Mengakhiri Siklus Kekerasan, Strategi Mengatasi Bullying di Lingkungan Masyarakat

Mengakhiri Siklus Kekerasan, Strategi Mengatasi Bullying di Lingkungan Masyarakat
info gambar utama

Bullying atau penggunaan kekerasan, ancaman, atau pelecehan berulang oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain telah menjadi permasalahan serius yang mengancam keamanan dan kesejahteraan siswa di banyak sekolah.

Fenomena ini tidak hanya berdampak negatif pada korban, tetapi juga berpotensi menciptakan lingkaran setan kekerasan yang terus berputar dari satu generasi ke generasi berikutnya. Untuk memutus rantai tersebut, dibutuhkan strategi komprehensif dan keterlibatan semua pihak dalam sistem pendidikan.

Menurut data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), terjadi peningkatan kasus bullying di lingkungan sekolah dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2020, tercatat 79 kasus kekerasan yang melibatkan siswa sebagai pelaku maupun korban, sedangkan pada 2021 angka ini melonjak menjadi 136 kasus (Sumber: Kemendikbud, 2022).

Bullying dapat terjadi dalam bentuk fisik seperti memukul atau menendang, verbal seperti mengejek atau mengancam, serta psikologis seperti pengucilan sosial atau penyebaran rumor jahat.

Dampak Bullying pada Korban

Perundungan dapat memberikan dampak traumatis yang berkepanjangan bagi korbannya, baik secara fisik maupun mental. Menurut penelitian dari Pusat Studi Kesehatan Remaja Universitas Indonesia (2021), korban bullying memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kecemasan, depresi, rasa rendah diri, kesulitan berkonsentrasi, hingga keinginan untuk bunuh diri

Selain itu, mereka juga rentan mengalami masalah kesehatan fisik seperti sakit kepala, gangguan tidur, dan gangguan makan.

Permainan Tradisional Sebagai Solusi Fenomena Bullying di Kalangan Remaja

Strategi Mengatasi Bullying di Sekolah

Untuk mengatasi permasalahan perundungan yang kompleks ini, dibutuhkan strategi menyeluruh yang melibatkan semua pihak dalam ekosistem sekolah, mulai dari siswa, guru, staf sekolah, orang tua, hingga pemangku kebijakan pendidikan. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan:

  • Membangun Budaya Sekolah yang Positif

Langkah pertama dalam mencegah bullying adalah dengan menciptakan lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan saling menghormati. Sekolah harus memiliki kebijakan anti-kekerasan yang jelas, serta memberikan pelatihan dan pendampingan bagi guru dan staf untuk mengenali dan merespons tindakan bullying dengan tepat.

  • Meningkatkan Literasi dan Kesadaran Anti-Bullying

Pendidikan dan literasi anti-bullying harus ditanamkan sejak dini, baik kepada siswa, guru, maupun orang tua. Sekolah dapat mengadakan program-program edukasi, seperti sesi penyuluhan, pelatihan empati, dan pengembangan keterampilan sosial-emosional. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang dampak buruk bullying dan cara mencegahnya.

  • Memperkuat Sistem Pelaporan dan Penanganan Kasus

Sekolah harus memiliki sistem pelaporan yang aman dan terpercaya bagi siswa yang menjadi korban atau saksi bullying. Selain itu, diperlukan juga prosedur penanganan kasus yang jelas, mulai dari investigasi, konseling, hingga tindakan disipliner yang tepat bagi pelaku bullying.

Lawan Bullying, Mahasiswa KKN-PPM UGM adakan Sosialisasi Anti Bullying di SDN Gebangan
  • Melibatkan Peran Orang Tua dan Komunitas

Upaya mengatasi hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah semata, tetapi juga membutuhkan dukungan dari orang tua dan komunitas sekitar. Sekolah dapat mengadakan program parenting untuk membantu orang tua memahami dan mengenali tanda-tanda bullying pada anak-anak mereka.

Selain itu, kerja sama dengan organisasi masyarakat dan lembaga perlindungan anak juga dapat memperkuat upaya pencegahan dan penanganan kasus bullying.

  • Memanfaatkan Teknologi dan Media Sosial

Di era digital saat ini, bullying juga dapat terjadi di dunia maya melalui media sosial atau platform online lainnya. Oleh karena itu, sekolah harus meningkatkan literasi digital dan mengajarkan etika bermedia sosial kepada siswa. Tak hanya ini, sekolah juga dapat memanfaatkan teknologi seperti aplikasi pelaporan online atau hotline anti-bullying untuk memudahkan siswa melaporkan kasus-kasus kekerasan dalam lingkup sekolah.

Mengakhiri siklus kekerasan akibat perundungan membutuhkan komitmen dan upaya berkesinambungan dari semua pihak. Dengan menerapkan strategi komprehensif yang melibatkan seluruh elemen sekolah, komunitas, dan teknologi, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan kondusif bagi perkembangan siswa secara utuh.

Hanya dengan demikian, kita dapat memutus rantai bullying dan membangun generasi muda yang lebih peduli, empati, dan saling menghargai.

Upaya Mengatasi Maraknya Bullying di Kalangan Pelajar dan Mahasiswa

Sumber:

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2022). Data Kasus Kekerasan di Lingkungan Sekolah.

2. Pusat Studi Kesehatan Remaja Universitas Indonesia. (2021). Dampak Bullying pada Kesehatan Mental dan Fisik Remaja.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RD
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini