Upaya Mengatasi Maraknya Bullying di Kalangan Pelajar dan Mahasiswa

Upaya Mengatasi Maraknya Bullying di Kalangan Pelajar dan Mahasiswa
info gambar utama

Pemahaman moral pada dasarnya menyoroti alasan di balik tindakan dan cara seseorang mencapai kesimpulan tentang kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Sebuah pemahaman moral tidak sekadar menilai kebaikan atau keburukan, tetapi lebih pada proses berpikir yang membawa seseorang pada keputusan moral.

Peserta didik yang memiliki pemahaman moral yang matang cenderung mempertimbangkan konsekuensi perbuatan mereka, mencegah tindakan menyakitkan atau perilaku bullying terhadap teman sebaya. Pemahaman moral yang kokoh juga merupakan kunci dalam membentuk kepribadian remaja dan mencapai kematangan diri, mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan kehidupan saat ini dan masa depan. Oleh karena itu, peran pendidikan yang mendukung perkembangan mereka sangat penting.

Dalam era pendidikan yang semakin berkembang, peran sekolah bukan hanya dalam mencerdaskan anak-anak, tetapi juga menjadi garda terdepan untuk membentuk karakter yang baik. Sayangnya, maraknya kasus kekerasan, seperti bulliying, di kalangan pelajar dan mahasiswa menunjukkan bahwa pendidikan karakter belum sepenuhnya efektif. Sebagai persoalan mendasar, kekerasan ini tidak hanya merugikan korban secara fisik dan mental, tetapi juga merusak moralitas di tengah-tengah masyarakat pendidikan.

Bullying merupakan serangan berulang baik secara fisik, psikologis, sosial, maupun verbal, menjadi manifestasi dari kerusakan moral di kalangan pelajar. Tindakan agresif, baik dalam bentuk verbal, fisik, rasional, maupun elektronik, menunjukkan bahwa pendidikan belum sepenuhnya mampu membentuk perilaku yang baik. Tindakan bullying tidak hanya merugikan korban secara langsung, tetapi juga menciptakan budaya kekerasan yang terus terjadi di kalangan peserta didik.

Mengunjungi Temanggung, Tanah yang Dijuluki sebagai Kota Tembakau

Jenis-jenis Bullying

seperti yang dijelaskan oleh Barbara dalam Jurnal Kreatif 9 (1) 2018 yakni mencakup verbal, fisik, rasional, dan elektronik. Bullying verbal mencakup perilaku kasar seperti julukan, celaan, fitnah, dan penghinaan, yang seringkali menjadi awal dari tindakan kekerasan lainnya.

Bullying fisik, meskipun tampak lebih mudah diidentifikasi, juga menjadi indikator bahwa remaja tersebut cenderung bermasalah dan mungkin beralih ke tindakan kriminal. Bullying rasional sulit dideteksi dari luar, karena melibatkan pelemahan harga diri korban melalui ejekan dan pengucilan. Sedangkan bullying elektronik, yang melibatkan sarana teknologi informasi, menunjukkan pemahaman remaja terhadap media elektronik.

Upaya Mengatasi Bullying

Pendidikan karakter perlu menjadi fokus utama. Upaya yang dapat dilakukan melibatkan penguatan pengendalian sosial, pengembangan budaya meminta dan memberi maaf, penerapan prinsip-prinsip anti-kekerasan, pemberian pendidikan perdamaian, peningkatan dialog dan komunikasi antar siswa atau mahasiswa, penyediaan katarsis, dan upaya pencegahan tindak kekerasan di sekolah atau kampus.

Pendidikan karakter harus mengintegrasikan nilai-nilai moral dan etika dalam setiap aspek pembelajaran. Pengendalian sosial melalui pengawasan dan penindakan, menjadi langkah awal untuk menertibkan perilaku menyimpang. Budaya meminta dan memberi maaf, serta penerapan prinsip-prinsip anti-kekerasan, membantu membentuk sikap toleransi dan menghindari konflik yang merugikan.

12 Orangutan di Kalteng dan Kaltim Dilepasliarkan

Pendidikan perdamaian menjadi instrumen untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya hidup berdampingan dengan damai. Melalui dialog intensif antar siswa dan mahasiswa, konflik dapat diurai dengan cara yang lebih konstruktif. Katarsis, sebagai bentuk pembebasan emosi, dapat membantu pelajar mengelola stres dan frustrasi, mengurangi kecenderungan kekerasan.

Upaya pencegahan tindak kekerasan di sekolah atau kampus harus melibatkan seluruh komponen masyarakat pendidikan. Dengan demikian, pendidikan karakter bukan hanya menjadi tanggung jawab guru, tetapi juga seluruh staf dan bahkan orang tua. Dengan kolaborasi yang baik, setiap warga pendidikan dapat menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung perkembangan karakter yang positif bagi generasi muda.

Dalam menghadapi tantangan ini, kolaborasi antara lembaga pendidikan, orang tua, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan. Dengan pendidikan karakter yang kuat, diharapkan kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, mendukung, dan membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga baik dalam perilaku dan moralitas.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AI
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini