Legenda Toko Oen, dari Empat Cabang Menyisakan Satu di Semarang

Legenda Toko Oen, dari Empat Cabang Menyisakan Satu di Semarang
info gambar utama

Nama Toko Oen sudah melekat di hati masyarakat. Toko tersebut menjadi salah satu kuliner yang wajib dicoba ketika di Semarang selain kuliner khasnya, lunpia dan tahu gimbal.

Keberadaan Toko Oen kini menjadi legenda. Bahkan, bangunan hingga nama Toko Oen telah menjadi bagian dari cagar budaya Indonesia.

Buat Kawan GNFI yang penasaran apa itu Toko Oen, simak tulisan ini secara seksama.

Toko Roti Tertua di Indonesia Ada di Banyumas, Inilah Toko Roti Go

Sejarah Toko Oen

Toko Oen merupakan restoran antik yang berada di kawasan Kota Lama Semarang. Toko Oen menjadi salah satu restoran milik keluarga tertua yang menyaksikan langsung perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah.

Keantikannya tidak hanya berdasarkan tahun pendirian Toko Oen yang lebih dari 80 tahun, melainkan konsep yang dirancang lewat pernak-pernik juga menciptakan dan memperkuat vibes jaman dulu (jadul).

Nama Toko Oen sendiri diambil dari nama pendirinya, yakni Ny. Liem Gien Nio (Nenek Oen / Belanda: “Oma Oen”). Ia merupakan istri dari Tuan Oen Tjoen Hok (Kakek Oen / Belanda: “Opa Oen”).

Mulanya, Oma Oen hanya membuat kue kering pada tahun 1910. Saat itu, lokasi Toko Oen berada di Yogyakarta. Tidak disangka, kue buatan Oma Oen ternyata sangat disukai Belanda. Oma Oen kemudian melebarkan sayap dengan memproduksi es krim pada 1922.

Bahkan, Toko Oen telah mematenkan namanya di Negeri Kincir Angin karena banyaknya peminat dan penikmat masakan Toko Oen dari negara tersebut.

“Tapi di Belanda tokonya sudah tutup, merek dagangnya masih terdaftar di negara Belanda dan Eropa. Paling saat ikut pameran saja di Eropa jika ada festival kuliner,” tutur Yenny Megaradjasa, generasi ketiga pemilik Toko Oen.

Langkah ekspansi bisnis terus dilakukan sehingga Toko Oen bertransformasi menjadi restoran yang menjual makanan pembuka (appetizer), makanan utama (main course), dan makanan penutup (dessert) hingga saat ini.

Atas kiprahnya di dunia kuliner, Toko Oen bahkan disebut sebagai satu-satunya restoran fusion yang menjual masakan Belanda, Indonesia, dan Cina pada masa kolonial Belanda.

Saat ini, Toko Oen berada di bawah kepengelolaan Roy Riesta, selaku generasi keempat dari pendiri Toko Oen.

5 Toko Roti Legendaris di Indonesia, Bikin Rindu!

Polemik Cabang Toko Oen

Pada masa 1900 an, Toko Oen memiliki empat gerai yang berada di kota-kota besar. Berdasarkan laman resmi Toko Oen, cabang-cabang tersebut berada di Yogyakarta (1910-1937), Jakarta (1934-1973), Malang (1936-1990), dan Semarang (1936-sekarang).

Jejak bangunan Toko Oen di Jakarta tandas tak bersisa setelah eksis selama 39 tahun. Pada tahun 1973, gedung cabang Jakarta dibeli oleh Bank ABN dan dirobohkan untuk dibangun kembali sebagai fasilitas kantor.

Sementara itu, pusat Toko Oen yang berada di Yogyakarta kemudian dipindahkan ke Semarang yang hingga kini masih bertahan. Pemindahan venue tersebut dilakukan pada 1936 setelah Opa Oen membeli sebuah gedung yang memiliki ruang panggangan di Semarang dari seorang Inggris pada 1935.

Mulai tahun 1936 gedung yang terletak di jalan Bodjong ke-52 (sekarang: Jalan Pemuda) ini diubah menjadi Toko Oen Semarang.

“Yang di Jakarta, Jogja, dan Malang sudah dijual. Tinggal yang ada di Semarang kami pertahankan asetnya,” tegas Yenny.

Lain halnya dengan cabang Toko Oen di Kota Malang. Permasalahan perizinan dan hak paten bangunan maupun merek Toko Oen ternyata membelit dan cukup rumit.

Sejak tahun 1990, aset bangunan Toko Oen yang berada di Malang telah dijual dan berpindah tangan karena mengalami keterpurukan sehingga.

Awalnya, pembeli bangunan tersebut berencana menggunakan gedung itu sebagai showroom mobil. Akan tetapi, pemerintah kota setempat melarang keras tindakan renovasi dalam bentuk apapun terhadap bangunan yang bernilai sejarah itu.

Bangunan dan nama Toko Oen merupakan bagian dari cagar budaya. Beberapa merk kuliner khas Toko Oen telah terdaftar sebagai hak cipta. Oen Tjoen Hok, sejak awal pendirian Toko Oen telah mendaftarkan nama merek toko tersebut pada Pemerintah Kerajaan Belanda saat zaman penjajahan.

“Opa saya orangnya memang berpikir maju kedepan, jadi mendaftarkan merek nama Toko Oen pada tiap panganan dan jajanan yang di jual di Toko Oen sejak tahun 1936, saat itu masih pemerintahan Belanda,” jelas Yenny, dikutip dari Gatra.com.

Karena terbatasi oleh peraturan tersebut, pemilik baru gedung bekas Toko Oen kemudian memanfaatkan bangunan, identitas, dan merek dagang Toko Oen sebagai restoran dan kedai es krim. Padahal, pemilik baru bangunan itu disebut tidak memiliki perjanjian apapun dengan pemegang hak paten merek Toko Oen di Semarang.

“Pengelolaan Toko Oen Malang saat ini tidak mencerminkan aspek apapun maupun resep-resep yang ‘diciptakan’ oleh mendiang Ibu. Liem Gien Nio & Bpk. Oen Tjoen Hok,” ungkap pihak Toko Oen Semarang melalui websitenya.

Meski demikian, Yenny mengatakan bahwa pihaknya tidak dapat menggugat tindakan tersebut mengingat gedung Toko Oen merupakan cagar budaya yang dilindungi sehingga nama dan bentuk aslinya memang tidak dapat diubah.

Ia menegaskan bahwa cita rasa otentik Toko Oen di Semarang tidak dapat dijiplak karena Toko Oen memiliki resep kunci rahasia yang khas. Hal ini juga berlaku pada cita rasa yang diciptakan Toko Oen Malang.

“Tahunya dari pelanggan, tiba-tiba protes jika rasa jajanan kuliner Toko Oen kok standarnya berubah, tidak seenak di Toko Oen Semarang. Dia cerita saat menikmati di Toko Oen Malang. Untuk produk jajanan kuliner kembali pada cita rasa khas, kami yang asli dan selalu diburu pelanggan,” tegasnya.

Roti Djoen, Kuliner Lawas Asal Jogja Berusia 86 Tahun

Menu Andalan dan Lokasi Toko Oen Semarang

Bagi Kawan GNFI yang penasaran dengan Toko Oen, silakan kunjungi restorannya yang berada di Jalan Pemuda Nomor 52, Bangunharjo, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Lokasinya cukup mudah ditemukan walaupun jika dilihat dari luar Toko Oen tampak kecil dan terhimpit. Di sekitar Toko Oen juga banyak tempat-tempat yang legendaris, seperti Loenpia Mbak Lien, Pasar Johar, Kota Lama, hingga Hotel Louis Kienne Pemuda dan Queen City Mall.

Kawan GNFI dapat mencicipi menu andalan legendaris, di antaranya kue kering yang memiliki rasa dan bentuk konsisten sejak zaman dahulu, nasi goreng, cap cay, panekuk, sampai es krim Toko Oen.

“Semua diolah dengan bahan, resep yang sama sejak dahulu. Termasuk bentuknya tidak kami rubah, ini menjadi ciri khas meski banyak yang meniru … Resep kunci masih saya pegang. Jadi soal rasa tak bisa berbohong pada konsumen setia,” imbuh Yenny.

Toko Oen buka mulai pukul 10.00 – 22.00 WIB.

Tan Ek Tjoan, Roti Legendaris Indonesia yang Digemari Bung Hatta

Referensi:

  • https://www.gatra.com/news-480984-gaya-hidup-legenda-kuliner-toko-oen-yang-asli-malang-atau-semarang.html

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini