Dunia Maya Sebagai Acuan Pengambilan Keputusan

Dunia Maya Sebagai Acuan Pengambilan Keputusan
info gambar utama

Perubahan zaman kini mengubah pola pikir masyarakat terutama pada generasi milenial.

Teknologi yang berkembang menjadi faktor utama dalam mengubah pola pikir masyarakat untuk menentukan keputusan dalam suatu permasalahan.

Permasalahan ini memberikan kaitan dengan teori “Postmodernisme” dilihat dari bidang filsafat manusia.

Postmodernisme sendiri memiliki arti yaitu suatu pergantian ide yang menggeser ide-ide pada zaman modern yang mementingkan rasio, kemajuan, dan objektivitas.

Jean Baudrillard (1929-2007) adalah salah satu pemikir postmodernisme yang memperkenalkan konsep dua simulasi.

Berbagai tampilan bercitra indah dihadirkan seolah nyata tapi sejatinya sarat rekayasa. Dalam dunia simulasi berlaku hukum simulacra, yaitu daur ulang atau reproduksi objek dan peristiwa.

Objek atau peristiwa itu diperagakan seolaholah sama atau mencerminkan realitas aslinya, tetapi sebenarnya maya.

Baudrillard memberi contoh pada media massa. Dia menyatakan bahwa media lebih banyak menampilkan dunia simulasi yang bercorak hiperrealitas, suatu kenyataan yang dibangun oleh media tetapi seolah benar-benar realitas.

Perkembangan pemikiran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan dalam berbagai hal, tentunya hal itu tidak lepas dari keinginan manusia yang selalu menginginkan sebuah perubahan karena bertambahnya persoalan dan juga kebutuhan.

Baca Juga: Penuhi Mandat WTO, Indonesia Luncurkan Situs Web Bersistem Enquiry Point

Kalau kita kembali pada masa terdahulu tentunya tidak mengherankan lagi terhadap sebuah perkembangan dalam berbagai ranah kehidupan.

Kehidupan terus berputar dan berkembang seiring dengan semakin bertambahnya manusia sehingga melahirkan pemikiran dan terus berupaya untuk mengembangkan kehidupannya dalam berbagai hal.

Pada masa kini manusia sudah memasuki fase postmodernisme dimana tidak lagi mementingkan rasio dan objektivitas lagi, tetapi mementingkan kemajuan-kemajuan yang terjadi sebagai acuan pengambilan keputusan.

Hal tersebut membawa dampak besar bagi masyarakat zaman sekarang. Masyarakat sekarang lebih memilih untuk menilai sesuatu pantas atau tidak lewat dunia maya.

Jika hal tersebut di dukung oleh banyak orang, mau hal tersebut tidak baik tetap saja hal terebut yang menurut mereka lebih pantas, dibandingkan menilai hal dengan rasio dan objektivitas.

Dikutip dari artikel RRI, dunia maya adalah kontras dari "dunia nyata," yang merujuk pada kehidupan sehari-hari di luar internet dan perangkat teknologi.

Contoh nyata postmodernisme di masyarakat pada sekarang ini yaitu masyarakat dari segala lapisan mulai dari pinggiran sampai ke tengah kota masih memilih calon pemimpin berdasarkan pada tampilan calon pemimpin di dunia maya.

Mereka tidak melihat bukti-bukti kerja dari para calon pemimpin, mereka memilih berdasarkan dengan respon-respon yang ada pada social media.

Banyak respon masyarakat di media sosial yang ingin memilih calon pemimpin dengan berbagai alasan yang tidak rasional.

Contohnya ada masyarakat yang memilih calon pemimpin dengan melihat paras dari anak calon pemimpin, menyebut bahwa calon pemimpin memiliki sifat lucu karena berjoget-joget di media sosial.

Ada juga yang memilih calon pemimpin dengan alasan melihat sikap calon pemimpin terhadap keluarganya yang begitu disiplin.

Banyak alasan-alasan atau pemikiran yang tidak rasional terkait pemilihan calon pemimpin. Pemikiran-pemikiran tersebut membuat masyarakat menjadikan dunia maya sebagai acuan untuk mengambil keputusan.

Pada masa sekarang ini kita sebagai masyarakat yang hidup berdampingan dengan teknologi yang semakin maju harus cerdas dalam memilah informasi yang kita dapatkan.

Informasi yang didapatkan sebaiknya di pertimbangkan dan diselidiki kebenaran nya terlebih dahulu sebelum dijadikan acuan untuk mengambil keputusan. Banyak contoh masyarakat yang sudah masuk dalam fase postmodernisme.

Contohnya generasi milenial zaman sekarang juga lebih memilih bercita-cita sebagai youtuber, gamers, content creator, dan lain sebagainya yang dimana profesi tersebut memanfaatkan teknologi secara masif dibandingkan memilih menjadi guru, dokter, dan polisi.

Contoh yang dapat diambil dari fase postmodernisme yang berdampak positif juga banyak. Salah satunya terbukanya kesempatan dan peluang besar bagi berbagai kelas sosial atau kelompok minoritas untuk mengemukakan pendapatnya secara bersamaan.

Hal tersebut membuat keadilan bagi semua kelas sosial, dahulu hanya kelas sosial yang dianggap tinggi yang bisa mengedepankan pendapat, tetapi sekarang sudah banyak pendapat dari berbagai kelas sosial yang didengarkan. Hal ini merupakan dampak dari postmodernisme yang harus tetap dipertahankan.

Postmodernisme secara sadar mendukung faham relativisme dan pluralisme, yaitu pandangan bahwa kebenaran itu relatif dan beragam.

Setiap bangsa masyarakat, dan kelompok memiliki standar kebenaran sendiri khususnya dalam bidang etika dan budaya.

Bagi postmodernisme, paham modernisme selama ini telah gagal dalam menepati janjinya untuk membawa kehidupan manusia menjadi lebih baik dan tidak adanya kekerasan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa modernisme membawa kehancuran bagi manusia, peperangan terjadi dimana-mana yang hal ini mengakibatkan manusia hidup dalam menderita.

Pandangan modernisme menganggap bahwa kebenaran ilmu pengetahuan harus mutlak serta objektif, tidak adanya nilai dari manusia.

Di sinilah muncul suatu paham postmodernisme yang merupakan kelanjutan, keterputusan, dan koreksi dari modernisme untuk memberikan suatu pemikiran baru dan solusi dalam menjalani kehidupan yang semakin kompleks ini. bagi manusia, peperangan terjadi dimana-mana yang hal ini mengakibatkan manusia hidup dalam menderita.

Pandangan modernisme menganggap bahwa kebenaran ilmu pengetahuan harus mutlak serta objektif, tidak adanya nilai dari manusia.

Di sinilah muncul suatu paham postmodernisme yang merupakan kelanjutan, keterputusan, dan koreksi dari modernisme untuk memberikan suatu pemikiran baru dan solusi dalam menjalani kehidupan yang semakin kompleks ini.

Dampak dari postmodernisme dapat dilihatdari sisi positif dan sisi negatif.
Sisi positifnya Nilai-nilai pluralism dikedepankan, menjunjung tinggi emosi dan intuisi, Munculnya toleransi pada nilai-nilai religius, mengangkat kembali budaya lokal, dan Mendorog demokratis.

Dari sisi negatif, postmodernisme berpotensi memunculkan kembali mitos-mitos kuno yang telah runtuh, subjektivitas dan relativitas kebenaran yang dijunjung tinggi bertentangan dengan ajaran agama yang memutlakan Tuhan, dan melegitimasi lahirnya berbagai budaya.

Baca Juga: Reinforcement in Action: Pemberian Pujian untuk Meningkatkan Perilaku Positif pada Siswa

Sebagai masyarakat yang hidup di zaman yang teknologi nya berkembang dengan pesat, sebaiknya kita menggunakan pemikiran yang berkembang juga.

Tidak menggunakan pemikiran-pemikiran kuno yang membuat kita mengambil keputusan secara terburu-buru yang membuahkan hasil yang tidak diharapkan.

Dari contoh-contoh dan teori singkat tentang postmodernisme diatas diharapkan masyarakat dapat mengambil pembelajaran dari teori dan contoh-contoh tersebut.

Diharapkan masyarakat lebih cermat untuk mengambil keputusan, bukan hanya melihat hal-hal yang ada di dunia maya tetapi dilihat bahwa hal tersebut fakta atau tidak.

Semoga dari informasi ini masyarakat dapat memilah mana hal yang perlu dipertahankan pada masa postmodernisme ini dan mana yang tidak pantas untuk dipertahankan.

Sumber Referensi:

  • dosensosiologi.com
  • sosiologiagama1.blogspot.com
  • nderestafsir.wordpress.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

JM
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini