Istana Basa Pagaruyung: Wisata Sejarah yang Wajib Dikunjungi di Sumatera Barat

Istana Basa Pagaruyung: Wisata Sejarah yang Wajib Dikunjungi di Sumatera Barat
info gambar utama

Istano Basa Pagaruyung yang lebih terkenal dengan nama Istana Pagaruyung, adalah sebuah istana yang terletak di Kecamatan Tanjung Emas, Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Istana ini merupakan tujuan wisata budaya yang terkenal di Sumatera Barat. Walaupun hanya berbentuk tiruan, istana yang ini tetap menghadirkan keindahan budaya Minangkabau. Istana ini juga merupakan replika dari Istana Silinduang Bulan.

Istana Basa Pagaruyung memiliki tiga lantai dengan 11 gonjong atau puncak atap setinggi 60 meter yang terbuat dari ijuk. Dinding istana dipenuhi oleh hiasan ukiran yang khas dari Minangkabau, termasuk di dalamnya terdapat dua rumah tabuah dan juga rangkiang patah sambilan.

Istana Basa Pagaruyung menggambarkan sebuah istana yang luas dengan desain yang mirip dengan Rumah Gadang. Namun, bentuk rumah gadang yang dimaksud adalah tipe yang spesifik yang hanya dibangun untuk istana atau pemerintahan. Rumah gadang ini dikenal dengan nama Alang Babega.

Jenis rumah gadang ini, seperti Istana Silinduang Bulan yang ditemui dalam komunitas umum, dapat dilihat sebagai bukti konkret mengenai pentingnya adat dalam menjalin kepentingan bersama. Ini juga menjadi sumber inspirasi dalam menciptakan suasana dan kehidupan yang tenteram, berkeadilan, dan harmonis di bawah kepemimpinan Rumah Gadang.

Pagaruyung menyiratkan nama sebuah kerajaan Minangkabau yang pernah berkuasa di wilayah tengah Sumatera.

Pagaruyung adalah daerah di mana budaya Minangkabau berkembang di bidang politik. Sebelumnya dikuasai oleh Kerajaan Dharmasraya, Kerajaan Malayapura yang dikepalai oleh raja pertama bernama Adityawarman, keturunan campuran Jawa-Minangkabau.

Bangunan ini sebetulnya merupakan tiruan dari istana Raja Alam Minangkabau yang dahulu terletak di Puncak Bukit Batu Patah yang terletak di belakang bangunan Istana Pagaruyung saat ini. Rekonstruksi istana tersebut dilaksanakan setelah kebakaran yang melanda Istana Raja Alam pada tahun 1804 dalam sebuah kerusuhan berdarah.

Kemudian, bangunan istana itu dibangun ulang, tetapi pada tahun 1966, terjadi kebakaran di sana lagi. Setelah itu, dilakukan tahap pembangunan ulang Istano Basa dengan meletakkan tiang utama pada tanggal 27 Desember 1976 oleh Harun Zain, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Sumatera Barat.

Bangunan ini tidak dibangun di tempat asli istana lama, melainkan di lokasi baru di sebelah selatannya. Pada akhir tahun 1970-an, istana ini sudah dapat dikunjungi oleh masyarakat atau wisatawan.

Pada tanggal 27 Februari 2007, Istano Basa lagi-lagi mengalami kebakaran hebat. Kali ini akibat petir yang menyambar di puncak istana. Akibatnya, bangunan tiga tingkat ini hangus terbakar. Sebagian dokumen dan hiasan kain juga ikut terbakar.

Hanya sekitar 15 persen dari barang-barang berharga yang diprediksi akan tetap aman. Barang-barang yang selamat dari kejadian kebakaran saat ini disimpan di Balai Benda Purbakala di Kabupaten Tanah Datar. Harta pusaka Kerajaan Pagaruyung sendiri disimpan di Istano Silinduang Bulan, 2 kilometer dari Istano Basa.

Akhirnya, setelah hampir enam tahun menunggu, pembangunan Istano Basa Pagaruyung berhasil selesai pada tahun 2013. Kehadiran struktur Istano Basa Pagaruyung ini mempresentasikan dan memotivasi kita untuk mendukung pelestarian nilai sejarah, seni, dan budaya.

Istana Basa Pagaruyung memiliki struktur bangunan dengan tiga tingkat yang dilengkapi oleh 72 pilar dan 11 gonjong yang menjadi ciri khasnya.

Bangunan ini terdiri dari elemen pokok dan elemen pendukung. Beberapa elemen utamanya meliputi batu tapakan di bawah tangga masuk ke istana, yang berfungsi untuk membersihkan kaki, dilengkapi dengan guci air dan gayung. Tempat duduk Bundo Kanduang terletak sejajar dengan pintu masuk, sedangkan bilik putri-putri raja yang sudah menikah berada secara berurutan dari kanan ke kiri.

Ruang lainnya adalah jalan menuju dapur, yang disebut dengan selasar; Dua anjuang, yakni Anjuang Rajo babandiang (digunakan oleh raja) dan Anjuang Perak (digunakan oleh ibu suri); Bandua Tangah; Bandua Tapi; Tango; Anjuang Paranginan; Mahligai; Tanjuang Mamutuih; dan unsur utama yang terakhir adalah Pincuran Tujuh.

Istana Pagaruyung didukung oleh lima tempat. Awalnya, area dapur dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu untuk memasak dan menyimpan peralatan memasak, setelah itu ada ruangan kedua khusus untuk dayang-dayang.

Kedua, surau untuk kegiatan keagamaan. Ketiga, rangkiang patah sembilan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan padi. Keempat, tabuah larangan yang juga memiliki dua jenis, yaitu untuk mengabarkan bencana dan untuk memanggil dewan empat menteri serta tigo selo guna mengadakan rapat. Kelima, taman.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini