Mengenal Kucing Endemik Kalimantan, Si Merah Misterius dari Borneo

Mengenal Kucing Endemik Kalimantan, Si Merah Misterius dari Borneo
info gambar utama

Indonesia, yang dikenal sebagai salah satu sumber keanekaragaman hayati di dunia, merupakan rumah bagi berbagai spesies satwa langka dan menakjubkan. Salah satu di antaranya adalah Kucing Merah Kalimantan atau Bornean Bay Cat (Catopuma badia), spesies kucing liar yang dilindungi dan menghadapi tantangan besar untuk bertahan hidup di habitat alaminya.

Kucing Merah Kalimantan atau Bornean Bay Cat adalah salah satu spesies kucing liar yang paling misterius dan jarang terlihat di dunia. Kucing ini merupakan spesies asli yang dilindungi di Indonesia, dengan habitatnya tersebar di Kalimantan, termasuk di wilayah utara pulau tersebut di Sabah dan Sarawak, Malaysia, serta di hutan Kalimantan yang masuk wilayah Indonesia. Sebagai spesies yang hanya ada di Pulau Kalimantan, habitat utama Kucing Merah meliputi hutan dataran rendah dan dataran tinggi.

Spesies ini kini menghadapi risiko kepunahan di alam liar, dengan status konservasi yang dikategorikan sebagai Genting atau Endangered. Salah satu masalah utama dalam upaya konservasi adalah kurangnya informasi penelitian terkait ekologi dan biologi kucing merah Kalimantan, yang sangat memengaruhi strategi pelestariannya.

Kucing merah menjadi satu dari beberapa kucing liar yang dilindungi merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Sejak Tahun 2002 spesies ini ditetapkan sebagai satwa terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).

Erwin Willianto, dari Save Indonesian Nature & Threatened Species (SINTAS) Indonesia dan anggota Fishing Cat Working Group, menekankan bahwa walaupun perilaku kucing merah Kalimantan pada dasarnya mirip dengan kucing liar lain di Indonesia, informasi tentang spesies ini sangat minim.

Menurut Willianto, tantangan utama di Kalimantan adalah pendataan kucing liar yang masih minim, terutama jika dibandingkan dengan upaya konservasi di Pulau Jawa dan Sumatera, yang lebih fokus pada harimau dan macan tutul.

“Bahkan informasi dasar tentang perilaku, populasi, dan distribusinya masih menjadi misteri, karena jarang tercatat keberadaannya," ujar Erwin. "Catatan tim kami di SINTAS hanya pernah sekali menemukan kucing ini di konsesi Asia Pulp and Paper di Kalimantan Timur pada tahun 2014,” tambahnya dalam wawancara dengan Mongabay Indonesia pada tanggal 8 April 2023.

Baca juga: Museum Komodo Jagat Satwa Nusantara Pamerkan Koleksi Hewan Eksotis untuk Momen Liburan

Berbagai fakta menarik tentang Kucing Merah, yang secara ilmiah dikenal sebagai Prionailurus bengalensis banaka, telah dirangkum dari beragam sumber untuk para penggemar kucing.

Penghuni Pulau Kalimantan Sejak Zaman Purba

Kucing merah Borneo, dikenal telah berhabitat di Pulau Kalimantan sejak 4 juta tahun yang lalu. Pada masa ketika Kalimantan masih bersatu dengan benua Asia, bersama dengan pulau-pulau yang kini menjadi bagian dari negara-negara seperti Malaysia dan Singapura. Habitat alaminya meliputi hutan lebat, hutan rawa, dan wilayah berair, sedangkan lingkungan non-hutan seperti perkebunan kelapa sawit kurang sesuai untuk mereka.

Peran mereka dalam ekosistem sangat vital untuk menjaga keseimbangan alami. Sebagai predator, kucing merah membantu mengendalikan jumlah hewan kecil, seperti tikus, agar populasi ini tidak berkembang melebihi batas yang dapat ditanggung oleh lingkungan sekitar.

Karakteristik dan Ciri-Cirinya

Kucing Merah Kalimantan, dengan ciri khas fisiknya, menonjol di antara fauna hutan Kalimantan. Dengan bulunya yang berwarna merah kecokelatan dan dihiasi dengan garis-garis gelap yang membentang dari kepala hingga ekor, penampilan mereka sangat mencolok. Ukuran tubuh mereka yang relatif lebih kecil dibandingkan spesies kucing lain menjadi salah satu karakteristik uniknya.

Spesies ini memiliki ukuran tubuh rata-rata antara 50 hingga 60 cm, ditambah dengan ekor yang panjangnya berkisar antara 30 hingga 40 cm, berujung lancip dan berwarna gelap. Berat badan mereka berkisar antara 3 hingga 4 kilogram. Kucing Merah Kalimantan juga dilengkapi dengan mata yang besar dan telinga yang runcing, yang memberikan kemampuan sensoris tinggi, sangat membantu dalam proses berburu.

Baca juga: 10 Kucing Asli Indonesia yang Jarang Diketahui Banyak Orang

Ancaman Kepunahan dan Upaya Konservasi

Sayangnya, seperti halnya banyak spesies endemik lain, Kucing Merah Kalimantan juga mengalami berbagai tantangan yang mengancam keberadaannya. Ancaman tersebut termasuk kerusakan habitat akibat aktivitas deforestasi, perburuan yang tidak legal, dan perdagangan satwa liar, yang semuanya berkontribusi terhadap penurunan populasi mereka. Untuk menjaga keberlangsungan hidup spesies ini, diperlukan upaya konservasi yang intensif dan berkelanjutan.

Pada tahun 2002, Kucing Merah Kalimantan dikategorikan oleh Uni Internasional untuk Konservasi Alam sebagai spesies yang terancam punah, dengan estimasi penurunan populasi lebih dari 20% pada tahun 2020, terutama akibat kehilangan habitat.

Berbagai organisasi dan pemerintah lokal perlu bekerja sama dan berupaya untuk memantau populasi kucing ini secara aktif, melindungi habitatnya, dan memberikan pendidikan kepada masyarakat lokal tentang pentingnya menjaga ekosistem dan keanekaragaman hayati lokal.

Langkah-langkah seperti ini sangat krusial untuk memastikan bahwa Kucing Merah Kalimantan tetap memainkan peran vital dalam menjaga keseimbangan ekologis di Kalimantan.

Sumber:

  • https://www.idntimes.com/science/discovery/rahmadila-eka-putri/5-fakta-kucing-merah-hewan-liar-endemik-kalimantan-yang-hampir-punah-c1c2
  • https://www.mongabay.co.id/2023/04/10/kucing-merah-antara-ada-dan-tiada-di-hutan-kalimantan/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini