Lepat Gayo, Makanan Khas untuk Menyambut Ramadan dan Hari Besar Keagamaan

Lepat Gayo, Makanan Khas untuk Menyambut Ramadan dan Hari Besar Keagamaan
info gambar utama

Selama ini, Gayo dikenal sebagai daerah penghasil kopi arabika yang telah mendunia. Selain kopi, daerah dataran tinggi di Provinsi Aceh ini, juga dikenal memiliki kekayaan makanan khas yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang.

Salah satu makanan khas Gayo yakni lepat Gayo. Masyarakat Gayo menyajikan lepat gayo hanya pada momen-momen tertentu, seperti acara menyambut Ramadan, Idul Fitri, dan perayaan hari besar keagamaan lainnya.

Pada bulan Ramadan, lepat Gayo biasanya disajikan pada saat berbuka maupun menjelang sahur. Masyarakat Gayo percaya dengan mengonsumsi lepat gayo pada saat bulan puasa, bisa menjadi penguat atau pengganjal perut sehingga perut kenyang lebih lama.

Lepat gayo biasanya dibuat oleh para beberu atau para gadis dengan bimbingan orang tuanya, karena tradisi ini harus diwariskan secara turun-temurun agar tetap eksis dalam masyarakat Gayo.

Alat dan Bahan yang Dipersiapkan untuk Membuat Lepat Gayo

Bahan yang diperlukan:

  1. Tepung beras ketan putih
  2. Gula tampang (gula aren) yang sudah dimasak dengan air
  3. Gula pasir
  4. Parutan kelapa
  5. Garam
  6. Minyak goreng
  7. Daun pisang
  8. Daun pandan
  9. Air
Roti Ganjel Rel, Makanan Khas Semarang Hasil Modifikasi Kue Belanda

Alat yang diperlukan:

  1. Belanga tanoh (wajah yang terbuat dari tanah)
  2. Talam (ember)
  3. Senuk (sendok nasi)
  4. Keriliken (tungku api)
  5. Legen alu (ulekan batu)
  6. Dandang (kukusan)
  7. Kayu bakar (menggunakan teknik tradisional)

Cara Membuat:

Inti lepat Gayo ada dua jenis, yakni tuke putih (parutan kelapa tanpa gula aren) dan tuke merah (parutan kelapa menggunakan gula aren)

  1. Cara membuat tuke putih, parutan kelapa dicampur dengan gula pasir dan ditambahkan sedikit garam.
  2. Sedangkan cara membuat tuke merah, yakni dengan mencampurkan gula aren cair dan parutan kelapa, kemudian digongseng hingga kering. Tidak lupa masukkan sedikit garam, gula, dan daun pandan sebagai penambah cita rasa.

Adonan atau bahan kulit

  1. Masukkan tepung ke dalam talam, kemudian masukkan gula aren cair secara perlahan agar adonan tidak encer.
  2. Tambahkan sedikit taburan garam dan gula pasir agar rasa adonan tidak hambar.
  3. Aduk adonan hingga tercampur rata. Proses mengaduk adonan membutuhkan waktu yang cukup lama hingga menghasilkan warna khas yang diinginkan.

Proses Membungkus dan Mengukus

  1. Siapkan lembaran-lembaran daun pisang yang telah diolesi sedikit minyak goreng agar tidak lengket.
  2. Letakkan sedikit adonan di atas daun pisang dan pipihkan.
  3. Masukkan inti lepat Gayo yang telah dibuat, kemudian tutup kembali dengan adonan kulit.
  4. Lipat daun pisang sesuai yang diinginkan.
  5. Setelah semua telah dibungkus, siapkan dandang sebagai tempat untuk mengukus.
  6. Kukus lepat di dalam dandang. Proses mengukus menggunakan tungku membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam.
  7. Setelah dirasa sudah matang, lepat gayo siap disajikan.

Makna Lepat Gayo

Tradisi menyajikan lepat gayo pada momen-momen tertentu memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Gayo. Salah satunnya adalah pemersatu masyarakat, karena lepat Gayo yang dibuat saat momen-momen hari besar, biasanya dibagikan ke saudara terdekat dan tetangga, serta tamu yang berkunjung ke rumah. Kebiasaan ini dapat mempererat silaturahmi antar sesama.

Selain itu, dengan adanya tradisi membuat lepat Gayo, dapat meningkatkan rasa kesetiakawanan, karena dalam proses pembuatannya dibutuhkan kerja sama antara anak dengan orang tua.

6 Makanan Indonesia yang Menunjukkan Pengaruh Gastronomi Arab

Kepercayaan Masyarakat Gayo Kaitannya dengan Lepat Gayo

Ada kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat Gayo hingga saat ini. Namun, kepercayaan tersebut hanya berlaku pada keluarga yang telah mendapat wasiat dari nenek mereka yang sudah meninggal, untuk melakukan tradisi membuat lepat Gayo.

Jika pada hari besar keagamaan, seperti menyambut Ramadan, keluarga yang diwasiatkan tidak membuat lepat gayo, maka hal buruk dapat menimpa keluarga.

Selain itu, masyarakat Gayo juga mempercayai bahwa tiap hari besar, anggota keluarga yang sudah meninggal akan kembali ke rumah dan mengajak teman-teman mereka untuk bertamu dan menikmati lepat Gayo yang disajikan. Jika tradisi membuat dan menyajikan lepat Gayo tidak dilakukan, maka anggota keluarga yang telah meninggal akan malu terhadap teman-temannya.

Referensi:

  • Tarigan, Arita Beru. (2020). “Eksistensi Lepat sebagai Makanan Tradisional Masyarakat Gayo”. (Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh)
  • Ramaidani, Navia, Z. I. (2022). Documentation of The Traditional Gayo Food in Lokop Village, East Aceh, Indonesia. Biodiversitas, 23(4), 2017-2024

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini