Cermati Sentimen Media Nasional pada Capres Jelang Pemilu 2024, CfDS UGM Lakukan Kajian

Cermati Sentimen Media Nasional pada Capres Jelang Pemilu 2024, CfDS UGM Lakukan Kajian
info gambar utama

Memasuki musim pemilihan umum (pemilu) tahun 2024, media punya peran vital dalam mempengaruhi wacana politik dan mobilisasi berbagai bentuk partisipasi politik. Sebab, media memiliki kapasitas untuk melakukan penggiringan opini, pemilihan subjek dari arena publik, sampai dengan memegang kendali dalam memberikan pengaruh publik untuk mencapai tujuan pemangku kepentingan.

Hal ini melatarbelakangi Center for Digital Society (CfDS) UGM untuk membuat kajian dengan tajuk “Peran Media di Masa Pemilu”. Penelitian ini dilakukan oleh M. Perdana Sasmita-Jati Karim, Irbah Asfarina, dan Emira Anjani (Tim Riset CfDS UGM) untuk melihat kecenderungan media digital dalam mempublikasikan artikel terhadap satu atau dua belah pihak menuju tahun pesta politik Indonesia.

AS Punya Dana 500 Juta Dolar, Siap Jadikan RI Rantai Pasok Semikonduktor

Riset ini mengambil sampel pada pemberitaan yang telah dipublikasikan oleh berbagai media massa digital dalam kurun waktu 1 Januari 2022—10 Oktober 2023. Adapun media massa yang diambil adalah detik.com, tribunnews.com, kompas.com, cnbcindonesia.com, dan cnnindonesia.com. Data yang diperoleh diolah menggunakan proses “data collection” hingga “work cloud”. Data tersebut mencakup headline artikel yang memuat penyebutan nama capres dan kata pemilu, yaitu “Anies”, “Ganjar”, “Prabowo”, “pemilu”, dan “capres”.

“Riset ini berhasil menemukan 47305 data yang menunjukkan dominasi Detik dalam penyebutan nama capres dengan total 23.070 artikel, disusul Tribun sebanyak 15.388 artikel, CNN sebanyak 5.320 artikel, CNBC sebanyak 1.793 artikel, dan Kompas dengan total 1.734 artikel,” sebut Perdana.

CfDS Temukan Bias Media di Pemilu 2024

Dari data yang diperoleh, CfDS mendapatkan temuan terkait unbalanced coverage pada media yang mencerminkan sentimen yang secara eksplisit maupun implisit menuturkan bias media terhadap salah satu pihak yang berkepentingan dalam Pemilu 2024.

Penyebutan nama “Ganjar” mendominasi pada headline artikel Detik, Kompas, dan Tribun. Menariknya, media CNBC lebih sering menyebutkan nama “Anies” dan “Prabowo” dibanding “Ganjar”.

Indeks Optimisme Anak Muda: Optimis pada Pendidikan, Tapi Ragu pada Politik dan Hukum

Adapun, empat dari lima media menunjukkan penyebutan nama “Prabowo” lebih sedikit dibandingkan dua nama capres lainnya selama satu tahun terakhir.

“Kecenderungan penyebutan nama capres dalam headline artikel ini kemudian perlu juga ditilik lebih jauh terkait jenis sentimen negatif/positif/netral yang dibawa oleh media kepada nama capres terkait,” ungkap Perdana.

Kecenderungan Media Memberikan Sentimen pada Nama Capres

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, ditemukan tingkat kecenderungan yang berbeda bagi masing-masing media dalam memberikan sentimen terhadap nama capres melalui headline artikel yang ditulis.

Beberapa sentimen yang muncul mulai dari ‘Real Battle: Anies-Prabowo-Ganjar Adu Kekuatan di Jawa Barat’ hingga ‘Janji Ganjar Berat, Prabowo Cuma Ngulang, Anies Tanpa Solusi', menunjukkan diferensiasi jenis sentimen yang dimunculkan oleh masing-masing media melalui artikelnya.

CfDS menemukan 95 persen jumlah rata-rata artikel yang dipublikasikan oleh kelima media bersentimen netral. Namun, ini juga tidak luput dari adanya campuran antara sentimen positif dan negatif kepada satu atau dua belah pihak.

Masih pada riset ini, CfDS mendapatkan temuan beberapa artikel yang bersifat problematis karena kurang memiliki relevansi substansial yang konkret dengan headline yang disajikan.

Hal tersebut menyebabkan tidak memungkinkannya identifikasi sentimen dengan akurat terhadap substansi yang dimunculkan.

Salah satu contohnya yaitu artikel Detik yang berjudul ‘Pak Prabowo Sekarang Sabar Kok’. Meskipun judul artikel tersebut menyebutkan nama ‘Prabowo’, tetapi substansi yang dibahas berfokus pada topik terkait ‘apakah karakter seseorang dapat berubah’. CfDS juga menemukan fenomena serupa terhadap beberapa artikel lainnya.

“Sebagian dari judul-judul artikel tersebut bersifat ambigu, yang fungsinya lebih sebagai clickbait daripada ringkasan singkat dari topik yang diulas,” pungkas Perdana lagi.

Dari data yang sudah dikumpulkan, CfDS menemukan indikasi clickbait journalism yang dilakukan oleh media terhadap artikel-artikel terkait Pemilu 2024 yang menyebutkan nama-nama capres tertentu.

"Secara prinsip, clickbait journalism merupakan strategi pemasaran bagi media digital untuk menciptakan website traffic. Namun, hal ini juga berpotensi menimbulkan kesalahan dalam penafsiran dan konsumsi informasi oleh masyarakat,” tambah Perdana.

Timnas Indonesia Datang, Momen Langka Akan Terjadi di Irak

Kekuatan media dan Literasi Digital di Tengah Masyarakat

CfDS menyimpulkan bahwa menjelang Pemilu 2024, media memiliki kekuatan terstruktur dan peran yang krusial dalam konteks negara demokrasi. Sejak awal tahun 2022, lima media nasional terkemuka secara aktif memunculkan berita dan artikel terkait calon presiden dengan frekuensi dan sentimen yang beragam.

Meskipun sebagian besar berita bersifat netral, tetapi tetap terdapat beberapa artikel dengan sentimen positif maupun negatif. Melalui penelusuran lebih lanjut, ditemukan beberapa headline yang bersifat problematis dan berfungsi sebagai clickbait.

“Hal ini menunjukkan perlunya kemampuan literasi digital yang baik oleh masyarakat agar tidak menimbulkan potensi kesalahpahaman dalam menginterpretasi suatu artikel yang ditampilkan oleh media,” tutup Perdana.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

Terima kasih telah membaca sampai di sini