Raksasa Migas Italia Investasi Rp250 Triliun di Indonesia, Ini Proyeknya

Raksasa Migas Italia Investasi Rp250 Triliun di Indonesia, Ini Proyeknya
info gambar utama

Perusahaan migas asal Italia, ENI, bakal menambah investasi di Indonesia sebesar 16 miliar dolar AS atau Rp250 triliun. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan kabar ini usai mendampingi direktur utama ENI bertemu Presiden RI Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jumat lalu (2/2/2024).

"Untuk menambah produksi gas," ungkapnya di Kantor Kementerian ESDM RI.

Rencana penambahan produksi gas, kata Arifin, muncul usai perusahaan itu menemukan cadangan gas 5 triliun kaki kubik (Tcf) gas di sumur Geng North-1, Cekungan Kutai, bagian dari North Ganal Production Sharing Contract (PSC) di Kalimantan Timur. ENI berhasil mengakuisisi hak partisipasi Neptune Energy Group Limited dalam proyek itu pada 31 Januari 2024.

RI Incar Migas Venezuela, Pemilik Cadangan Minyak Terbesar di Dunia

Chief Executive Officer ENI Claudio Descalzi menemui Jokowi untuk menyampaikan rencana ENI di Indonesia, salah satunya mendirikan pusat produksi gas baru berkapasitas 1 miliar kaki kubik per hari (Bcfd) di Geng North, cekungan Kutai Utara, Kalimantan Timur. Kemudian, ENI juga bakal melakukan perluasan dataran tinggi pada PSC 750 juta standar kaki kubik gas poer hari (MMscfd) di fasilitas Cekungan Kutai Selatan. Pengembangan ini akan memungkinkan Indonesia meningkatkan produksi gas secara signifikan, baik untuk penggunaan domestik maupun ekspor.

“Proyek-proyek baru bersama pengembangan lapangan East Merakes dan Maha yang sedang berlangsung akan mendorong dampak positif yang besar bagi konten lokal,” ucap Descalzi dalam keterangan tertulis.

Selain itu, ENI juga telah merampungkan akuisisi proyek strategis nasional (PSN) Indonesia Deepwater Development (IDD) yang sebelumnya dikelola Chevron dengan cadangan 2,67 triliun kaki kubik gas (TCF). Pengembangan proyek ini akan disatukan dengan Geng North-1 dan terbagi menjadi dua bagian, yakni utara Gehem-Geng North dan bagian selatan Gendalo-Gandang. Kedua ladang gas itu ditargetkan beroperasi atau onstream pada 2028.

"Kita harapkan start produksinya mulai 2025—2026, puncaknya di 2027. Kira-kira 6,8 TCF," tambah Arifin.

Sumber Gas Raksasa Ditemukan di Lepas Pantai Sumatra, Terbesar ke-3 Dunia

Pada hari yang sama, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM RI Dadan Kusdiana dan Chief Operating Officer (COO) Natural Resources ENI Guido Brusco menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) di Gedung Chairul Saleh, Kementerian ESDM RI.

Kedua pihak akan bekerja sama dalam pengembangan bio-feedstock untuk memproduksi biofuels, nature-based and technology-based carbon offset, serta inisiatif lainnya terkait transisi energi dan dekarbonisasi. Hal itu termasuk dan tidak terbatas pada program Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS) serta efisiensi energi.

Kerja sama ini, kata Arifin, salah satu upaya akselerasi untuk mengejar target Net Zero Emission (NZE) di Indonesia pada 2060 atau lebih cepat.

"Dengan adanya MoU ini, diharapkan ENI dapat membantu program dekarbonisasi di Indonesia dan mempererat hubungan kerja sama antara ENI dan Indonesia," pungkasnya.

Berapa Biaya Penemuan 2 Sumber Gas Raksasa di Kutai dan Andaman?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini