Andjing Nica, Pasukan Pro Belanda Masa Revolusi yang Jadi Nama Drone

Andjing Nica, Pasukan Pro Belanda Masa Revolusi yang Jadi Nama Drone
info gambar utama

Anjing Nica dulunya dikenal sebagai tentara dan masyarakat pribumi pro Belanda. Puluhan tahun kemudian, namanya Disematkan pada drone milik Angkatan Bersenjata Belanda.

Dua tahun awal setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 bisa dibilang adalah masa-masa yang amat sulit dan kacau bagi Indonesia. Bagaimana tidak, Indonesia sudah didirikan sebagai negara berdaulat, namun Belanda selaku mantan penjajahnya masih berusaha kembali mendapatkan kekuasaanya yang sempat direbut oleh Jepang.

Pihak Belanda lewat Netherlands Indies Civil Administration (NICA) datang ke Indonesia dengan membonceng sekutu. Situasi ini tak pelak menimbulkan konflik antara pihak yang mendukung kemerdekaan Indonesia dengan yang pro Belanda.

Di antara orang yang pro Belanda adalah masyarakat sipil pribumi. Di sini kemudian muncul istilah Andjing NICA yang ditujukan kepada mereka yang punya kedekatan dengan orang Belanda. Petrik Matanasi dalam Ikut NICA dan Berontak!! mencatat bahwa yang mendapat label Andjing NICA ini umumnya adalah bekas pegawai pemerintah kolonial yang masih setia kepada Hindia Belanda, juga tentara yang pernah berdinas di Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger atau KNIL, tentara kerajaan Hindia Belanda.

Nama Andjing NICA juga dipakai oleh tentara Batalyon Infantri ke-5 KNIL pada masa revolusi tersebut. Keberadaan mereka dikenali lewat logo bergambar kepala anjing merah dengan latar belakang hitam.

Di hadapan para tentara dan laskar pro Indonesia, Andjing NICA dikenal brutal dan sadis meski banyak dari mereka adalah sesama pribumi. Anggota mereka direkrut dari para bekas tawanan Jepang dan dipimpin oleh Letkol Adrianus Pieter van Santen.

Keberadaan Barisan Tjakra: Melihat Sisi Masyarakat Madura dalam Pelukan Belanda

Jadi Nama Drone

NICA tidak berumur panjang. Setelah masa revolusi selesai, dan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia secar penuh pada Desember 1949, tamat pula riwayat Andjing NICA. Namun siapa sangka, namanya ternyata masih eksis hingga puluhan tahun berikutnya.

Hanya saja, Andjing NICA yang dimaksud bukanlah sekelompok tentara seperti pada masa lampau, melainkan nama drone atau pesawat terbang tanpa awak. Ya, Angkatan Bersenjata Kerajaan Belanda pernah punya yang drone yang diberi nama Anjing Nica.

Laman Nationaal Militair Museum menerangkan bahwa Anjing Nica merupakan drone yang aslinya bernama Sparrowhawk buatan perusahaan Prancis, SAGEM. Dibeli oleh Pemerintah Belanda pada akhir 1990-an, drone ini dapat digunakan untuk mengintai situasi di suatu tempat serta target dari jarak jauh.

Awalnya, drone Sparrowhawk diberi nama seperti Galactica, Pegasus, Caprica, atau Valkyrie. Setelah itu, tiga orang berdarah Belanda-Indonesia punya ide untuk memberi nama Anjing Nica sebagai penghormatan untuk mendiang sang paman yang dulunya pernah berdinas di KNIL.

Meski tak dipakai lagi, drone Anjing Nica masih dipajang di Nationaal Militair Museum alias Museum Militer Belanda yang terletak di Soesterberg. Para pengunjung masih bisa melihatnya, lengkap dengan tulisan "Anjing Nica" di badan drone.

Kisah Pilu KNIL Maluku: Habis Manis, Sepah Dibuang di Belanda



Referensi:

  • Matanasi, P. (2014). Ikut NICA dan Berontak!! SIBUKU.
  • Fikri, E. A. (2019). Bandung 1945-1946. Suregi Publisher.
  • https://collectie.nmm.nl/nl/collectie/detail/571627/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini