubi, daun ubi tumbuk, atau ikan asam padeh minimal 1 kali dalam 1 bulan.

Karena Istri Saya bukan orang Mandailing, beliau biasanya menanyakan resepnya kepada Ibu Saya.

Kesimpulan

Melestarikan kebudayaan tidak cukup dengan menggunakan lambang dan upacara di hari tertentu. Tapi juga harus diiringi dengan penerapan kebudayaan tersebut di kehidupan sehari - hari.

Jika setiap orang bisa melestarikan kebudayaan daerahnya masing - masing, Indonesia akan tetap memiliki budaya yang beraneka ragam dari Sabang sampai Merauke.

Mulai saat ini, mari kita merawat Indonesia dengan cara merawat kebudayaannya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini