Rincian Hasil Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023

Rincian Hasil Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023
info gambar utama

Pada tahun 2023, optimisme generasi muda menjadi pilar utama dalam menggambarkan semangat dan harapan bagi masa depan. Di tengah dinamika perkembangan teknologi, perubahan sosial, dan tantangan global, generasi muda diharapkan menunjukkan ketangguhan dan semangat positif yang memperkuat fondasi kemajuan Indonesia. Atas dasar inilah Good News From Indonesia (GNFI) berkerja sama dengan Lembaga Survei Populix dalam isu optimisme generasi muda Indonesia.

Survei ini telah dilakukan sejak tahun 2018 dan mendapat 1.289 responden dari seluruh Indonesia, dengan persebaran wilayah terbanyak dari Jawa mencapai 61%, diikuti oleh Sumatra 24%, SulamPapua 7% , BaliNusra 4%, dan Kalimantan 3%.

Selain itu, responden survei ini memiliki kriteria rentang usia 17 hingga 40 tahun, yang didapati bahwa 58% dari responden merupakan Gen Y (24-40 tahun) dan 42% adalah Gen Z (17-24 tahun). Merinci lebih lanjut, 52% diantaranya berjenis kelamin perempuan dan 48% sisanya merupakan laki-laki.

Metode penelitian yang dilakukan bersifat kuantitatif dan dilakukan secara online di panel Populix. Skala likert digunakan sebagai interpretasi indeks optimisme dalam kuesioner dengan nilai 1-10, di mana nilai 1 menunjukkan ketidakyakinan dan 10 menunjukkan keyakinan. Berdasarkan data yang diperoleh dari skala tersebut, terungkap bahwa indeks optimisme generasi muda Indonesia di tahun 2023 mencapai 7,77.

Indeks Optimisme Indonesia

Indeks utama dalam survei meliputi 5 dimensi, yaitu Pendidikan dan Kebudayaan, Kebutuhan Dasar, Ekonomi dan Kesehatan, Kehidupan Sosial, serta Politik dan Hukum. Mengikuti perhatian masyarakat terbaru, Lingkungan dan Pemilu dimuat dalam survei sebagai dimensi tambahan.

Berdasarkan survei, gambaran keseluruhan menunjukkan suasana optimisme yang cukup positif. Kebutuhan Dasar, dengan indeks 8,38, menandakan keyakinan tinggi dalam pemenuhan aspek-aspek pokok kehidupan. Ekonomi dan Kesehatan, dengan indeks 8,31, juga memberikan sinyal positif akan kepercayaan terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Pendidikan dan Kebudayaan memuncaki optimisme dengan indeks 8,55, mencerminkan keyakinan kuat akan peran penting pendidikan dan budaya dalam pembangunan positif. Meskipun Kehidupan Sosial memiliki indeks 7,87, tetapi tetap mencerminkan optimisme yang relatif tinggi terkait hubungan antarindividu.

Tantangan muncul dalam dimensi Politik dan Hukum, dengan indeks 5,72, yang bahkan lebih rendah dari dimensi tambahan Lingkungan dan Pemilu, masing-masing berindeks 7,23 dan 7,00. Tidak hanya itu, indeks optimisme Politik dan Hukum menurun dibandingkan 2 tahun sebelumnya, menunjukkan adanya ketidakpastian atau kekecewaan responden terhadap aspek-aspek tersebut.

Menurut profil demografi, ditemukan bahwa perempuan cenderung lebih optimis pada aspek Pendidikan & Kebudayaan serta Kehidupan Sosial, dengan indeks 8,62 dan 7,90. Dalam rangka usia, Gen Z lebih memperhatikan Ekonomi & Kesehatan dan Pendidikan & Kebudayaan, terbukti dari indeks optimisme yang mencapai 8,34 dan 8,59.

Sedangkan kaum Milenial lebih fokus pada Kebutuhan Dasar, indeks optimisme 8,42. Diketahui juga kalau Sulampapua memiliki tingkat optimisme yang lebih rendah dibanding wilayah lainnya.

Permasalahan yang Dihadapi

Menurut survei, permasalahan utama yang dihadapi oleh generasi muda saat ini mencakup berbagai aspek, dengan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang mencapai tingkat 44% menjadi puncak perhatian responden. Tingginya tingkat KKN menciptakan distorsi dalam pengelolaan keuangan publik, memicu ketidaksetaraan, dan merongrong integritas lembaga pemerintahan.

Di posisi kedua ada Ekonomi, dengan persentase 16%, mencerminkan tantangan pertumbuhan ekonomi yang konsisten dan inklusif. Pengelolaan sumber daya ekonomi yang kurang efisien dan ketidakpastian ekonomi menjadi fokus perhatian. Yang ketiga adalah Hukum, dengan persentase 13%, menggambarkan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan isu sistem peradilan, seperti perlindungan hak asasi manusia, penegakan hukum yang adil, dan akses yang merata terhadap keadilan.

Kesenjangan Sosial, yang mencapai 11%, menyoroti tantangan dalam mengatasi divisi dan ketidaksetaraan dalam akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan. Kemiskinan & Kesejahteraan (9%) serta Lingkungan (8%) menunjukkan perlunya pendekatan yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan generasi mendatang.

Diperlukan kebijakan yang mampu membangun keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan.

Pengangguran & Lapangan Kerja (8%) bersama dengan Pendidikan (5%), Krisis Kejujuran (5%), dan Kualitas SDM (4%), menggambarkan tantangan di sektor ketenagakerjaan dan pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan, pelatihan keterampilan, dan perbaikan mekanisme kejujuran menjadi isu penting yang perlu diperhatikan.

Isu Etika & Moral, Politik, Intoleransi, serta Penyebaran Hoax & Rendahnya Literasi hanya mendapat perhatian responden dengan persentase di bawah 5%, tetapi hal ini tetap patut diperhatikan terutama mengenai kebutuhan untuk membangun budaya yang didasarkan pada nilai-nilai etika, toleransi, dan informasi yang akurat.

Terakhir, Tingkat Kepercayaan Pada Pemerintah (3%) dan Demokrasi & Kebebasan Berpendapat (2%) menunjukkan perlunya memperkuat lembaga-lembaga demokratis dan membangun transparansi dalam pengambilan keputusan pemerintah.

Dari peluncuran Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023 dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden memiliki sikap optimisme pada kemajuan negara. Banyak tantangan yang menggoyahkan rasa optimis generasi muda, tetapi tantangan itu sendiri adalah hal yang harus bisa dilalui untuk menciptakan perubahan yang positif.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NM
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini