Tradisi Seba: Ungkapan Syukur dan Terima Kasih Suku Baduy

Tradisi Seba: Ungkapan Syukur dan Terima Kasih Suku Baduy
info gambar utama

Kawan GNFI tentu sudah sering mendengar keberadaan suku Baduy, salah satu suku adat asli Jawa Barat. Sebutan "Baduy" diberikan oleh penduduk luar terhadap kelompok masyarakat itu.

Sebutan Baduy berawal dari para peneliti Belanda yang menyamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kemungkinan lain adalah adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di utara dari wilayah tersebut.

Sebenarnya, masyarakat ini lebih senang menamai diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai nama wilayah mereka. Atau juga sebutan yang mengacu pada nama kampung tempat mereka bermukim seperti Urang Cibeo. Urang Cibeo berarti orang yang tinggal di kampung Cibeo.

Suku Baduy berasal dari dua tempat yaitu suku Baduy Dalam dan Baduy Luar. Keduanya berbeda dalam cara berpakaian, penampilan dan juga karakternya. Suku Baduy Dalam artinya suku Baduy yang tinggal di Tiga Tangtu (Kepuunan) yakni Cibeo, Cikeusik dan Cikertawana.

Suku Baduy Panamping adalah suku Baduy yang bedomisili di luar Tangtu yang tinggal di 27 kampung di desa Kanekes yang masih terikat oleh hukum adat dib awah pimpinan Puun atau kepala adat.

Nyepi di Bali, Wujud Cinta Masyarakat Pada Alam

Ada berbagai cara mensyukuri anugerah Tuhan yang dilakukan oleh suku Baduy. Misalnya dalam rangka mengucap sukur atas hasil panen dalam satu tahun, suku Baduy mengadakan upacara adat. Upacara ini bernama Seba Baduy. Upacara adat ini sudah lama dilakukan secara turun-temurun.

Perayaan adat Seba adalah peninggalan leluhur tetua (Kokolot). Bahkan, tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun sejak zaman Kesultanan Banten di Kabupaten Serang. Seba Baduy digelar setelah musim panen ladang huma.

Seba adalah menyerahan hasil tani atau hasil bumi pada pemerintah setempat. Upaca ini bisa disebut sebagai upeti pada kerajaan. Upeti di sini yang bernilai rasa positif. Sebab, berupa rasa syukur masyarakat Baduy Luar dan Baduy Dalam karena mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah.

Upacara adat seba ini tanpa ada paksaan dari manapun. Tidak ada paksaan dari masyarakat Baduy Luar yang dipimpin oleh Jaro maupun Baduy Dalam yang dipimpin oleh Puun. Dalam upacara ini, mereka bersama-sama membawa hasil tani pada pemerintahan yaitu pada Bupati Lebak di pendopo Kabupaten Lebak.

Upacara seba Baduy dilakukan dengan berjalan kaki. Mereka berjalan dari desa tempat mereka tinggal sampai pusat kota Kabupaten Lebak yaitu di Pendopo 2 Kabupaten Lebak. Dalam prosesi ini, tidak diperbolehkan ada yang membawa kendaraan, baik motor maupun mobil. Upacara Seba Baduy dilakukan oleh seluruh masyarakat suku Baduy, baik Baduy Dalam maupun Baduy luar.

Melalui kegiatan ini, masyrakat Baduy ingin menyampaikan ungkapan rasa terima kasih pada pemerintah karena mereka diizinkan menempati wilayah yang sebenarnya bukan milik masyarakat Baduy. Selain itu, upacara Seba untuk melaksanakan perintah leluhur mereka sebagai rasa syukur kepada Tuhan. Tujuannya adalah dengan melaksanakan upacara ini, masyarakat Baduy percaya hasil panen tahun selanjutnya bisa lebih baik dan berlimpah ruah.

Suku Baduy dalam menjalani hidup ini berpedoman pada tradisi yang diturunkan nenek moyang. Mereka berpegang kepada pengetahuan, nilai, norma, dan ketentuan sebagai suatu tradisi. Tradisi ini dipercaya jika melanggar tradisi itu berarti mengundang bencana.

Oleh karena itu, rangkaian kegiatan Seba Baduy selalu sama dan tidak pernah berubah dalam pelaksanaanya dari tahun ke tahun.

Upacara Seba Baduy yang dilaksanakan oleh masyarakat Suku Baduy adalah sebuah kebudayaan yang memiliki makna penting bagi masyarakat suku Baduy. Kebudayaan ini unik dan bisa jadi tidak ditemukan di daerah lain. Keunikan atau kekhasan budaya ini perlu dipertahankan. Ia memiliki nailai-nilai positif terkait dengan solideritas, syukur, keikhlasan dalam memberi, dan religiusitas.

Generasi Muda: Pahlawan Budaya atau sekadar Inovator Berbakat?

Nilai-nilai historis dan transenden upacara seba Baduy perlu dimiliki oleh manusia pada umumnya pada lintas zaman. Selain itu, seba Baduy merupakan aset di bidang pariwisata, aset pengetahuan, dan pewarisan budaya bagi generasi selanjutnya.

Pelestarian tradisi adat suku Baduy ini perlu dukungan dari berbagai pihak, baik dari masyarakat umum, toleransi keagamaan, dan juga dari Kemendikbud. Perlu dukungan dan perlindungan dari pemerintah agar eksistensi seba Baduy menjadi lebih kuat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini