Roti Ganjel Rel, Makanan Khas Semarang Hasil Modifikasi Kue Belanda

Roti Ganjel Rel, Makanan Khas Semarang Hasil Modifikasi Kue Belanda
info gambar utama

Semarang memiliki banyak cerita dengan sendirinya maupun dari peninggalan Belanda. Berbagai tempat dan makanan kini menjadi legenda yang terus dilestarikan. Semarang menyimpan banyak makanan khas, baik yang dikenal luas maupun yang baru gencar diulas.

Salah satu makanan khas Semarang yang sempat tenggelam dari pembicaraan adalah roti ganjel rel atau roti gambang. Roti tersebut merupakan salah satu kuliner peninggalan Belanda yang merupakan adaptasi dari roti Ontbijtkoek. Ada yang menyebut roti ganjel rel merupakan kuliner yang berasal dari Betawi.

Mulanya, roti ini dikenal sebagai roti gambang mengingat bentuknya yang mirip dengan alat musik gambang. Akan tetapi, masyarakat Semarang lebih mengenal roti tersebut sebagai roti ganjel rel. hal tersebut tidak terlepas dari bentuknya yang mirip dengan ganjel rel atau bantalan rel. Sumber lain juga mengatakan ganjel rel merupakan penyempurnaan sebutan orang-orang di zaman dahulu yang biasa disebut “ganjril”

Saat ini, roti ganjel rel makin sulit ditemukan. Biasanya roti ganjel rel dapat ditemui di dalam pasar tradisional, khususnya Pasar Johar.

Roti Gambang- Roti Khas Betawi Yang Mulai Tenggelam

Roti Ganjel Rel dan Bulan Ramadan

Keberadaan roti ganjel rel yang tidak sefamiliar tahu gimbal disebabkan beberapa hal, terutama tekstur roti itu sendiri. Roti ganjel rel memiliki tekstur yang kurang lembut dan alot (bantat) sehingga sulit untuk dikonsumsi. Meski demikian, para ahli sempat mengatakan tekstur roti yang demikian justru baik untuk pencernaan manusia. Bahkan, roti ini sempat menyabet sebagai bagian dari 50 roti terbaik dunia versi CNN tahun 2019.

Roti ganjel rel berbentuk kotak dengan cita rasa kayu manis yang ditaburi wijen. Roti ganjel rel kerapkali menjadi ikon dari Dugderan, sebuah tradisi menyambut bulan Ramadan di Semarang. Setiap tahun, ada sekitar 8.000 roti ganjel rel yang dibuat oleh salah satu takmir Masjid Agung Kauman Semarang untuk dibagikan kepada masyarakat.

Masyarakat percaya, roti ganjel rel dapat membuat seseorang lebih kuat dalam menjalankan puasa. Hal tersebut tidak terlepas dari tekstur roti ganjel rel yang alot sehingga hanya mengonsumsi dua potong dapat mengenyangkan perut. Kepercayaan tersebut juga berangkat dari nama “ganjel rel” itu sendiri yang menjadi simbol tak ada gangguan. Maksudnya, dengan memakan kue ini pelaksanaan puasa tidak ada ganjalan sehingga pikiran menjadi jernih dan tenang.

Legenda Toko Oen, dari Empat Cabang Menyisakan Satu di Semarang

Roti Ganjel Rel yang Terus Berinovasi

Roti ganjel rel muncul karena keinginan masyarakat untuk membuat kue serupa Onbijtkoek. Produsen Kue Ganjel Rel, Anita Subastian mengatakan resep asli Ontbijtkoek dari Belanda terdiri dari campuran tepung gandum hitam, lelehan brown sugar, serta bumbu rempah seperti cengkeh, kayu manis, jahe, dan pala.

Akan tetapi, perbedaan bahan baku dan kemampuan ekonomi masyarakat saat itu membuat roti tersebut sulit ditiru. Hingga pada akhirnya, masyarakat memodifikasi menggunakan bahan baku menggunakan gaplek atau ketela. Karena kue tersebut tidak dibuat dari tepung terigu seperti roti kebanyakan, banyak yang mengatakan Roti Ganjel Rel ini memiliki rasa yang kurang enak. Hingga kemudian modifikasi dilakukan agar roti ini tetap dapat dinikmati.

Aunil, pemilik produk roti ganjel rel, dengan merek Masjuki menjadi salah satu perempuan yang melakukan inovasi tersebut. Ia memutuskan menambahkan margarin, telur, dan minyak untuk menciptakan tekstur roti ganjel rel yang sesuai dengan perkembangan zaman.

“Saya ingin ganjel rel jadi oleh-oleh seperti halnya lumpia, wingko, atau bandeng Akhirnya, dari sana saya mulai benahi tekstur, rasa, sampai nilai gizi,” jelas Aunil, dikutip dari Solopos.

Wajib Coba! Deretan Cemilan Khas Semarang Ini Cocok Dinikmati bersama Teman dan Keluarga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini