Mengunjungi Teluk Kao, Tempat Favorit untuk Melihat Burung Bermigrasi

Mengunjungi Teluk Kao, Tempat Favorit untuk Melihat Burung Bermigrasi
info gambar utama

Teluk Kao, di Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara adalah tempat favorit bagi masyarakat yang ingin mengamati burung migrasi. Teluk Kao adalah perairan yang menjorok ke daratan yang luasnya 15 kilometer persegi.

Dinukil dari Mongabay, Teluk Kao secara geografis masuk kawasan Key Biodiversity Area (KBA) dikarenakan menjadi rumah bagi spesies langka, seperti burung gosong maluku, kakatua putih, juga penyu.

Migrasi Burung, Tamu Tahunan dari Utara yang Ditunggu Para Petani

Desa Kao sudah ditetapkan menjadi kawasan Ekosistem Esensial (KEE) atau sekarang disebut Area Bernilai Konservasi Tinggi (ABKT). Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Bupati Halmahera Utara Nomor 078/102/HU/2020 Tahun 2020 tanggal 17 Maret 2020.

Belum tercatat

Walau dianggap tempat terbaik, masih sedikit catatan soal burung yang melakukan migrasi ke tempat itu. Salah satu catatan berasal dari Bernstein yang mengoleksi satu ekor jenis dara-laut cina (Thalasseus bernsteini) pada November 1860.

Tetapi seorang fotografer dan penulis buku Burung-burung Migran Maluku Utara yakni Akhmad David Kurnia Putra berhasil mencatat dan mengindetifikasi 6 jenis burung yang ada di Teluk Kao pada 2019 lalu.

Kegiatan World Migratory Bird Day 2023 tim dari Taman Nasional Aketajawe Lolobata, Burung Indonesia, Burungnesia, Burung Laut Indonesia dan Kelompok Pengamat burung dari Maluku berhasil mengidentifikasi 16 jenis burung air, burung pantai, dan burung laut.

Indonesia Adalah Jalur Penting Migrasi Burung, Sudah Tahu?

Dar 16 jenis itu ternyata ada dua jenis masuk Daftar Merah IUCN yaitu trinil ekor-kelabu dan kedidi besar. Selain itu, ada juga jenis yang masuk daftar dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK No.P 106 Tahun 2018.

Akhmad David Kurnia Putri menyatakan Teluk Kao sangat penting bagi burung bermigrasi. Habitat yang alami, pohon bakau tumbuh subur, hamparan pasir lumpur yang luas saat air laut surut menjadi tempat ideal bagi burung pantai dan burung dara-laut beristirahat.

“Masyarakat dan pemerintah tampak peduli akan Teluk Kao. Ini terlihat dari kegiatan konservasi gosong maluku serta pengolahan produk dari tanaman bakau untuk meningkatkan ekonomi masyarakat,” jelasnya.

Pencemaran mengancam

Tetapi ada juga ancaman terhadap kelestarian Teluk Kao. Hasil uji laboratorium terhadap jenis kerang Polymesoda sp menunjukkan bahwa kisaran kandungan merkuri di Teluk Kao yaitu 1.24-3.49 mg/kg. Artinya kandungan sangat tinggi.

“Padahal jenis kerang Polymesoda sp menjadi salah satu pakan burung pantai,” ucapnya.

Fadila Tamnge, Dosen Prodi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Khairun Ternate menjelaskan dampak pencemaran merkuri dapat berpengaruh terhadap kebugaran dan kesehatan burung, terlebih jenis bermigrasi.

Ada 534 Spesies, Indonesia Miliki Jumlah Burung Endemis Terbanyak di Dunia

Merkuri bisa saja menghambat kinerja migrasi seperti mengganggu navigasi dan keseimbangan, membuat ketahanan penerbangan berkurang, dan oksidatif sehingga berpotensi terhadap penurunan populasi burung migrasi secara global.

“Yang bisa kita lakukan terhadap burung bermigrasi adalah mengetahui di mana titik singgahnya. Bila lokasi tersebut tercemar, maka kita semua berusaha membersihkannya atau setidaknya mengurangi paparan zat berbahaya yang terkandung pada air, termasuk juga pada pakannya,” terang Fadila.

Fadila meminta untuk menjaga keberadaan habitat burung bermigrasi di Teluk Kai. Hal ini karena kehadirannya dapat meningkatkan nilai indeks keanekaragaman burung yang ada di lokasi tersebut.

“Burung bermigrasi juga, secara tidak langsung membawa pesan bagi konservasi keragaman hayati di seluruh dunia,” paparnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini