Makna dan Kisah Dibalik Tari Srimpi Ludiramadu

Makna dan Kisah Dibalik Tari Srimpi Ludiramadu
info gambar utama

Di tengah merebaknya tarian mancanegara yang banyak ditonton bahkan diminati generasi muda saat ini, ada baiknya agar Kawan GNFI tidak pula melupakan salah satu warisan budaya takbenda dari negara kita, yakni tari srimpi ludiramadu. Tari srimpi ludiramadu merupakan salah satu tarian Jawa klasik gaya Surakarta yang diciptakan oleh Sri Susuhan Pakubuwana V pada tahun 1748 (Jawa) atau 1820 (Masehi).

Dijelaskan pada warisanbudaya.kemdikbud.go.id, tari srimpi ludiramadu diciptakan oleh Kanjeng Adipati Anom Hamengkunagara III sebelum naik takhta bergelar Sri Sultan Pakubuwana V. Penciptaan tari srimpi ludiramadu diawali dengan penciptaan gending ludiramadu dan merupakan tari srimpi pertama di Keraton Kasunanan Surakarta.

Latar belakang terciptanya tari srimpi ludiramadu, bermula dari perselisihan yang terjadi antara orang tua Kanjeng Adipati Anom Hamengkunagara III, yakni Sri Susuhan Pakubuwana IV dan Kanjeng Ratu Anom, yang kemudian berujung pada perceraian. Perceraian ini yang akhirnya membuat Ibu Kanjeng Adipati Anom Hamengkunagara III dikembalikan ke kampung halamannya di Pulau Madura dengan menggunakan perahu.

Kepulangan Ibunya ke Pulau Madura menyisakan kesedihan yang mendalam bagi Kanjeng Adipati Anom Hamengkunagara III. Dalam tarian ditunjukkan pada gerakan bagian beksan mijil yang diartikan seperti perahu yang terombang-ambing di tengah lautan.

Awalnya tari srimpi ludiramadu bernama tari srimpi ludiramadura. Nama ludira sendiri memiliki arti darah, dan madura merupakan nama Pulau Madura.

Penamaan ini bertujuan untuk mengenang Ibu Kanjeng Adipati Anom Hamengkunagara III yang berdarah Madura dan merupakan anak dari Bupati Pamekasan bernama Adipati Cakraningrat. Namun selanjutnya, tari ini lebih dikenal dengan nama tari srimpi ludiramadu.

Tari srimpi ludiramadu dimainkan oleh 4 orang penari perempuan. Konon perempuan yang memainkan tari ini harus perempuan yang belum menikah, tidak sedang haid, dan masih perawan, baik pada waktu latihan maupun saat pementasan.

Jumlah 4 penari sendiri menurut kepercayaan orang Jawa bahwa pajupat (empat) diartikan dengan yang mengelilingi hidup manusia dan pancer atau pusat diartikan manusia (kiblat papat lima pancer).

Selain itu, jumlah 4 penari juga menggambarkan empat nafsu manusia antara lain nafsu amarah (mudah marah), nafsu aluamah (sulit menyeimbangkan kehidupan di dunia dan akhirat), nafsu supiah (lupa dengan Sang Pencipta), dan nafsu mutmainah (sabar dengan segala cobaan).

Tari srimpi ludiramadu merupakan tarian sakral yang biasanya ditampilkan untuk acara-acara penting di keraton dengan menggunakan ritual sesaji seperti pisang raja, nasi uduk, sambel goreng tumpeng, wajik, cenggereng, ingkung dan sebagainya.

Di tempat pementasannya juga disediakan tungku berbentuk kembang setaman dan dupa yang dinyalakan sebelum acara dimulai agar upacara yang diadakan dapat berjalan lancar dan khidmat. Selain acara upacara keraton, tari srimpi ludiramadu ditampilkan dalam berbagai acara seperti acara wetonan raja dan penyambutan tamu kerajaan.

Pada awalnya tari srimpi ludiramadu hanya bisa dinikmati oleh kaum bangsawan yang ada di keraton. Namun kemudian pada tahun 1940-an tari tersebut mulai berkembang dan bisa dinikmati oleh masyarakat umum.

Munculnya beberapa pusat kesenian seperti Himpunan Budaya Surakarta (HBS), Sekolah Konservatori Karawitan Indonesia, ASKI dan PKJT turut serta dalam upaya merevitalisasi tarian dengan cara merekonstruksi durasi tari yang awalnya kurang lebih 1 jam dipadatkan menjadi kisaran 18 menit tanpa menghilangkan atau mengurangi nilai dan makna yang ada.

Seiring dengan perubahan yang terjadi di masyarakat, tari srimpi ludiramadu juga mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik menyesuaikan dengan zaman.

Perkembangan ini juga menjadi upaya untuk memotivasi masyarakat, terutama generasi muda, untuk terus memelihara dan melestarikan budaya Indonesia, dan mampu memahami makna nilai-nilai luhur bangsa yang terkandung di dalamnya.

Referensi :

Warisanbudaya.kemdikbud.go.id. Srimpi Ludiramadu. https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=2289

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini