Warga RI Makin Dewasa, Pemilu 2024 Bebas Politik Identitas

Warga RI Makin Dewasa, Pemilu 2024 Bebas Politik Identitas
info gambar utama

Pelaksanaan Pemilu 2024 membawa kabar gembira. Staf Khusus Menteri Agama Bidang Media dan Komunikasi Publik Wibowo Prasetyo menilai gesekan yang terjadi akibat politik identitas bisa diminimalisir. Pemilu kali ini pun berjalan damai dan menyenangkan.

“Saya kira residu atau perpecahan akibat perbedaan dan politik identitas pada pesta demokrasi kali ini sangat kecil. Pada tahun ini, saya lihat baik-baik saja, tidak ada yang signifikan dalam menggunakan identitas keagamaan,” ungkapnya.

Wibowo mengatakan, konsep moderasi beragama sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia. Himbauan Menteri Agama untuk tidak menggunakan politik identitas pada pesta demokrasi tahun ini mampu dilaksanakan oleh masyarakat.

Pesan damai dari Khotib Jumat

Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengeluarkan surat edaran agar Khotib Jumat menyebarkan pesan-pesan kedamaian menjelang Pemilu. Program Bimas (Bimbingan Massal) Islam serta bimas-bimas lain juga bergerak menjaga perdamaian.

Pesan damai dengan menghindari politik identitas bahkan sudah disebarkan sejak tahun 2022. Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Amien Suyitno mengungkapkan pemerintah telah mendorong suara tunggal melawan politik identitas.

“Tahun 2024 nyaris tidak ada satupun politik identitas. Artinya, gerakan Gusmen (Menag Yaqut) itu berdampak terhadap suara Pemilu 2024. Kondisi ini jauh berbeda dengan Pemilu 2019. Saya yakin, kebijakan ini berkorelasi dengan kedamaian Pemilu 2024 dan kegiatan moderasi beragama,” kata Amien.

Baca juga Mengenal Parliamentary Threshold, Ambang Batas Kursi dalam Pemilu

Pemuda mewarnai pemilu

Salah satu hal menarik dalam Pemilu 2024 adalah persentase daftar pemilih tetap (DPT) yang didominasi oleh generasi muda. Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI mencatat sebanyak 55 persen dari total DPT atau sekitar 114 juta orang di antaranya adalah Gen Z dan Milenial.

Partisipasi pemuda telah mewarnai pelaksanaan Pemilu 2024. Misalnya saja fenomena Aniesbubble, relawan pasangan calon (Paslon) nomor 01 Anies-Muhaimin yang menciptakan konten kampanye politik seolah sedang mengidolakan sosok penyanyi K-Pop.

Ada pula anak muda pengguna TikTok yang gencar menyuarakan pilihannya terhadap Paslon 02 Prabowo-Gibran dengan mengunggah video bermusik khas “jedag-jedug”. Atau pemuda di aplikasi X yang meramaikan Pemilu dengan memberi sebutan khusus kepada setiap capres-cawapres, misalnya “El Chudai” untuk Ganjar Pranowo.

Baca juga Cerita Kukuh Haryanto, Caleg Pengamen Asal Wonogiri dengan Modal Rp100 Ribu

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini