Peran Pramuka Membangun Desa di Indonesia dalam Program Kemah Wirakarya

Peran Pramuka Membangun Desa di Indonesia dalam Program Kemah Wirakarya
info gambar utama

Kementerian, Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencabut kegiatan Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah. Keikutsertaan siswa-siswa dalam Pramuka bersifat sukarela

Lewat Peraturan Menteri Nomor 12 tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah, Pramuka ditempatkan sebagai kegiatan yang dapat dipilih dan diikuti sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat peserta didik.

Resmi Ditetapkan! Nadiem Makarim Hapus Pramuka dari Ekstrakurikuler Wajib di Sekolah

“Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku: h. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku,” demikian bunyi Pasal 34 Bab V Bagian Ketentuan Penutup Permendikbudristek 12/2024 tersebut.

Peran pramuka

Peran Pramuka dalam membangun bangsa sebenarnya telah tercatat sejak zaman Hindia Belanda. Di zaman kemerdekaan melalui keputusan Presiden RI No 238 pada 20 Mei 1961 mencetuskan Perkumpulan Gerakan Pramuka.

Pada era 1960-an, Pramuka dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwono IX yang juga adalah Raja Yogyakarta. Sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka terlama dari 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970, dan 1970-1974 banyak gagasan yang dicetuskan.

Mengenal Permendikbud 12 Tahun 2024: Aturan Baru Pendidikan Indonesia

Salah satu gagasan yang dicetuskan Sultan HB IX adalah Perkemahan Wirakarya. Gagasan ini bahkan disampaikan dalam kongres Kepanduan Tingkat Dunia yang diselenggarakan di Tokyo pada 1971.

“Kak Sultan HB IX menyebutkan gagasan tentang The Trends in Scouting, bahwa pramuka tidak hanya dididik menjadi warga negara yang baik, tetapi juga menjadi manusia pembangun yang baik,” tulis laman Pramukadiy.

Membangun pedesaan

Sultan HB IX menjelaskan dalam Perkemahan Wirakarya para kader Pramuka didorong untuk membantu masyarakat. Hal ini sebagai perwujudan Dasa Darma Pramuka yang menolong sesama hidup.

Program PW menjadi salah satu bentuk perkemahan yang lebih konkrit bagi pembangunan serta bakti terhadap masyarakat. Misalnya pada PW tingkat nasional pertama pada tahun 1968 ada program pembangunan bendungan irigasi di Sungai Cihideung.

Dwi Darma dan Dwi Satya Pramuka, Isi, Hakikat, dan Pengamalannya

“Sebagai salah satu usaha untuk merealisasikan dan mengintegrasikan pramuka dengan masyarakat dan sebagai darma bakti kepada rakyat,” jelasnya.

Selanjutnya ada berbagai program lain, seperti Kwartir Cabang Blora membuat bendungan pada 18 Agustus 1968. Disusul kemudian di Kwarcab Sragen membuat waduk tempat penampungan air hujan.

Karena peran inilah, Perkemahan Wirakarya menjadi referensi tingkat dunia. Pada tahun 1990, konferensi kepramukaan sedunia di Paris, Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggara Community Development Camp (Comdeca) pertama.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini