Menyoroti Kisah Artis yang Tidak Lolos Menuju Senayan

Menyoroti Kisah Artis yang Tidak Lolos Menuju Senayan
info gambar utama

Kawan GNFI tentu sudah tahu bahwa sejumlah artis tanah air mencoba peruntungannya dengan mencalonkan diri menjadi anggota legislatif. Di antara mereka, ada yang sudah pernah mencalonkan diri sebelumnya, ada pula yang di tahun 2024 ini menjadi kali pertamanya maju di Pemilu.

Dilansir dari Kompas, setidaknya ada sekitar 68 artis yang nyaleg pada Pemilu yang digelar 14 Februari 2024 lalu. Namun, citra sebagai artis rupanya tidak menjamin mereka untuk lolos. Dari 68 artis tersebut, 46 di antaranya tak berhasil lolos sebab suara yang mereka kantongi lebih rendah dibandingkan calon lain di partainya.

Jalan menuju Senayan rupanya tidak semulus itu meski dana yang mereka keluarkan juga tidak main-main jumlahnya.

Fakta Hasil Pemilu RI 2024 yang Dimenangkan Prabowo-Gibran

Sejarah Keterlibatan Artis dalam Politik Indonesia

Para artis di Indonesia telah lama berkecimpung dalam kancah politik. Fenomena ini menjadi umum sejak era reformasi, dengan partisipasi nyata mulai tampak di Pemilu 2004.

Sejak era Orde Lama hingga pasca-Orde Baru, para artis telah bergabung dengan partai politik, meskipun pada masa itu, peran mereka lebih terbatas sebagai pendukung ideologi pemerintah yang otoriter sehingga mereka seakan hanya menambah "nilai estetika" bagi sebuah partai politik.

Artis masuk dunia politik seringkali karena mereka sudah dikenal publik dan dianggap bisa mendongkrak popularitas partai. Dengan basis penggemar yang luas, mereka dapat memberikan nilai tambah bagi partai.

Selain itu, keberadaan mereka dalam politik juga membantu memperluas jangkauan pesan politik dan memicu diskusi yang lebih luas mengenai isu-isu politik yang relevan. Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh para artis dari industri hiburan juga dapat diaplikasikan dalam konteks politik, memberikan perspektif baru dalam pembahasan isu publik.

Artis yang Gagal Menuju Senayan

Kawan GNFI, popularitas seorang artis hanya lah salah satu faktor guna mengamankan kursi legislatif, banyak faktor lain yang turut memengaruhinya. Hal ini terbukti pada Krisdayanti, seorang penyanyi terkenal yang popularitasnya sudah tidak dapat diragukan lagi.

Terlebih lagi, ia sebelumnya telah menjabat sebagai anggota DPR RI, namun harus berlapang dada menerima kegagalan dalam Pemilu tahun ini. Mantan suami Krisdayanti, yakni Anang Hermansyah, yang juga merupakan mantan anggota DPR RI, tidak berhasil kembali ke Senayan.

Selain, kedua artis kader PDIP tersebut, ada banyak lagi artis yang gagal melanggang ke Senayan. Misalnya saja Sultan Djorghi (Golkar), Andika Mahesa (Demokrat), Bedu (Gerindra), Ayu Azhari (PAN), Norman Kamarun (PKB), Narji (PKS), Giring Ganesha (PSI), Gilang Dirga (PPP), Aldi Taher (Perindo), Vicky Prasetyo (Perindo), Arnold Poernomo (Perindo), Chocky Sitohang (Nasdem), Fahat Abbas (PKN), Neno Warisman (Gelora), dan masih banyak lagi.

Mengenal Parliamentary Threshold, Ambang Batas Kursi dalam Pemilu

Faktor Penyebab Kegagalan Artis Menuju ke Senayan

  1. Persaingan Internal Partai

Salah satu faktor utama adalah persaingan yang ketat di dalam partai mereka sendiri. Banyak artis yang memiliki popularitas tinggi tetapi tidak memiliki dukungan yang cukup dari struktur partai.

  1. Kurangnya Turun ke Masyarakat

Beberapa artis gagal karena tidak cukup turun langsung ke masyarakat untuk membangun hubungan dan memahami isu-isu lokal.

  1. Kegagalan Kaderisasi Partai

Fenomena banyaknya artis yang menjadi caleg juga menunjukkan kegagalan partai politik dalam melakukan kaderisasi yang efektif. Ini menunjukkan bahwa partai lebih memilih popularitas daripada kualifikasi politik yang memadai.

  1. Politisasi Popularitas

Keterlibatan artis sering kali didasarkan pada popularitas mereka, bukan pada visi politik atau program yang jelas. Ini bisa menyebabkan pemilih tidak memilih berdasarkan isu substantif.

Menyoroti Lebih dalam Kegagalan Krisdayanti

Krisdayanti, seorang artis terkenal di Indonesia, mengalami kegagalan dalam pemilihan legislatif 2024. Meskipun mendapatkan jumlah suara yang cukup tinggi, ia tidak berhasil mendapatkan kursi di DPR RI karena hanya dua kursi yang tersedia dari partainya di daerah pemilihannya dan ia berada di urutan ketujuh.

Dalam sebuah wawancara oleh laman Detik, Krisdayanti mengungkapkan perasaannya tentang kegagalan tersebut. Ia menyatakan bahwa meskipun hasilnya tidak sesuai harapan, ia tetap bersemangat untuk menyelesaikan tugasnya sebagai anggota dewan hingga akhir masa jabatannya.

Krisdayanti juga menekankan pentingnya digitalisasi dalam layanan kesehatan, seperti yang ia sampaikan dalam kegiatan bersama Kemenkes RI dengan Komisi IX DPR RI.

Krisdayanti juga berbicara tentang kariernya di industri musik dan politik. Ia menjelaskan bahwa keputusannya untuk kembali ke musik adalah karena dorongan dari suaminya dan keinginan untuk tetap aktif secara mental.

Menurutnya, membuat aransemen musik memberikan tekanan yang membantu menjaga ketajaman ingatan. Krisdayanti menambahkan bahwa ia merasa beruntung bisa kembali ke industri musik dan berharap dapat terus konsisten dengan karyanya.

Kegagalan dalam pemilihan legislatif ini menunjukkan bahwa popularitas dan pengaruh di satu bidang tidak selalu menjamin kesuksesan di bidang lain. Krisdayanti, meskipun menghadapi kegagalan politik, tetap berkomitmen pada karier musiknya dan tanggung jawab sosialnya sebagai anggota dewan yang masih aktif hingga masa jabatannya berakhir.

Warga RI Makin Dewasa, Pemilu 2024 Bebas Politik Identitas

Dampak Kegagalan Menuju Senayan bagi Artis

Kegagalan dalam Pemilu 2024 bisa memiliki dampak yang signifikan bagi artis, baik dari segi finansial maupun sosial. Secara finansial, artis yang gagal mungkin mengalami penurunan pendapatan yang drastis, yang dapat menyebabkan kesulitan keuangan. Contohnya Dede Sunandar yang rela menjual 2 mobilnya demi mencalonkan diri di kursi legislatif.

Dari perspektif sosial, mereka mungkin menghadapi penurunan status dan pengaruh dalam masyarakat, serta potensi kritik atau penolakan dari publik.

Reaksi publik terhadap kegagalan artis bervariasi, tergantung pada bagaimana artis tersebut dilihat sebelumnya dan bagaimana mereka menangani kegagalan tersebut. Beberapa masyarakat mungkin menunjukkan simpati dan mendukung artis melalui masa sulit, sementara yang lain mungkin lebih kritis, terutama jika artis tersebut dianggap tidak memenuhi harapan atau berperilaku tidak profesional.

Keterlibatan artis dalam politik Indonesia sering kali menimbulkan debat tentang pentingnya kualifikasi dibandingkan popularitas. Krisdayanti, misalnya, meskipun populer sebagai artis, menghadapi kegagalan dalam pemilihan legislatif, menyoroti bahwa popularitas tidak selalu setara dengan sukses politik.

Kasus ini mengajarkan bahwa politik membutuhkan lebih dari sekadar ketenaran. Dibutuhkan visi, kompetensi, dan pemahaman mendalam tentang isu-isu yang dihadapi masyarakat. Refleksi atas peran artis dalam politik menunjukkan perlunya pemimpin yang mampu mewakili kepentingan rakyat dengan substansi dan integritas, bukan hanya daya tarik selebriti.

Kegagalan artis di panggung politik dapat menjadi pelajaran berharga untuk mengevaluasi kembali kriteria yang kita gunakan dalam memilih wakil rakyat. Kita harus merenungkan apakah kita memilih pemimpin berdasarkan kemampuan mereka untuk menginspirasi dan membuat perubahan nyata, atau hanya karena mereka terkenal.

Sumber:

  • https://www-viva-co-id.translate.goog/showbiz/gosip/1689672-nasib-dede-sunandar-usai-gagal-jadi-caleg-banting-setir-jadi-penjual-es-teh?_x_tr_sl=id&_x_tr_tl=en&_x_tr_hl=en&_x_tr_pto=sc
  • https://www.detik.com/bali/berita/d-7237312/krisdayanti-ungkap-alasan-gagal-ke-senayan
  • https://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak/id_abstrak-80072.pdf
  • https://www.kompas.com/tren/read/2024/03/21/131500065/daftar-artis-yang-lolos-dan-gagal-ke-senayan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini