Kisah Jaka Mangu, Perkutut Jelmaan Pangeran Pajajaran yang Dicintai Brawijaya V

Kisah Jaka Mangu, Perkutut Jelmaan Pangeran Pajajaran yang Dicintai Brawijaya V
info gambar utama

Burung perkutut terkenal sebagai hewan yang memiliki suara indah dan perawakan menawan. Karena itu tak heran, banyak orang Jawa yang sejak dahulu telah memeliharanya di dalam rumah.

Tetapi di balik keindahannya itu, burung perkutut bagi sebagian orang Jawa dipercaya sebagai hewan sakral. Ketika itu Brawijaya V atau dikenal dengan nama Raden Alit adalah orang yang mempercayai hal tersebut.

Mengenal Burung Bubut, Burung yang Kian Langka untuk Dijumpai

Dirinya diketahui memiliki kegemaran untuk memelihara berbagai jenis burung. Baik dari perkutut, parkit, merpati, dan kepodang memenuhi halaman istana Majapahit, salah satunya burung kegemarannya adalah perkutut bernama Jaka Mangu.

“Perkutut tersebut berwarna agak kehitam-hitaman. Kepalanya memiliki mahkota hitam bergaris putih. Matanya memperlihatkan sorot tajam,” jelas Nur Umar Akashi dalam Kisah Jaka Mangu, Perkutut Raja Brawijaya V Jelmaan Pangeran Pajajaran yang dimuat Detik.

Jaka Mangu hilang

Disebutkan oleh Umar, burung yang memiliki suara indah dan merdu itu pada suatu hari meninggalkan sarangnya. Kejadian itu membuat Raja Brawijaya V gundah. Apalagi dirinya sedang mengalami kondisi kerajaan yang tengah porak poranda.

Sebulan lebih burung tersebut tidak nampak lagi, Sang Raja kemudian memerintahkan para prajuritnya untuk mencari burung tersebut, tetapi hasilnya masih nihil. Kegelisahannya bahkan membuat pemimpin Keraton Majapahit ini tak bisa tidur.

Tetapi, pada suatu malam, Prabu Brawijaya V mendengar suara yang memerintahkannya untuk pergi ke arah barat. Sang Raja percaya bahwa suara tersebut berasal dari perkutut kesayangannya, yakni Jaka Mangku.

Ada 534 Spesies, Indonesia Miliki Jumlah Burung Endemis Terbanyak di Dunia

Esok hari, dirinya pergi ditemani Si Belang, anjing miliknya. Sang prabu menyamar menjadi rakyat biasa untuk bertemu dengan Ki Ageng Paker. Ternyata sosok tabib inilah yang menemukan Jaka Mangu.

Prabu Brawijaya V kemudian menjelaskan bahwa burung itu adalah miliknya. Setelah ditemukan berbagai bukti, akhirnya Ki Ageng Paker menyerahkan Jaka Mangku kepada Brawijaya V.

Beberapa pekan kemudian, datanglah rombongan prajurit Majapahit. Mereka datang untuk memberikan hadiah kepada Ki Ageng Paker. Tabib ini lantas kaget karena sosok yang ditemuinya itu adalah seorang raja.

Mitos burung perkutut

Berkaca pada kebiasaan Prabu Brawijaya yang memelihara perkutut, raja-raja Jawa kelak juga ikut memeliharanya. Tradisi ini terus dipertahankan dalam tradisi Keraton Surakarta dan Keraton Ngayogkarta.

Tradisi memelihara perkutut, pada awalnya memang banyak dilakukan oleh kalangan bangsawan, pemuka masyarakat, tokoh pemerintah dan pedagang kaya. Mereka meyakini bahwa hobi memelihara perkutut bisa mendatangkan ketentraman jiwa.

Ini lho, 5 Jenis Burung Lovebird Cantik dan Terfavorit di Indonesia, Apa Saja?

Pada buku Tangguhe Candrane Lan Jamu Perkutut karya B Sarwono diungkapkan istilah manawa kasawang saka ilmu jiwa, ingon-ingon manuk perkutut iku ora baen-baen, sebab kajaba kalebu golongane seni swara uga murakabi marang panggulawentah sarta bisa manahani kententraman

Artinya jika dilihat dari ilmu jiwa, hobi memelihara perkutut bukan pekerjaan remeh. Selain tergolong seni suara, hobi ini bermanfaat untuk membina budi pekerti dan berpengaruh menciptakan kententaram hati.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini