Mengenal Tan Peng Nio, Sosok Mulan van Java yang Turut Memerangi Penjajah Belanda

Mengenal Tan Peng Nio, Sosok Mulan van Java yang Turut Memerangi Penjajah Belanda
info gambar utama

Jika Kawan GNFI pernah menonton film Mulan produksi dari Disney, banyak sekali yang terpukau dengan keberanian tokoh Mulan bertempur di medan laga serta kepiawaiannya dalam memainkan senjata saat bertarung melawan musuh. Kalau Kawan GNFI tahu, ternyata cerita tersebut pernah mewarnai sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Pada abad ke-18, pernah ada seorang prajurit perempuan keturunan Cina yang menyamar menjadi prajurit laki-laki. Dia juga turut serta dalam peperangan melawan Belanda pada saat itu. Prajurit perempuan itu bernama Tan Peng Nio. Ialah adalah Mulan van Java. Lo, kok bisa?

Tidak banyak yang mengenal Tan Peng Nio sebagai sosok prajurit perempuan legendaris ini. Kemunculan Tan Peng Nio berawal dari peristiwa Geger Pecinan yang terjadi pada tahun 1740—1743. Peristiwa Geger Pecinan merupakan peperangan besar-besaran yang terjadi antara penduduk Cina di Batavia dengan VOC Belanda. Belanda melakukan pembantaian secara keji, hingga menewaskan kurang lebih 10.000 penduduk Cina.

Akibat peristiwa tersebut, penduduk Cina yang masih selamat mengungsi keluar dari Batavia. Tan Peng Nio dan teman seperjuangan ayahnya, Lie Beeng Goe, pun akhirnya mengungsi ke Kota Kutowinangun. Di sana mereka bertemu dengan Tumenggung Honggoyudho, seorang ahli pembuat senjata.

Tumenggung Honggoyudho berusaha menyembunyikan kehadiran mereka. Secara diam-diam Tumenggung Honggoyudho juga melatih mereka ilmu kanuragan sebagai bekal dalam menghadapi peperangan.

Pada tahun 1741, K.R.A.T. Kolopaking II melatih para pemuda-pemuda untuk dijadikan sebagai prajurit perang. Tidak sedikit pula pemuda dari Cina yang turut berlatih sebagai prajurit di sana. Tumenggung Honggoyudho mengajak Tan Peng Nio untuk bergabung bersama prajurit yang bernama Panjer Roma. Tan Peng Nio bak tokoh di film Mulan, dia menyamar sebagai prajurit laki-laki dan ikut berlatih dengan prajurit lainnya.

Prajurit-prajurit tersebut, tak terkecuali Tan Peng Nio, kemudian dikirim ke Mataram untuk membantu prajurit Pangeran Garendi berperang melawan Penjajah Belanda. Prajurit dari Panjer Roma dipimpin oleh R. Soleman Kertawangsa, anak sulung K.R.A.T. Kolopaking II.

Cerita dari Desa Rahtawu, Mitos Larangan Menggelar dan Membicarakan Wayang

Setelah terjadi peperangan yang sengit, Pangeran Garendi berhasil menguasai Keraton Mataram, dan diangkat sebagai Raja Mataram. Beliau juga dikenal dengan sebutan Sunan Kuning, karena yang mengangkat beliau adalah para pemuda Cina yang berkulit kuning.

Prajurit-prajurit yang ikut berperang kemudian kembali ke Panjer Roma. Semenjak peperangan itu R. Soleman Kertawangsa menjadi dekat dengan Tan Peng Nio, karena mereka sering bekerja sama bahu-membahu berperang melawan musuh. Kemampuan Tan Peng Nio saat beradu senjata menarik perhatian R. Soleman Kertawangsa. Dia kemudian mengajak Tan Peng Nio beradu kepiawaian dan kesaktian.

Saat mereka tengah beradu, tiba-tiba R. Soleman Kertawangsa menjamah ikat topi Tan Peng Nio hingga terlepas, dan kemudian terurailah rambut Tan Peng Nio yang panjang. Mengetahui identitasnya terbongkar oleh R. Soleman Kertawangsa, Tan Peng Nio kemudian melarikan diri dengan merobohkan pohon-pohon jati yang berada di tempat mereka bertarung untuk menghalangi R. Soleman Kertawangsa yang hendak mengejarnya. Itulah sebabnya daerah tersebut kemudian dinamakan Jatimalang, yang berarti pohon-pohon jati yang melintang.

R. Soleman Kertawangsa tak kuasa menahan perasaannya, dia pun jatuh cinta dengan kecantikan Tan Peng Nio. Dia berniat untuk menikahinya dan menjadikannya istri keduanya. Melihat kesungguhan R. Soleman Kertawangsa, Tan Peng Nio pun akhirnya menerima lamaran tersebut dan akhirnya mereka pun menikah pada tahun 1751–1790. Dari pernikahan ini, Tan Peng Nio kemudian mendapat gelar Raden Ayu Kolopaking III. Mereka dikaruniai seorang putra dan seorang putri yang bernama K.R.A.T. Endang Kertawangsa dan R.A. Mulat Ningrum.

Setelah wafat, Tan Peng Nio dimakamkan di areal persawahan Dukuh Jatimalang Wetan, Desa Jatimulyo, Kabupaten Kebumen, yang merupakan tempat pertemuan R. Soleman Kertawangsa dengan Tan Peng Nio. Dikutip dari jatimulyo.kec-alian.kebumenkab.go.id, makam Tan Peng Nio yang dihiasi ornamen-ornamen khas Tionghoa kini secara resmi dijadikan Cagar Budaya yang dilindungi oleh Pemerintah.

Habiskan Rp2 Triliun, Bendungan Cipanas Siap Pasok Air Baku ke Kawasan Rebana

Referensi:

  • Pusat Data dan Analisa Tempo. 2022. Menelususri Sejarah Tionghoa dan Mengingat Peristiwa Geger Pecinan. Jakarta: Tempo Publishing.
  • jatimulyo.kec-alian.kebumenkab.go.id. Legenda Desa Jatimulyo. https://jatimulyo.kec-alian.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/128

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini