Wajib Coba! Deretan Cemilan Khas Semarang Ini Cocok Dinikmati bersama Teman dan Keluarga

Wajib Coba! Deretan Cemilan Khas Semarang Ini Cocok Dinikmati bersama Teman dan Keluarga
info gambar utama

Inilah deretan cemilan khas Semarang yang cocok dinikmati bersama teman dan keluarga.

Semarang punya sejuta pesona. Salah satunya ada pada kekayaan budaya kuliner yang ada di sana.

Semarang punya beragam makanan khas. Sayang jika dilewatkan, makanan-makanan tersebut patut dicoba oleh siapapun yang berkunjung ke sana.

Ada pula makanan ringan khas Semarang yang cocok menjadi teman Anda saat bersantai atau menikmati waktu luang. Sambil menikmati kudapan, Anda juga bisa bercengkrama dengan teman dan keluarga.

1. Tahu Pong

Tahu memang ada di berbagai penjuru Indonesia. Kuliner tahu pong pun bisa ditemukan di daerah lain, misalnya Kediri. Namun, tahu pong Semarang jelas punya kekhasannya tersendiri hingga menjadi salah satu ikon kuliner kota itu.

Konon, tahu pong sudah eksis di Semarang sejak era 1930-an. Konon, namanya berasal dari istilah kopong yang artinya kosong atau tak ada isinya. Pendapat lain menyatakan jika namanya berasal dari kata peng yang artinya menggelembung.

Kosong dan menggelembung. Memang seperti itulah tahu pong. Saat digoreng, tahu akan membesar, namun terdapat semacam ruang kosong di dalamnya.

Menemukan tahu pong di Semarang tidaklah sulit. Banyak kedai yang menyediakannya di berbagai sudut kota. Salah satu yang paling terkenal adalah Tahu Pong Karangsaru.

Tahu Pong Karangsaru dikenal luas lantaran kedai tersebut adalah langganannya Michael Bambang Hartono, salah satu orang terkaya di Indonesia sekaligus bos besar perusahaan Djarum dan Bank Central Asia (BCA).

2. Lumpia Semarang

Lumpia Semarang, makanan ini juga termasuk ikon kuliner Semarang. Penggemarnya pun banyak.

Lumpia Semarang berwujud seperti rollade dengan isian yang padat. Adapun isiannya sendiri lazimnya terdiri dari rebung, telur, dan pilihan daging ayam atau udang.

Tak hanya nikmat, lumpia Semarang juga punya sejarah panjang sebagai salah satu karya masyarakat Tionghoa yang tinggal di Indonesia. Ya, lumpia Semarang memang diciptakan oleh seorang keturunan Tionghoa yang menikah dengan warga Indonesia dan menetap di Semarang. Warga Tionghoa pula yang dulunya aktif menjalankan bisnis lumpia hingga makanan tersebut jadi semakin tersohor.

Nama lumpia atau loenpia berasal dari dialek bahasa Cina Hokkian. Lum atau lun artinya lunak atau lembut, sementara pia berarti kue.

Salah satu momen penting bagi lumpia Semarang adalah pesta olahraga GANEFO di Jakarta pada 1963. Saat itu, lumpia menjadi makanan yang dijajakan di sana.

Ada banyak kedai lumpia legendaris yang bisa dikunjungi di Semarang. Salah satunya adalah Loenpia Semarang Gang Lombok. Kedai ini beralamat di Gang Lombok, Nomor 11, Purwodinatan, Kota Semarang. Lokasinya bersebelahan dengan Kelenteng Tay Kak Sie.

Loenpia Semarang Gang Lombok sudah eksis sejak tahun 1800-an. Ada dua jenis lumpia yang tersedia di sini, yaitu lumpia basah dan goreng.

3. Tahu Petis

Makanan ini termasuk turunan dari tahu pong. Pada dasarnya, tahu petis terbuat dari tahu pong yang diberi isian berupa petis.

Petis sendiri merupakan sejenis pasta berbahan udang atau ikan yang difermentasi dan diolah hingga wujudnya kental yang berwarna cokelat gelap. Biasanya, petis digunakan sebagai bumbu untuk aneka masakan.

Perpaduan antara tahu pong dan petis menghasilkan nuansa rasa yang begitu unik. Tahu yang digunakan punya rasa yang ringan karena digoreng tanpa dibumbui atau dibumbui dengan garam dan bawang putih saja. Sementara itu, petisnya menghasilkan rasa manis-manis asin.

Sebagaimana gorengan pada umumnya, tahu petis paling mantap jika disantap bersama cabai rawit. Dijamin, sensasinya akan tambah berwarna karena tambahan rasa pedas dari cabai.

Tahu petis juga sangat cocok jadi oleh-oleh. Jika Anda sedang berkunjung ke Semarang dan ingin membawa bingkisan untuk dinikmati bersama di daerah asal, jelas tahu petis adalah pilihan tepat.

Dari sekian banyak penjual tahu petis di Semarang, salah satu yang paling terkenal adalah Tahu Petis Yudhistira yang beralamat di Jalan Yudhistira No. 21, Pendrikan Kidul, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang.

Toko ini senantiasa ramai dikunjungi para wisatawan yang berkunjung. Apalagi, lokasinya strategis dan berada di pusat kota.

4. Roti Ganjel Rel

Melihat namanya, Kawan GNFI mungkin akan mengernyitkan dahi. Mengapa roti satu ini diberi nama roti ganjel rel?

Kalau dilihat-lihat, roti ganjel rel memang bentuknya agak mirip dengan bantalan rel kereta api yang terbuat dari beton. Roti ganjel rel berbentuk balok, berwarna cokelat tua, dan bertabur biji wijen.

Konon, roti ganjel rel sudah dikenal sejak era kolonial Belanda. Pada masa itu, ada roti yang bernama ontbijtkoek alias roti rempah. Orang Jawa yang melihatnya tertarik ikut membuat ontbijtkoek. Namun sayangnya, bahan bakunya tergolong mahal.

Masyarakat mencari cara untuk mengakali mahalnya bahan baku ontbijtkoek. Akhirnya, digunakanlah tepung gaplek atau ketela hingga roti ganjel rel pun tercipta sebagai hasil modifikasi dari ontbijtkoek.

Roti ganjel rel terasa padat saat dimakan dan baunya harum dari rempah seperti kayu manis dan cengkeh. Dulu, roti ini teksturnya alot. Namun seiring waktu, ditemukan formula yang membuatnya jadi lebih enak.

Roti ganjel rel juga lekat dengan tradisi dugderan yang biasa diselenggarakan setiap menjelang Ramadan. Saat dugderan digelar, biasanya ribuan roti ganjel rel ada sekitar 8.000 roti ganjel rel yang tersedia di Masjid Agung Kauman Semarang.

Sayang, roti ganjel rel kini sudah semakin langka. Jika ingin mendapatkan roti ini, Anda perlu langsung mendatangi pasar tradisional atau pedagangnya langsung.

5. Wingko Babat

Wingko babat adalah makanan dari tepung ketan dan parutan kelapa. Makanan ini cocok disantap sebagai cemilan untuk menemani waktu bersantai.

Wingko babat punya sejarah yang kisahnya begitu menarik. Meski dikenal sebagai makanan khas Semarang, ternyata sejarahnya justru bermula dari Lamongan, Jawa Timur.

wingko diketahui pertama kali dibuat pada 1898 oleh pasangan perantau dari China yang menetap di Babat, Lamongan. Mereka adalah Loe Soe Siang dan istrinya Djoa Kiet Nio.

Usaha pembuatan wingko yang dikelola Loe Soe Siang dan Djoa Kiet Nio kemudian diteruskan dua anaknya, yaitu Loe Lan Ing dan Loe Lan Hwa. Namun, Loe Lan Hwa pindah ke Semarang saat Babat sedang kacau balau pada 1944 akibat kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II. Di Semarang, usaha wingko kemudian turut dibangun.

Awalnya, Loe Lan Hwa membuat dan menjual wingko dari pintu ke pintu, juga dititipkan di warung. Seiring waktu, wingko semakin dikenal dan kini jadi cemilan khas Semarang.

Wingko babat punya rasa yang unik. Ada rasa ketan dengan nuansa gurih dari kelapa dan manis dari gula. Wingko babat pun cocok untuk menemani waktu bersantai Anda.

Tak sulit pula menemukan wingko babat. Tinggal datang ke tempat penjualan oleh-oleh di Semarang, di situlah akan ada wingko babat yang dijual.

Menikmati Sajian Kuliner Ikan, Simbol Kekayaan Bahari dari Bumi Sriwijaya

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini